Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu
 
Sasudah agak sibuak stek kapatang, kini ditaruihan pulo carito ko saketek lai. 
 
Wassalamu'alaikum,
 
Lembang Alam
 
15. ’Tabek’
 
Pagi itu Aswin terbangun saat mendengar suara orang mengaji di mesjid.  Saat 
jam menunjukkan pukul setengah lima pagi. Dibangunkannya Pohan, dan diajaknya 
pergi shalat subuh ke mesjid. Pohan setuju. Dan mereka pergi ke mesjid. Sesudah 
shalat subuh, Aswin mengajak pergi berjalan-jalan di kampung. Meskipun udara 
sebenarnya cukup dingin subuh itu. Mereka berjalan santai mengikuti jalan arah 
ke Sianok. Cukup jauh juga mereka berjalan kaki sebelum berbalik kembali  
pulang ke rumah. Waktu mereka sampai di rumah hari sudah mulai terang. Di rumah 
hanya ada nenek sendirian. 
 
‘Where have you been?’ tanya nenek ketika melihat Aswin masuk rumah, sendirian. 
 
Aswin menjawab dalam bahasa Inggeris juga, mengatakan bahwa mereka baru saja 
pergi berjalan kaki sesudah shalat subuh di mesjid. Dan Aswin menanyakan kemana 
etek. Nenek menjawab, ‘She is going out to buy ‘ketupat’ for breakfast.’ 
 
Mereka berbincang-bincang berdua, in full English, sementara Pohan masih belum 
masuk rumah. Entah kemana dia mampir. Nenek menanyakan tentang tempat mana saja 
yang mereka kunjungi kemarin, bagaimana kesan Aswin tentang apa yang 
dilihatnya, dan kemana rencana hari ini. Aswin menjelaskan semuanya, dan memuji 
semua yang sudah dilihatnya sampai tadi malam, termasuk pertunjukan tari-tarian 
yang disebutnya spectacular. 
 
Tidak lama kemudian Pohan muncul membawa dua buah tangkai pancing. Aswin tidak 
mengerti apa yang dipegangnya itu.
 
‘Kamu dari mana? Dan itu apa?’ tanya Aswin.
 
‘Dari mengambil pancing-pancing ini di belakang rumah di sebelah,’ jawab Pohan.
 
‘Pancing? Apa hari ini kita tidak jadi beristirahat saja dan tidak usah pergi?’ 
Aswin bertanya lagi.
 
‘Justru itu. Nanti kita mancing,’ jawab Pohan pula.
 
‘Mancing? Maksudmu kita pergi ke Paya Kumbuh, begitu?’ 
 
Pohan tertawa mendengarnya.
 
‘Bukan di Paya Kumbuh. Kita mancing di tabek di belakang rumah di sebelah 
sana,’ kata Pohan pula.
 
‘O o… Jadi kita juga bisa memancing di tabek di belakang rumah. Aku pikir harus 
pergi ke Paya Kumbuh. Kemarin kamu bilang di Paya Kumbuh banyak kolam tempat 
memancing.’
 
‘Betul. Tapi tidak hanya di Paya Kumbuh saja tempat memancing,’ jawab Pohan 
pula.
 
Terdengar suara mobil. Rupanya etek yang datang. Etek pergi membeli ketupat 
sayur ke Koto Tuo.  Mereka sarapan dengan ketupat sayur, sambil 
berbincang-bincang. Aswin juga menyukai ketupat sayur. 
 
Nenek yang banyak tanya pagi ini. Dan nenek selalu berbicara dalam bahasa 
Inggeris. Entah kenapa beliau sengaja benar berbahasa Inggeris. Mungkin  lagi 
senang saja menunjukkan kemampuan beliau yang memang sangat sempurna. Dan Aswin 
melayaninya, berbahasa Inggeris. Pohan dan etek tersenyum-senyum saja mendengar 
pembicaraan mereka.
 
‘Apakah ‘tabek’ mempunyai arti kata lain selain kolam?’ tanya Aswin.
 
‘No. Tabek in Bahaso Minang means pool,’ jawab nenek.
 
Aswin lalu menanyakan apa arti ’tabek patah’. Dan nenek menerangkan, tetap 
berbahasa Inggeris, itu bisa saja berarti,  dua kolam yang berbatasan satu 
pematang perantara tapi permukaan keduanya tidak sama tinggi sehingga terlihat 
seolah-olah patah. Aswin terkagum-kagum mendengar keterangan itu. Jawaban itu 
sangat ilmiah, katanya. Kenampakan seperti itu, kalau memang demikian adanya, 
dalam ilmu geologi memang disebut patahan.
 
’Jadi kalian tidak akan pergi-pergi hari ini?’ tanya etek.
 
’Tidak. Biar Pohan beristirahat dari menyetir hari ini,’ jawab Aswin.
 
’Dan kami akan memancing di ’tabek’ belakang,’ ujar Pohan.
 
’Apakah di dalamnya banyak ikan?’ tanya Aswin pula.
 
’Banyak. Pergilah pancing. Nanti etek buatkan gulai ikan atau ikan goreng,’ 
usul etek.
 
’Waaw. Saya suka sekali ikan. Digulai... digoreng kering.. mmh,’ Aswin menelan 
ludah membayangkannya.
 
‘Mana yang lebih kamu sukai? Digoreng atau digulai?’ tanya etek pula. 
 
‘Yang mana saja. Saya suka ikan diapakan saja,’ jawab Aswin.
 
’Tapi ini ikan air tawar. Mungkin kamu belum pernah mencobanya,’ Pohan 
mengingatkan.
 
’Oo pernah. Di restoran Cina, aku pernah makan ikan mas digoreng kering. Ayo, 
jam berapa kita memancing?’ tanya Aswin lagi.
 
‘Bisa sekarang, kalau kamu mau. Sehabis sarapan ini,’ ujar Pohan.
 
’OK. Aku sudah siap. Pasti menarik juga acara memancing,’ komentar Aswin.
 
’Ya. Siapa saja yang pulang kampung pasti menyempatkan memancing di belakang 
itu,’ kata etek pula.
 
’Tabek’ terletak di belakang rumah gadang bergonjong. Tabek milik kaum. Dan 
etek Rasuna mengupah orang lain untuk  merawatnya. Di kampung ini memang banyak 
orang yang bukan asli Koto Gadang mendapat pekerjaan seperti mengerjakan sawah 
dengan berbagi hasil, menguruskan kebun bahkan memelihara rumah yang ditinggal 
pemiliknya merantau. Orang-orang pendatang seperti itu tinggal di rumah-rumah 
rancak, boleh mengambil hasil kebun di sekitar rumah, mengerjakan sawah dengan 
berbagi hasil. Bahkan adakalanya diberi upah pula oleh pemiliknya.
 
Dengan demikian, ’tabek’ di belakang rumah itu sangat terawat. Banyak ikan di 
dalamnya dan ikannya besar-besar. Ada ikan gurami, ikan mas, ikan tawes, mujair 
dan lele. Di sekelilingnya di buat beberapa buah pondok-pondok kecil dengan 
bangku-bangku dari bambu, tempat duduk memancing. Sering juga orang dari Bukit 
Tinggi datang minta ijin untuk memancing di ’tabek’ ini, karena ’memancing’ 
merupakan hobi orang ’kota’. Kalau diijinkan mereka bersedia membayar. Tapi 
oleh etek tidak diijinkan.  Kolam itu memang disiapkan untuk jadi tempat 
hiburan bagi sanak famili yang pulang kampung.
 
Aswin dan Pohan mengambil tempat di bangku-bangku yang membelakangi matahari.  
Di hadapan mereka terlihat gunung Singgalang. Mereka mulai memancing. Umpannya 
adalah campuran yang terbuat dari tepung ketan dan gilingan daging ayam yang 
dilumatkan dan dimasak sehingga jadi seperti kalamai yang lengket. Umpan hasil 
kreasi Pohan. Dan umpan ini sangat digemari ikan-ikan. Baru saja mereka duduk 
sekitar lima menit, Pohan sudah berhasil mendapatkan seekor ikan mas seukuran 
setengah kilo. Dan tidak lama kemudian pancing Aswin juga ditarik ikan. Kali 
ini seekor ikan lele.
 
’Hati-hati kamu. Ikan itu ada durinya dan tajam,’ Pohan mengingatkan.
 
Ternyata memancing ini juga ’a lot of fun’ kata Aswin. Mereka menyepakati tidak 
akan mengambil kecuali ikan yang beratnya setengah kilo atau lebih. Tiap kali 
ikan kecil terpancing mereka lepaskan kembali. Dan yang memenuhi kriteria itu 
hanyalah ikan-ikan mas. Sampai jam sembilan pagi mereka telah mendapatkan 
sepuluh ekor ikan besar-besar. Ikan-ikan itu sementara ditempatkan dalam sebuah 
ember besar berisi air agar tidak mati. Nenek dan etek ikut datang ke pinggir 
’tabek’ melihat mereka memancing. Mungkin karena mendengar suara mereka yang 
riuh setiap kali mendapatkan ikan di mata pancing. Nenek juga ikut senang 
melihat anak-anak muda itu keriangan. Aswin menawarkan apakah nenek juga mau 
mencoba memancing. Dan nenek menerima tawaran itu. Tangan beliau masih kuat 
mengayun untuk melemparkan benang pancing jauh ke tengah. Sama kuatnya waktu 
menarik tangkai pancing yang digantungi ikan. 
 
Tapi akhirnya mereka kecapekan. Karena hari mulai panas. Dan ikan tidak seperti 
awal-awal  tadi lagi mudahnya dipancing. Mungkin ikan juga sudah mulai 
kepanasan dan tidak bernafsu memakan umpan. Ikan hasil pancingan disuruh 
bersihkan etek kepada tek Sarah, istri dari orang yang merawat ’tabek’.
 
Dan siang itu mereka pesta makan ikan mas goreng kering dan sambalado. Aswin 
ternyata benar-benar seorang penikmat ikan. Dia makan sampai bercucuran 
keringat. Etek juga membuat pangek ikan tapi mengusulkan untuk dimakan saat 
makan malam biar ikannya lebih empuk. 
 
Sehabis makan siang Aswin menamatkan membaca buku-buku yang dibelinya kemarin. 
Dan sore harinya mereka berkeliling naik sepeda sampai ke ngarai Sianok.  Meski 
tidak pergi ke tempat yang jauh hari ini, ternyata banyak juga hal yang 
menyenangkan yang mereka lalui.
 
                                                            *****
 
_________________________________________________________________
Get the new Windows Live Messenger!
http://get.live.com/messenger/overview
Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
-----------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >500KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--------------------------------------------------------------
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-config
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.
============================================================

Kirim email ke