Erwin wrote: ============================diapussssssssss=========================== Dan jujur saja, konsep negara Islam (walaupun mau digembar-gemborkan menghormati perbedaan), tentu saja mencemaskan orang-orang di luar Islam/minoritas. ===============================diapussssssssssss====================== Menghormati dan bersikap baik thd non-muslim merupakan salah satu perintah Allah swt (ajaran Islam) yang HARUS ditaati oleh setiap muslim yang benar-benar beriman..., jadi TIDAK PERLU lagi digembar- gemborkan. Kecemasan yang anda sebutkan tsb sangat tidak beralasan dan tidak lebih merupakan warisan dari pemerintah ORBA dulu ,yang semestinya sudah harus dihilangkan. Kalo anda mau belajar ttg sejarah panjang ummat Islam (mulai zaman Rasulullah saw dan sahabatnya hingga massa kini), maka Insya Allah anda akan menemukan banyak FAKTA sejarah yg tidak terbantahkan ttg penghormatan dan penghargaan kaum muslimin yg sedemikian besarnya thd hak-hak non-muslim.., suatu penghormatan HAM yg mungkin belum ada bandingnya sampai saat ini. Berikut saya postingkan suatu tulisan menarik di majalah Sabili ttg bukti sejarah toleransi kaum muslimin yg begitu tinggi thd umat non-muslim. Semoga dapat membuka mata dan pikiran kita dalam memahami Islam sebagai rahmatan lil alaminn (rahmat bagi seluruh alam semesta). ====================================================================== SABILI: Non Muslim di Tengah Masyarakat lslam Sejarah kekuasaan Islam, telah membuktikan kedamaian dan ketenteraman hakiki. Mayoritas Islam yang menguasai pentas kekuasaan, justeru memberi kedamaian dalam masyarakat plural dan heterogen. Dalam masyarakat lslami, tidak pernah ada vonis negatif bagi semua unsur masyarakat lain yang memeluk agama non Islam. Hubungan sesama warga negara, sepenuhnya ditegakkan di atas asas toleransi, keadilan, kebajikan dan kasih sayang. lnformasi objektif tentang perlakuan minoritas non muslim oleh masyarakat Islam, dijelaskan oleh Will Durant, seorang orientalis, dalam bukunya History of Civilization. "Di masa pemerintah Bani Umayah, kaum Nasrani, Zoroaster, Yahudi dan Shabi'i menikmati toleransi amat tinggi yang tidak dapat kita jumpai bandingannya di negara-negara Kristen. Mereka benar-benar bebas menyelengarakan aktivitas keagamaan. Kaum Kristen tetap menguasai gereja dan biara, dan tidak diwajibkan lebih daripada mengenakanpakaian dengan warna tertentu, serta membayar pajak setiap pribadi yang jumlahnya disesuaikan kadar penghasilannya. Pajak ini dikenakan atas orang-orang non muslim yang masih muda dan berfisik sehat. Sedangkan kaum pendeta, wanita serta anak anak yang belu akil baligh, hamba sahaya, orang-orang lanjut usia, lemah, buta dan miskin, tidak ada kewajiban pajak. Sebagai gantinya, mereka yang telah menyetorkan pajak itu dibebaskan dari kewajiban militer. Artinya, pemerintah Islam menjamin keamanan mereka, dari serangan musuh. Kelompok non muslim yang tergolong dalam ahlu dzimmah (terikat dengan perjanjian dengan kaum muslimin), juga tidak dikenakan membayar zakat sebesar 2,5 % pertahun, sebagaimana kewajiban kaum muslimin. Kesaksian mereka tidak diterima di depan pengadilan, namun mereka menikmati pemerintahan otonomi yang tunduk pada pemimpin-pemimpin, peradilan dan perundangan mereka sendiri." Dr. Kharbuti, yang banyak merujuk pada buku sejarah tulisan kaum orientalis rnenyebutkan, "Banyak tokoh besar yang lahir dari kalangan non muslim pada masa pemerintahan Abbasiyah. Contohnya, Bakhtaisyu bin Gabriel. Bakhtaisyu'adalah nama keluarga beragama Nasrani dari Syiria, yang menjadi dokter pribadi Khalifah Abu Ja'far A]-Mansur. Khalifah sangat percaya padanya. "Siapa saja yang memerlukan sesuatu hendaknya menyampaikannya kepada Gabriel, sebab aku akan meluluskan apa saja yang diminta dariku." Gaji bulanannya, sebanyak 10.000 dirham. Sejumlah warga non muslim oleh Harun Al Rasyid diberi pensiunan 1000 dinar sebulannya, plus hadiah 20.000 dirham setiap tahun. Para penulis Islam tidak berat sebelah terhadap berbagai kelebihan yang memang dimiliki kaum non muslim. Mereka memberi gelar Hunain bin lshak sebagai Kepala dokter di zamannya. Bakhtaisyu bin Gabriel hidup di bawah kesayangan dan perhatian khalifah AI-Mutawakkil yang hampir menyamai sang Khalifah sendiri dalam pakaian, cara hidup. Ketika dokter khalifah yang bernama Salmawaih dalam kondisi sakit,-Khalifah AI-Mu'tashim mengutus putranya untuk menjenguknya. Dan ketika akhirnya ia meninggal dunia, khalifah memerintahkan agar jenazahnya dibawa ke istana kemudian diselenggarakan upacara peruibadatan kaum Nasrani, dengan lilin dan dupa. Yunanna bin Masawaih melayani beberapa khalifah Bani Abbas sejak Harun A]-Rasyid, sampai Mutawakkil. Selama itu, ia tidak pernah absen makan bersama mereka. Para khalifah pun tidak mulai makan kecuali setelah kehadiran Yunanna. Karenanya, hubungan Yunanna dengan Mutawakkil sangat akrab. Tidak ada keseganan sedikitpun antara mereka. Banyak pula di kalangan ahiu dzimmah yang berhasil menjadi tokoh terkenal di bidang sastra dan seni. Sejarawan Torton menulis, "Hubungan-hubungan antara orang-orang Arab dengan penduduk negeri-negeri yang telah mereka bebaskan, di bidang sastra dan seni, amat baik, beriandaskan sikap saling menyayangi. Banyak orang non muslim yang bekerja di jawatan pemerintahan, baik sebagai insinyur atau karyawan biasa. Banyak pula non muslim yang menimba ilmu dari para tokoh dan fuqaha kaum muslimin. Sebut saja Hunain bin lshak, tokoh Kristen yang belajar pada tokoh sastra muslim, Khalil bin Ahmad dan Sibawaeh. Hunain pun kemudian tumbuh menjadi tokoh ahli bahasa Arab. Yahya bin Adi bin Humaid, tokoh penting ilmu manthiq beragama Kristen, juga berguru pada Farabi. Tsabit bin Hurrah belajar pada Ali bin Walid hingga menjadi tokoh terkenal di bidang seni tulis dan sastra. Contoh tentang toleransi kaum Abasiyah terhadap ahlu dzimmah, diuraikan oleh sejarawan Torton. la menulis, "Ibrahim bin Hilal boleh dijadikan contoh bagakimana orang ahiu dzimmah dapat meraih jabatan tertinggi negara. la memegang tugas penting hingga memperoleh pujian para penyair. lzzud Daulah Bakhtiar bin Muizzud Daulah AI-Buwaihi, pernah menawarkan pada lbrahim jabatan Perdana Menteri jika saja ia mau memeluk agama Islam. Tapi tawaran itu ditolak. Antara lbrahim dan Sahib lsmail bin Abbad sering melakukan surat menyurat, serta tukar menukar hadiah, kendati mereka berbeda agama. Torton bahkan mengakui, toleransi yang diberikan para penguasa muslim luar biasa kepada ahlu dzimmah. Banyak gereja dan biara baru yang dibangun di kota-kota Arab. Tak ada kantor pemerintahan di manapun tidak pernah kosong dari pegawai Nasrani dan Yahudi. Mereka bahkan, seringkaii mereka duduk di jabatan penting dalam struktur pemerintahan. Tingkat kesejahtaraan mereka, bisa dikatakan setara dengan para tokoh pemimpin muslim. Demikianiah gambaran singkat mengenai perlakuan non muslim oleh masyarakat Islam pada masa pemerintahan khilafah Islam. Bila kita merenunginya, betapa toleransi umat Islam terhadap non muslim itu Dan ini membuktikan bahwa Islam sebagai rahmatan lil alamin adalah bukan isapan jempol. Tapi bila kita tengok sekarang, khususnya perakuan non muslim pada umat Islam yang kebetulan mayoritas di suatu negara atau daerah, keadaannya bertolak belakang. Di Bosnia, Kosova, Kashmir, bahkan di negeri kita sendiri di Ambon, keadaan kaum muslimin tertindas. Darah kaum muslimin seperti hewan. Lronis. lchsan Solichuddin SABILI NO. 20 TH. VI 21 APRIL 1999/ 5 MUHARRAM 1420 www.sabili.co.id (artikel ini discan, bukan dari website) ______________________________________________________ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com