Boleh nanya nih. Kalau kebeneran Punky jadi berhasil dan kaya,
lalu punya pengaruh kuat di masyarakat sana ya. Terus nyalonin jadi
Walikota Sintang bakal dipilih nggak ya? Eh, ini nanya lho.
Jangan-jangan kena ethnic cleansing kayak kejadian Sambas kemarin.
Jangan-jangan pula nanti dituduh ambil bagian dalam merampas hak
putra Dayak dan Melayu. Kan dulu juga pernah didiskusikan di sini
bahwa transmigrasi adalah proses jawanisasi. Jangan sampai Pariyem
dan Sugiyo digusur dari desanya lalu ditaruh di hutan, sampai di
sana harus kerja keras, lalu berhasil, eh lalu dipenggal kepalanya.

Bila memang kejadiannya kayak begini, mending jangan ada
transmigrasi. Kasihan..... mending tetap di Gunung Kidul saja.
Kalau dikelola pasti juga ada jalan keberhasilan. Gurun saja bisa
disulap jadi lahan pertanian kok. Apalagi sekedar Gunung Kidul.
Ini yg dari Gunung Kidul. Kalau dari daerah lain macam Sragen jangan
mau transmigrasi. Mosok punya yg subur mau-maunya ngerjain rawa.
Kalau perlu diadakan land-reform untuk wilayah Jawa. Biar tanah-tanah
yg terampas dari petani dapat kembali ke pengelolanya. Gara-gara
petani sekedar petani penggarap, produktivitas juga kecil.
Tuh, bubarin Deptrans. Transmigrasi kan idem ditto dengan praktek
Belanda yg ngirim-ngirim naker sampai ke Suriname segala. Dijanjiin
enak malah jadi sengsara. Buat yg sudah terlanjur, kalau ternyata dikasih
tanah berbatu-batu, mending rame-rame ke Jakarta lalu bikin demo. Jangan
keterbukaan kok masih pake acara bohong. Itu kalau nggak becus, juga Deptan
juga bubarin aja. Bikin pupuk aja nggak becus. Hehehehe....


Salam,
Jaya



On Mar 31,  3:32pm, Indi Soemardjan wrote:
> Subject: Betapa mulia niatnya. :)
> Seorang akademik berniat untuk menerapkan ilmunya demi kerakyatan.
> Inilah sebuah contoh dalam bidang Social Enterpreneur.
>
> Alhamdulillah, masih ada orang berhati mulia seperti dia.
>
> INDI
>
>
> ----
>
>
> HAL biasa saat seseorang mendaftar sebagai calon transmigran di Kantor
> Wilayah Departemen Transmigrasi dan Permukiman Perambah Hutan, termasuk
> Ch Punky Asta Indrawan (30), arek kelahiran Malang (Jatim) yang pernah
> tinggal di Yogyakarta selama beberapa tahun.
>
> Akan tetapi siapa pun bakal kaget, jika mengetahui siapa sebenarnya
> Punky. Dalam riwayat pendidikan dan pekerjaan yang disodorkan ke Kanwil
> Deptrans dan PPH DKI Jakarta (sebagai tempat mendaftar) di kolom
> pendidikan tertulis alumnus Jaguar Education of Engineering Northburg,
> Jerman Barat, dengan spesialisasi mesin penggerak kapal.
>
> Dari daftar itu pula diketahui Punky pernah bekerja di sebuah perusahaan
> swasta di Jakarta dengan gaji Rp 2,750 juta/bulan. Lalu mengapa memilih
> sebagai transmigran? Apakah bukan suatu kemunduran?
>
> Punky yang sejak beberapa hari lalu (21/3) tinggal di Unit Permukiman
> Transmigrasi (UPT) Nanga Merakai XVII/A/SP1, Sintang (Kalbar) bersama
> istri dan anak usia delapan bulan menjawab, tinggal dari kacamata mana
> kita melihat.
>
> "Ditinjau dari penghasilan, saya mundur dalam hal kepemilikan asset.
> Namun saya maju, sebab begitu sampai di lokasi penempatan, saya
> merupakan pemilik dua hektar tanah lahan pertanian."
>
> Arek yang pernah memenangkan lomba karya tulis ilmiah remaja tingkat
> propinsi berjudul Perancangan Mesin Listrik Ramah Lingkungan (saat di
> SMA Albertus Malang) ini berkata, "Tanah yang diberikan negara itu
> merupakan perusahaan kami. Kami bebas mengelola dan menentukan sasaran
> usaha. Di sini adalah pengabdian sekaligus inovasi kemajuan bagi
> pengabdian kepada bangsa dan negara."
>
>
> ***
> PERNYATAAN itu bukan basa-basi, termasuk saat "diuji" Mentrans dan PPH
> AM Hendropriyono di Kantor Deptrans dan PPH, Kalibata (Jakarta),
> menjelang Punky dan 20 rekannya -sesama transmigran- berangkat ke
> Sintang menggunakan Kapal Motor Lawit.
> "Saya mantap, tak ada lagi yang bisa menghalangi tekad saya...," ujar
> Punky disamping istrinya, Suprapti (gadis Yogya) yang menggendong anak
> semata wayang, Sanjaya Putra Indrawan.
>
> Semula banyak pihak meragukan tekad Punky. Namun, keraguan itu sirna. Di
> tempat latihan terlihat jelas: jenis keterampilan yang dikuasai Punky.
> Lama sebagai manajer produksi kimia karbon dan bakteri, mendalami kimia
> organik, kimia karbon, pengembangbiakan bakteri dan pemanfaatannya -baik
> semasa bekerja di Yogya maupun Jakarta- Punky menguasai teori biologi
> tumbuh-tumbuhan.
>
> Di depan instruktur dan peserta latihan, pembuatan pupuk kompos yang
> lazim antara dua-tiga bulan baru bisa disebut jadi, ia buktikan hanya
> dalam waktu empat hari.
>
> Punky menjelaskan, bakteri Pseodomonas SP (sejenis bakteri pembusuk),
> bisa merusak akar tanaman cabai. Tetapi melalui perlakuan tertentu,
> bakteri ini malah akan membantu kesuburan tanah. Caranya, dilemahkan
> pada kondisi dorman (mati suri). Hasilnya akan membantu figur tanaman
> menjadi lebih hijau, buah lebih bagus, membantu proses pembuatan kompos,
> dan tanaman lebih tahan penyakit.
>
>
> ***
> BEGITU sampai di UPT Nanga Merakai, Sintang (Kalbar), Punky berencana
> membuat water purifier, syukur bisa berkemampuan besar sehingga seluruh
> transmigran sama-sama bisa menikmati.
> Setelah air bersih, dilanjutkan pendidikan bagi anak-anak transmigran.
> Anak-anak transmigran, lahir dan besar, sama-sama "makan nasi", seperti
> anak-anak pejabat di kota yang fasilitas pendidikannya jauh lebih
> lengkap. Beriktunya, Pungky ingin mengangkat nasib orang tua dan
> mengembangkan ternak besar, sekaligus memenuhi kebutuhan pupuk kandang.
> Ia juga telah membekali diri dengan ilmu manajemen, termasuk koperasi.
>
> "Saya ingin mengajak rekan-rekan transmigran membentuk koperasi dan
> mewujudkan impian perkebunan sebelum pemerintah turun tangan...,"
> katanya seperti dikutip Drs Bambang Anom dari Bagian Humas Deptrans dan
> PPH.
>
> Meski demikian, obsesinya bertransmigrasi sempat terganggu, ketika
> mengikuti latihan di Cibubur. Pasalnya, perusahaan yang pernah ia ikuti
> selama di Yogyakarta dan Jakarta, memanggilnya untuk bekerja. Ia sempat
> goyah. Namun, katanya, "Kalau saya hidup di Jakarta, membesarkan diri
> dan keluarga, itu berarti saya belum berhasil. Saya baru berhasil jika
> mampu mengangkat derajat orang-orang di sekitar saya."
>
> Tidak malu menjadi seorang transmigran yang kesannya kecil dan hidup
> susah? "Buat apa malu? Saya malah malu, mengapa di republik yang besar
> ini masih ada anggapan, transmigran disebut orang kalah, orang buangan.
> Kenapa persepsi demikian muncul?," tanyanya.
>
> Bagi Punky, transmigran merupakan ujung tombak pembangunan. Di sana bisa
> terjadi pemerataan pembangunan. "Lebih malu lagi kenapa banyak sarjana
> terutama pertanian dan teknik, memilih hidup di kota? Padahal sesuai
> semangat akademik, seharusnya mereka ikut membangun pelosok daerah. Di
> sana banyak rakyat yang tertinggal," gugatnya.
>
>
> ***
> PUNKY merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara keluarga pendidik.
> Ayahnya, T Astrohadi Martorejo (70), lulusan Ovleiding Voor Volk
> Onderweise School atau Sekolah Guru tahun 1948. Sedangkan ibunya, M Dwi
> Andayani (64) alumnus Sekolah Guru B tahun 1954.
> Dua kakak Punky, Eka Budianta (43) dan Wahyu Dwi Budi Leksono (41)
> terkenal di bidang masing-masing. Eka, alumnus Sastra Jepang UI dan
> University of California, Los Angeles dan pernah bekerja di seksi siaran
> Indonesia, BBC London. Sedangkan Wahyu pematung andal alumnus STSRI Asri
> Yogyakarta.
>
> Saat di SMA tahun 1986, orangtua Punky sempat dibikin pusing. Pasalnya,
> dia bertengkar dan dianggap melawan seorang guru, lalu dikeluarkan.
> Meski kepala sekolah, Pater E Siswanto merehabilitir untuk kembali
> diterima, tetapi Punky menolak. Pater Siswanto lalu membuat rekomendasi,
> kemampuan Punky menonjol di bidang permesinan. Berbekal rekomendasi
> inilah Punky muda yang jago bahasa Inggris mendaftar masuk Jaguar dan
> lulus test tahun 1987.
>
> Program kuliah sistem modul yang seharusnya diselesaikan empat tahun,
> dilalapnya selama satu tahun delapan bulan. Sepulang dari Jerman tahun
> 1988, ia langsung pulang kampung di Malang. Setelah silih berganti
> mendirikan perusahaan yang akhirnya bangkrut dan sempat bekerja pada
> perusahaan swasta PT Adicipta Carbon Indo di Jakarta tahun 1997, pada 4
> Oktober 1998 Punky mengundurkan diri.
>
> Dia tertarik transmigrasi yang informasi pertama didapat dari buku
> anak-anak, Mungkur Kambing (mungkur bahasa Dayak berarti dataran di
> tengah pulau), karya Iwan Yusi dan Petualangan yang Berhasil.
>
> Punky terketuk menatap masa depan demi anaknya sekaligus menghindari
> polusi fisik dan mental di kota. "Saya bertekad membangun daerah baru,
> bergotong royong dengan transmigran dan penduduk asli, sampai batas usia
> yang diberikan Tuhan", katanya.
>
> Apa kata Suprapti, istri Punky?. "Saya biasa hidup sederhana. Saya harus
> menghargai suami yang akan memberikan yang terbaik buat saya dan masa
> depan anak. Lagi pula saya berasal dari keluarga biasa. Jadi, relatif
> tidak kaget untuk hidup susah."
>
> Suprapti, gadis Suryodiningratan, Kodya Yogya, yang sering pergi ke
> supermarket selama di Jakarta ini berkata mantap: "Saya dengar di sana
> harus kerja keras. Tetapi saya tidak takut, karena itu tadi, saya sudah
> biasa dan saya yakin, kalau kita berusaha dan bertekad untuk maju, pasti
> akan berhasil...." (dj
> --
>
> Indi Soemardjan
> Be my guest: http://pagina.de/indradi
>-- End of excerpt from Indi Soemardjan

Reply via email to