Tolong dibaca aturan di footer dibawah -------------------------------------- Sukseskan Pulang Basamo Juni 2008
Assalamu'alaikum wr. wb. Kita teruskan diskusi ini: Dalam kajian ambo nan sederhana, kita harus mengembalikan esensi dasar dari pariwisata ini. Apakah yang menjadi esensi dari pariwisata? Dalam pengetahuan ambo nan kurang ini, esensi dari pariwisata adalah bisnis jasa, dan bukan bisnis produk. Jadi kita tidak boleh terlena dengan keberadaan suatu objek wisata yang paling bagus sekalipun, tanpa memahami hakikat bisnis jasa. Philip Kotler, suhu pemasaran Amerika yang bukunya menjadi buku wajib sekolah bisnis dunia, mendefinisikan services (jasa/pelayanan) sbb: Services are activities, benefits, or satisfactions that re offered for sale. Services are intangible, inseparable, variable, and perishable. As a result, they normally require more quality control, supplier credibility, and adaptability. dalam halaman lain bukunya ia menulis: A service is any activity or benefit that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not be tied to a physical product. Gambarannya, jasa/pelayanan adalah sesuatu yang tidak nyata namun sangat terasa. Jadi kita tidak berbicara pantai yang indah, danau yang eksotis, ngarai yang tak ada duanya, dlsb. Ketika kita ke pantai yang indah di sumbar dan kemudian dipalak oleh preman, maka berarti bisnis jasa di situ telah gagal. Ketika kita pergi ke lokasi wisata untuk menikmati ngarai sianok, tapi ternyata lokasi untuk pengunjung tidak bersih, bangunan tidak tertata mengganggu penglihatan kita, maka berarti bisnis jasa/pelayanan di situ telah gagal. Kegagalan di bisnis jasa adalah sesuatu yang fatal karena langsung masuk ke hati. Ibaratnya seperti seorang pemuda atau pemudi yang patah hati, perlu langkah pengobatan khusus untuk merehabilitasinya, bisa memakan waktu yang lama. Kalau kegagalan di bisnis produk, bisa diperbaiki dengan mengeluarkan produk baru yang lebih baik. Hal inilah yang mungkin bisa menjelaskan, mengapa sebuah negara kecil seperti singapura yang objek wisatanya dibandingkan sumatera barat bisa dikatakan tidak signifikan atau bahkan nothing, tapi ternyata singapura adalah surga para pelancong dunia. Dalam sebuah artikel baru-baru ini, ambo membaca bahwa singapura dan hongkong adalah dua tujuan wisata terbaik di dunia. keduanya hanya berganti posisi untuk kategori tertentu, sayang ambo lupo artikelnya. Singapura, sebagai kota tujuan pelancong yang miskin objek wisata alam, wisata budaya dan sejarah, tapi nomor satu dalam hal wisata belanja, wisata pertemuan (terutama bisnis). Untuk mendukung sebagai kota wisata belanja dan wisata pertemuan, Singapura benar-benar berkomitmen menjadi kota jasa atau kota pelayanan kelas wahid. Ketika memasuki Bandara Changi, kita benar-benar merasakan kenyamanan, ruang untuk manusia begitu luas, fasilitas kelas wahid, mulai dari WC yang bersih dan tersedia di segala sudut bandara, arena belanja yang nyaman dan relatif tidak mahal karena bebas pajak yah, pelayanan keimigrasian yang cepat, hingga fasilitas internet free dengan broadband yang besar dan sangat cepat. Brosur-brosur tentang singapura tersedia dalam jumlah tak terbatas dan bebas diambil sehingga kita tidak merasa takut untuk tersesat. Saat berjalan-jalan menikmati sore hingga malam di Orchard Road yang terkenal, kita merasakan begitu nyaman. Mal-mal memberi space bagi pejalan kaki begitu luas dengan taman-taman yang asri. Tak ada orang meludah sembarangan, tak ada yang merokok sembarangan, dlsb. Masyarakat Singapura juga sepertinya sadar bahwa kota mereka adalah bergantung pada bisnis jasa, begitu menjaganya. Baru-baru ini ada kejadian banyak biksu yang beroperasi sebagai pengemis di fasilitas-fasilitas umum bahkan hingga ke restoran di sekitar Orchard Road. Mereka meminta uang dengan cara memaksa. Akibat kejadian itu masyarakat protes, dan harian terbesar di Singapura Strait Times mengcover berita tersebut di halaman depan beberapa hari berturut-turut. Luar biasa, soal pengemis di halaman depan pula. Apa yang ambo tulis ini sebenarnya telah menjadi pengetahuan kita semua. Yang menjadi penekanan hanyalah bahwa masalah pariwisata adalah sebuah industri jasa yang sangat terkait dengan perasaan. Selain itu ambo pun pernah menulis bahwasanya bila Sumbar mau berubah, hendaknya para pimpinan daerah dan masyarakat mengubah paradigma tentang kotanya. Kota moderen adalah kota jasa dan di sinilah terletak daya saing kota di masa depan. Semoga Sumbar bisa lebih baik. Mohon maaf sebelumnya. wassalamu'alaikum erwin zachri On Friday 12 January 2007 18:40, dutamardin umar wrote: > Tolong dibaca aturan di footer dibawah > -------------------------------------- > Sukseskan Pulang Basamo Juni 2008 > > > Alaikumsalam sanaks., > > Ambo membaco optimisme dari nakan Junaidi di Kandang Singo. > Indak ado nan indk mungkin, kalau ado niek dan kemauan > dan usaha dari semua pihak dan contoh dari atasan. > Nan pesimis bilang harus ado 3S (sun, sand dan sex), indak mestilah > buktinyo Kandang Singo tu. 3 S indak lengkap, Apolai S nan ka 3. > Kabanyo susah dicari, kecuali kalau dibawo dari Batam. > > Banayk objek turis nan ambo kunjungi di AS dan dunia lain > tindak mesti 3S, mereka sukses. Washington, DC nan cuma > mengandalkan sejarah dengan museumnyo ado 10 juta setahun > turisnyo. Penduduknyo cuma 500 ribu urang. > > Wsaalam > ajoduta/-60 > > Ayolah, You can do it! > -------------------------------------------------------------- Website: http://www.rantaunet.org ========================================================= * Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi keanggotaan,silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting * Posting dan membaca email lewat web di http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2 dengan tetap harus terdaftar di sini. -------------------------------------------------------------- UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika: 1. Email ukuran besar dari >100KB. 2. Email dengan attachment. 3. Email dikirim untuk banyak penerima. ================================================