Mas Hari, Berdasarkan pengamatan awam dan dr tempat yg jauh, saya se 7 jobgrading yg dibuat oleh konsultan mm masih perlu dilakukan koreksi, sebagaimana mas, eeh ngkong Hari sinyalir juga. Menurut saya yg perlu di lakukan adlh dialog dg si pembuat job grading, mungkin kata halusnya hrs di "evaluasi" oleh si pembuatnya maupun yg berkepentingan ( Menteri Keu dan ESL 1). Kan tugas dari si pembuat JG tidak selesai dg terciptanya JG yg di legalkan sbg PMK, tp jg harus ada evaluasi dr segala aspek.
Secara umum, sy lihat, JG hanya melihat nomenklatur tp tidak mempertibangkan rentang kendali, dan misinterpretasi fungsi. Ini terlihat misalnya JG untuk Sekretaris DJ, gradenya sama semua tanpa melihat besarnya organisasi, jumlah satker, tempat kedudukan satker dan jumlah pasukan yg di urus. (Grade Sekr DJA/BAF dll, sm dg Sek DJP/DJPB/DJBC, yg wilayahnya sel Indonesia) Secara internal di dalam DJPBN, telah terbangun suatu asumsi dan persepsi, yg memberi kedudukan lebih bagi Dabintek dan para Kabag (dan mm kenyataannya dr lingkup ruang tugas dan tgjwbnya mm lebih besar, tentu saja person yg di tempatkan pasti dipilih dg kriteria yg lebih). Syahdan yg namanya Dabintek,tgsnya adalah mengkoordinasikan dan memberikan bimbingan tehnis bg seluruh subdit2 di lingkungannya maupun eksternal, berat dan volume tugasnya banyak,. Orangnya di pilih yg sudah senior, biasanya pernah jadi subdit tehnis, JGnya ternyata lebih rendah dari JG subdit (lumayan lagi bedanya). Kepala Bagian di Sekretariat, rentang kendalinya bukan hanya sekedar membantu sekretaris di lingkup kantor pusat, tapi jg melayani seluruh Indonesia. Jg mengalami nasib yg sama Gradenya lebih rendah dr subdit2 di tempat lain, apalagi grade untuk eselon 4 nya. Kabag2 ini jg sama gradenya dg unit2 eselon I lainnya, tanpa mempertimbangkan volume kerja dan rentang kendali td. Penetapan JG semacam itu barangkali mm cocok untuk Perusahaan, karena mm di perlukan spesialist2. Sementara bg DJPBN, yg pendekatannya lebih generalis (???) mungkin akan menghadapi masalah besar ketika akan melakukan tour of duty bagi pejabat/pegawainya. Ketika dinding2 yg membatasi ruang tadi ternyata punya grading yg berbeda2. Ruang2 mutasi menjadi semakin menyempit, pasti ini lebih bikin pusing pimpinan DJPBN, padahal yg namanya mutasi itu mestinya membuat org happy. kalau bisa grade naik atau paling tidak sama, terutama bagi yg merasa tidak pernah melakukan kesalahan, krn semua ini akan berdampak kepada penghasilan. Di tingkat Staf/pelaksana ini juga ada pembedaan2, yg mungkin jd penyakit dlm menggerakkan personil. Pertimbangan hrs ekstra hati2 untuk menggerakkan orang (krn terlalu hati2 dan sempitnya ruang, jgn2 nggak ada mutasi2, ya itu kan pilihan) Jadi saya sependapat dg mas Hari, eeh ngkong Hari, kiranya perlu dilakukan dialog lagi yg intens dg konsultan untuk menyempurnakan grade td. Sy yakin ini pasti di lakukan oleh KANPUS. Siapa tahu kemarin di buat dg terburu-buru krn di kejar haaantuuuu, eh maksudnya dikejar waktu, kl telat kan kontraktor di denda shg input kurang dan tidak terlalu intens bahasnya. Tp pekerjaan selesai (secara formal). Sy kira semua ini belum harga mati (???). Wallahualam. Mas Hari, itu td sekedar beberapa contoh, jika dieksplorasi yg lebih mendalam mngkn masih ada lain2 yg mengganjal, dan gaaanjiiil. Waslam <wongndeso rangertitotokromo> ________________________________________________________ Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/