Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--------------------------------------

---------- Forwarded message ----------
From: Wariki Sutikno 
Date: Nov 26, 2006 5:53 AM
Subject: [Imsa] Re: West Sumatra: the Region of Ultimate Blessings.
To: [EMAIL PROTECTED]

Assalamu alaikum...

Hehehe.... saya baru ngeh kalau WS punya arti West
Sumatra. Saya lupa menyebut kelok 44 dan Embun Pagi,
demikian pula 'rinuak' di Maninjau tentu saja bagian
dari kesukaan saya, apalagi itung2 saya ini manusia
ikan, di mana pun di Indonesia saya selalu mencari
ikan bakar, wabil khusus kalau kota itu deket pantai.
Lha wong di Illinois juga kluyuran ke sungai dan
danau....

Saya mohon maaf kelewatan menyebut pantai Pariaman,
Solok, dan mungkin juga danau Singkarak, padahal saya
pernah sengaja menyempatkan diri 'melongok' lautan
India di suatu tempat persis di ujung sebuah ladang
ketika saya menuju Maninjau lewat Lubuk Basung. Solok
sebagai penghasil 'bareh' terkenal, saya duga alamnya
lebih indah dari pemandangan teras2 sawah di Bali
(brother Harry mungkin bisa cerita, insya Allah saya
akan berkunjung nanti).

Keindahan Alam Bali sebenarnya tak se-intens dan
se-extravagans alam Sumatra Barat. Hanya saja Bali
sudah punya trademark di dunia pelancongan. Keunikan
Bali didukung oleh visi atau 'social trademark'-nya
sebagai the Island of God, dan memang terbukti dengan
intens-nya ritual Hindu di berbagai moments dan
lokasi, termasuk juga dari arsitektur bangunan2 serta
karya2 seni (ukir, lukis, tari, kerajinan) dan pusat2
ibadah yang tersebar di seluruh pelosok, kalau tidak
di setiap rumah. Ini yang membuat social trademark
tadi begitu kuat, karena terimplementasi dalam
kehidupan nyata.

Bagaimana dengan Sumatra Barat?
Kalau kita amati Bali sedikit lebih jauh, orang2 Bali
itu cerdik, dalam arti mereka datangkan turis tapi
Bali tetap harus jadi milik orang Bali. Budaya Hindu
Bali secara umum mereka pertahankan dan saya denger
bahkan pengusaha Cina Indonesia pun mengakui kesulitan
menembus Bali (kecuali yang lewat tangan Cendana
mungkin), dan dari beberapa kawan dekat yang ingin
punya tempat tinggal tetap di Bali, mereka
menyimpulkan bahwa mereka umumnya bisa lolos untuk
menanamkan investasi tapi setelah itu mereka 'diusir'
dengan berbagai upaya, misalnya penduduk setempat
membangun kandang ayam di dekat rumah pendatang tsb.,
dll, yang bikin pendatang gerah berkat ketidaknyamanan
yang diciptakan, akhirnya lari keluar.

Yang ingin saya tekankan adalah sebagai tujuan wisata,
bahkan sebagai sebuah bangsa pun, sebenarnya secara
sosiologis amatlah penting untuk tetap teguh dalam
karakter agama atau budaya yang sudah ada dan
dijunjung bersama. Karakter ini dipadukan dengan
keindahan alam, kita ramu ke dalam sebuah visi
peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan
bersama dan kita tetapkan misi2 apa saja yang relevan
untuk dibangun.

Kita butuh input dari para cadik pandai untuk memilih
visi wisata yang tepat untuk Sumbar yang alamnya
indah. Kalau Bali punya social trademark sebagai the
Island of God dan ditunjukkan lewat alam serta produk
dan aktivitas budaya, Sumbar saya lihat masih kurang
kuat dalam visi budaya ini. Sebagai contoh kecil dalam
perdebatan soal apakah turis2 di Maninjau bebas pakai
bikini kalau berenang di danau. Jawabannya masih
simpang siur. Sebenarnya kalau kita kukuh dengan visi
'budaya' menutup aurat, kita tetapkan saja misalnya
penggunaan 'kain' untuk menutup badan setiap wanita
yang ingin berenang, atau ada aturan khusus lokasi
yang di sekat, dll. yang memungkinkan turis2 nantinya
tidak 'berkeliaran' pakai bikini. Ini misal saja. Sama
dengan di Bali kalau kita akan masuk pura tertentu
semua wajib pakai kain kuning dan BAYAR lagi. Apa
bedanya? Kita juga boleh dong jual kain untuk turis
yang ingin berenang. Malah alasan kita bukan alasan
magis seperti di Bali. Jadi kita jauh lebih punya
alasan yang tinggi nilainya dan kita punya hak untuk
itu.

Kita perlu lebih serius mengoptimalkan keindahan alam
Minang untuk kemaslahatan yg lebih besar. Program2
perlu dirancang dan diisi untuk membangun citra wisata
yang lebih solid.
Apakah social trademark untuk wisata Sumbar akan
berbunyi begini:
Sumatra Barat: the region of ultimate blessings,
hehehe...sorry kalau lucu dan ade sale kate.......

Wassalam,

Wariki
Urbana, 25 Nov. 06.



--- dutamardin umar wrote:

>
> Alaikumsalam Sutan Wariki Sutikno.
>
> Terima kasih sudah ikut mempromosikan satu pojok
> tanah-air
> yang pantas juga kita longok. Saya sendiri yang tak
> pernah
> tinggal di WS (West Sumatra bukan Wariki Sutikno),
> jadi bangga
> belakangan punya tanah leluhur seindah alam
> Minangkabau.
> Suatu kali saya dengan 5 anakku disaat mereka masih
> anak2,
> berkesempatan keliling. Mereka nyeletuk: "Cantik
> sekali ya
> kampung papa". Memang kami berenang dipantai
> Pariaman
> yang putih dan panjang, berenang di Danau Maninjau,
> makan
> pensi dan rinuak, naik ke Bukit Tinggi, melalui
> kelok 44,
> mampir di Embun Pagi, melihat panorama Maninjau
> dari puncak. Bukit Tinggi yang dikawal Gunung Merapi
> dan Singgalang bertambah mempesona dengan "The Grand
> Canyon" of Indonesia. Memang susah melukiskan dengan
> kata-kata. Makanya Mas Wariki membuktikan: see it,
> believe it and take it.
> Dan beliau tak menyesal menjadi Wariki Sutan
> Parmato, cucu mantu
> ulama/sastrawan Buya Hamka.
>
>
>
> On 11/24/06, Wariki Sutikno 
> wrote:
> >
> > Assalaamu'alaikum warah matullahi wabarakatuh.
> >
> > Sebagai orang Timur (Jawa Timur, maksudnya) saya
> > mengakui keindahan alam Sumatra Barat.
> Alhamdulillah
> > saya sudah keliling hampir seluruh wilayah
> Indonesia,
> > dari Aceh sampai Irian Jaya, namun Sumatra Barat
> punya
> > keindahan tersendiri. Saya jatuh cinta dengan
> > pemandangan alam di Indonesia, namun di Sumatra
> > Baratlah saya menemukan cinta itu dengan lebih
> > sempurna (bener lho...), kita bisa jalan2 keliling
> > propinsi dengan sebentar2 melihat keindahan alam
> yang
> > baru dan baru dan baru lagi.
> > Tentu saja lebih khusus saya sangat sangat
> menikmati
> > keindahan alam Maninjau dan kota Bukit Tinggi
> > sekaligus dengan ngarai Sianauk dan gua Jepang-nya
> > (gua Jepang ini membuat saya nggak respek sama
> > Jepang). Di pagi hari air danau Maninjau sangatlah
> > hangat, apalagi kita tinggal persis di tepi danau,
> > ibaratnya bangun tidur subuh pun kita bisa
> langsung
> > lompat ke danau yang tenang, nyaman, dan ya itu...
> > dengan air yang sungguh hangat. Siang dikit kita
> bisa
> > menikmati hidangan ikan bakar dengan nasi anget
> dan
> > sambal ulek fresh....aduh.... terasa seperti sudah
> di
> > pinngir danau sana! Alhamdulillah saya sudah dua
> kali
> > berkunjung ke Sumbar dan insya Allah saya dan
> keluarga
> > akan mengulangi dan mengulanginya lagi.
> >
> > Saya juga punya apresiasi khusus dengan kota
> Padang
> > Panjang, Batu Sangkar, dan alam lembah Anai.
> Padang
> > Panjang sebagai pusat pendidikan (ingat Sumatra
> > Thawalib)telah banyak menelorkan tokoh2 nasional.
> Batu
> > Sangkar sebagai pusat kerajaan Pagaruyung dengan
> > kemegahan rumah gadang Minang yang bernilai
> > arsitektur, seni, dan sosiologi yang amat tinggi.
> > Sementara lembah Anai dengan air terjun dan
> jembatan
> > kereta yang melintas sungguh membawa hati kita
> penuh
> > aroma keindahan, kedamaian, dan pengakuan akan
> > keagungan Sang Pencipta. Danau Atas dan Danau
> Bawah
> > tampak dari pesawat begitu alami dan damai, sayang
> > saya belum sempat mengunjunginya, demikian pula
> > Payakumbuh, saya masih penasaran ingin tahu.
> >
> > Bisakah kita melestarikan keindahan alam ciptaan
> > Illahi ini? Jawabnya tidak perlu ragu: KITA HARUS
> > BISA; dan saya sangat sangat menghargai dan
> mendukung
> > upaya pulang basamo tadabur alam seperti ini,
> termasuk
> > pula peningkatan gerakan menjaga tradisi luhur dan
> > eksistensi Islam di Ranah Minang. Semoga Allah SWT
> > menganugerahi kita panjang umur dan insya Allah
> kita
> > dapat ikut berpartisipasi bersama keluarga.
> >
> > Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
> >
> > Wariki Sutikno
> > Urbana, IL.
> >
> > --- dutamardin umar wrote:
> >
> > > Assalaamu'alaikum saudaraku.
> > >
> > > Terlebih dahulu saya mohon ijin kepada pengurus
> > > IMSA, menggunakan
> > > milisnya untuk promosi pogram Pulang Basamo yang
> > > dimotori oleh
> > > MinangUSA Foundation. Program yang terbuka untuk
> > > siapa saja ini, insya
> > > Allah akan
> > > dilakukan awal Juni 2008. Seminggu di Ranah
> Minang,
> > > melakukan tadabur
> > > alam yang indah. sembari menimati seni, budaya
> dan
> > > (tentu) makanannya..
> > > Poster dan informasinya bisa dilhat pada
> attachment.
> > > Foto keindahan alam Sumatera Barat bisa dilihat
> di
> > > www.west-sumatra.com.
> > >
> > > Bungo salasih jo bungo rayo
> > > Koto rami dek gandang tasa
> > > Tarimo kasih ka sanak sudaro.
> > > Basuo kito di Muktamar IMSA
> > >
> > > Insya Allah
> > >
> > > Wassalam
> > > dutamardin
> > > (terpancing "pulang basamo" ke St. Louis)
> > >
> > > --


Sukseskan Pulang Basamo 2008
visit: www.west-sumatra.com
--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.
================================================

Kirim email ke