hush...apa kagak ingat dana abadi di depag, ato dkp di dep kelautan.....
mewakili pejabat :"enggak lah yau..."   hehehe.....ntar malah dah pensiun masuk 
ke KPK kan jadi gak tenang....

________________________________

From: perbendaharaan-list@yahoogroups.com on behalf of Lowoijo
Sent: Tue 22-May-07 15:46
To: perbendaharaan-list@yahoogroups.com
Subject: [Perbendaharaan List] Perlunya Dana Kesejahteraan bagi Pegawai DJPBN



Dear milist..
Setiap kali kita mendengar selentingan kabar burung...entah 
burungnya siapa..:D atau darimana, yang ada kaitannya dengan 
kenaikan gaji atau kenaikan tunjangan..dalam nama dan bentuk 
apapun...kita semua warga DJPBN dari Jenderal apalagi kopral pasti 
merasa senang sambil berharap-harap cemas..apakah berita itu 
benar,..apakah berita itu akan menjadi kenyataan..atau hanya pepesan 
kosong belaka...sebuah hal yang wajar mengingat kesejahteraan bagi 
pegawai seperti kita (meskipun dibebani oleh embel-embel DEPARTEMEN 
KEUANGAN...), adalah hal yang masih menjadi angan-angan 
belaka...mutasi (bukan Mut Asi..:D) mungkin salah satu faktor 
terpenting yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kesejahteraan 
pegawai DJPBN...saya mengenal beberapa orang kepala seksi yang 
selama karirnya hanya beredar di wilayah Indonesia Timur 
saja,...saya salut dengan beliau-beliau...diantara yang saya kenal 
itu ada juga bapak-bapak yang orangnya lurus...gak mau macem-
macem...dan yang saya kagum..mereka nggak mengeluh...tapi yang 
menjadi keprihatinan saya...ketika mereka saya tanya, "Pak, rencana 
pensiun di kota mana? beliau menjawab,"tidak tahu mas, wong saya 
rumah aja belum punya, paling ya kembali ke rumah warisan orang tua" 
Dharrr...kaget saya mendengarnya...padahal Bapak kepala seksi itu 
sebentar lagi mau pensiun, ternyata dari hasil pengembaraannya ke 
pelosok Indonesia timur bertahun-tahun dan terpisah dari keluarganya 
itu beliau tidak bisa membeli rumah....Beliau kemudian menceritakan 
kepada saya bagaimana beliau lebih mengutamakan pendidikan anaknya, 
sehingga untuk membeli rumah dari hasil jerih payah sendiri belum 
atau tidak mampu terpikirkan olehnya. Potret seperti itu pasti 
banyak terjadi dilingkungan sekitar temen milis. Tidak heran banyak 
rumah dinas di lingkungan DJPBN yang sampai sekarang ditempati oleh 
para pensiunan. Hal yang sama mungkin juga pernah terjadi pada diri 
saya..bahwa ternyata untuk membeli rumah sebagai sebuah kebutuhan 
pokok kita sangatlah sulit...bertahun-tahun kita menabung, mengikat 
erat-erat tali pinggang..tetap saja rumah menjadi barang mewah bagi 
kita,,,belum lagi susahnya kita menentukan home base kita,...masalah 
berikutnya yang akan muncul adalah meskipun pada akhirnya kita bisa 
membelinya, ternyata rumah yang kita idam-idamkan itupun tidak bisa 
kita tempati karena toh kita tetap harus melanjutkan "pekerjaan 
sampingan" kita sebagai "Kontraktor" di kota persinggahan 
berikutnya...atau bagi yang bujang baik lokal maupun interlokal bisa 
memilih opsi sebagai "Doktor" alias mondok dikantor.
Terlepas dari masalah yang menjadi penyebab masing-masing pegawai 
yang tidak atau belum mempunyai rumah...sebagai sebuah institusi 
manajerial yang modern, menurut saya, harusnya manajemen tahu pasti 
bahwa segala kebutuhan dasar para pegawainya telah terpenuhi...atau 
paling tidak manajemen harus bisa memastikan telah melakukan sesuatu 
untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar pegawai...
Saya mempunyai tetangga tentara AD...yang berpangkat Serma, dia 
bercerita bahwa pada saat akan membeli rumah dia mendapat bantuan 
dari instansinya sebesar 10 jeti..tentu akan menjadi hal yang 
memalukan bagi kita pegawai Depkeu apabila kita kalah dari 
mereka....Sudah saatnya kita memikirkan adanya badan usaha atau 
lembaga intra DJPBN yang mengurusi kesejahteraan bagi 
pegawainya...Sudah lama saya berangan angan...seandainya pada saat 
TKPKN naik secara signifikan seperti isu yang berkembang terakhir 
ini, kita sisihkan sebagian dari kenaikan TKPKN kita setiap bulan 
untuk dana kesejahteraan tersebut...seandainya setiap bulan TKPKN 
kita dipotong sebesar 100 ribu, maka setiap bulan akan terkumpul 1,2 
Milyar, kemudian diundi oleh sebuah program acak komputer 100 orang 
pegawai setiap bulan akan mendapat dana 10 jeti, maka setiap bulan 
setidaknya akan terkumpul dana 200 jeti, sehingga pada tahun ke 12, 
bisa dipastikan semua pegawai DJPBN sudah mendapatkan dana 
kesejahteraan @ 10 jeti, dan pada saat itu dana abadi yang terkumpul 
mencapai sekitar 13,3 Milyard dengan asumsi kita investasikan ke 
pasar SUN, SUKUK atau SPN, dimana pada tingkat Kupon 11 persen, kita 
akan memperoleh bagi hasil sekitar 1,463 Milyard setahun....dan akan 
bertambah setiap waktu..dana kesejahteraan ini bisa kita gunakan 
untuk Bantuan Pembelian Rumah, bea siswa bagi anak-anak kita yang 
berprestasi, bantuan bagi keluarga apabila ada pegawai yang 
meninggal, THR, dlsb...( Buat menikah juga boleh..:D kayak sarannya 
Om Khobir)...Tentu saja lembaga yang mengurusi dana ini haruslah 
orang yang mengerti manajemen investasi....manajemen resiko...dan 
hal lain yang terkait dengan pasar portofolio....Data Base yang 
diperlukan mungkin kurang lebih sama dengan data yang pernah 
dikumpulkan oleh MenPAN beberapa saat yang lalu...seperti Data 
pegawai dan keluarga, kepemilikan rumah...dlsb....tentunya ada 
prioritas dalam menentukan siapa yang dapat pertama, siapa yang 
kedua dst....dan semua rumusan itu diimplementasikan melalui sebuah 
program aplikasi yang sesuai sehingga akan terhindar unsur 
KKN....Pertanggungjawaban dana ini disampaikan secara terbuka setiap 
bulan melalui website resmi DJPBN...alangkah indahnya membayangkan 
kalo suatu saat kita mendengar Anaknya Om Khobir, om Zam2, Om AA 
Taufik S, Om AmirsYahya, Om Pionset, Om Zainal, dlsb yang tidak 
dapat saya sebut namanya satu persatu (kayak ucapan terima kasih 
aja) dapat rangking 1 dan mendapat beasiswa dari Lembaga 
Kesejahteraan Pegawai DJPBN, 
Pasti pada saat itu...Kita semua para pejuang DJPBN diseluruh 
Indonesia akan benar-benar merasa memiliki dan mencintai DJPBN 
karena kita pun merasa bahwa "Cinta Kita Tak Bertepuk Sebelah Tangan"
Oh Indahnya membayangkan itu.... 



 


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to