Ahaaa.....judulnya makin panjang, dan konteks diskusinyapun mangkin
ngembang. Issue agamapun menjadi muncul lagi, dan prediksi saya...ini
akan berkembang lagi menjadi lebih sengit, seperti biasanya. Mudah2an
prediksi saya ini salah, dan mudah2an pula karena saya membuat prediksi
ini, akhirnya issue agama nggak mengembang jadi perdebatan sengit.

Menurut saya sih, ketakutan2 itu nggak perlu ada seandainya kita bangsa
Indonesia yang sangat heterogen, multi cultural dan multi religion ini
nggak terlalu sensitif, khususnya masalah agama. Seandainya dari dulu2
kita bisa benar2 menerapkan saling menghormati dan saling menghargai
antar agama, Insya Allah kita bisa hidup rukun berdampingan (dalam arti
sebenarnya, bukan cuman slogan di Bhineka Tunggal Ika) dalam konsep
politik apapun.

Contoh yang disertakan Bung Rosadi juga menunjukkan, meskipun dalam
negara Islam, tapi karena rasa saling menghargai dan menghormatinya
sangat tinggi, akhirnya semua orang bisa hidup tentram tanpa adanya
ketakutan ketakutan. Contoh yang berlawanan mungkin bisa dilihat juga
di US. Meskipun mayoritas penduduknya adalah Nasrani (walaupun
negaranya sendiri tidak berdasar pada konsep Kristen) tetapi penganut
agama lain, termasuk Islam juga tidak mempunyai kekhawatiran. Itu
karena masyarakatnya tidak terlalu sensitif terhadap masalah2 perbedaan
agama.

Jadi yah, nggak usah deh ada ketakutan atau kekhawatiran akan konsep
politik yang dibawa partai2 yang ada sekarang. Justru menurut saya,
kita harus takut kalau dipimpin oleh seorang pemimpin yang NGGAK PUNYA
KONSEP.

Apapun konsep politik yang akan dianut nantinya, saya rasa pemimpin
yang akan datang tidak cukup bodoh dan berpikiran sempit untuk menjadi
Slobodan Milosevic di Indonesia.


--- Mohammad Rosadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Erwin wrote:
>
>
============================diapussssssssss===========================
>
> Dan jujur saja, konsep negara Islam (walaupun mau digembar-gemborkan
> menghormati perbedaan), tentu saja mencemaskan orang-orang di luar
> Islam/minoritas.
>
>
===============================diapussssssssssss======================
>
> Menghormati dan bersikap baik thd non-muslim merupakan salah satu
> perintah Allah swt (ajaran Islam) yang HARUS ditaati oleh setiap
> muslim yang benar-benar beriman..., jadi TIDAK PERLU lagi digembar-
> gemborkan. Kecemasan yang anda sebutkan tsb sangat tidak beralasan
> dan
> tidak lebih merupakan warisan dari pemerintah ORBA dulu ,yang
> semestinya sudah harus dihilangkan.
>
> Kalo anda mau belajar ttg sejarah panjang ummat Islam (mulai zaman
> Rasulullah saw dan sahabatnya hingga massa kini), maka Insya Allah
> anda akan menemukan banyak FAKTA sejarah yg tidak terbantahkan ttg
> penghormatan dan penghargaan kaum muslimin yg sedemikian besarnya thd
> hak-hak non-muslim.., suatu penghormatan HAM yg mungkin belum ada
> bandingnya sampai saat ini.
>
>
> Berikut saya postingkan suatu tulisan menarik di majalah Sabili ttg
> bukti sejarah toleransi kaum muslimin yg begitu tinggi thd umat
> non-muslim. Semoga dapat membuka mata dan pikiran kita dalam memahami
> Islam sebagai rahmatan lil alaminn (rahmat bagi seluruh alam
> semesta).
>
>
======================================================================
>
> SABILI: Non Muslim di Tengah Masyarakat lslam
>
>
> Sejarah kekuasaan Islam, telah membuktikan kedamaian dan ketenteraman
> hakiki. Mayoritas Islam yang menguasai pentas kekuasaan, justeru
> memberi kedamaian dalam masyarakat plural dan heterogen.
>
> Dalam masyarakat lslami, tidak pernah ada vonis negatif bagi semua
> unsur masyarakat lain yang memeluk agama non Islam.  Hubungan sesama
> warga negara, sepenuhnya ditegakkan di atas asas toleransi, keadilan,
> kebajikan dan kasih sayang.
>
> lnformasi objektif tentang perlakuan minoritas non muslim oleh
> masyarakat Islam, dijelaskan oleh Will Durant, seorang orientalis,
> dalam bukunya History of Civilization.  "Di masa pemerintah Bani
> Umayah, kaum Nasrani, Zoroaster, Yahudi dan Shabi'i menikmati
> toleransi amat tinggi yang tidak dapat kita jumpai bandingannya di
> negara-negara Kristen.  Mereka benar-benar bebas menyelengarakan
> aktivitas keagamaan.  Kaum Kristen tetap menguasai gereja dan biara,
> dan tidak diwajibkan lebih daripada mengenakanpakaian dengan warna
> tertentu, serta membayar pajak setiap pribadi yang jumlahnya
> disesuaikan kadar penghasilannya.
>
> Pajak ini dikenakan atas orang-orang non muslim yang masih muda dan
> berfisik sehat.  Sedangkan kaum pendeta, wanita serta anak anak yang
> belu akil baligh, hamba sahaya, orang-orang lanjut usia, lemah, buta
> dan miskin, tidak ada kewajiban pajak.
>
> Sebagai gantinya, mereka yang telah menyetorkan pajak itu dibebaskan
> dari kewajiban militer.  Artinya, pemerintah Islam menjamin keamanan
> mereka, dari serangan musuh.  Kelompok non muslim yang tergolong
> dalam
> ahlu dzimmah (terikat dengan perjanjian dengan kaum muslimin), juga
> tidak dikenakan membayar zakat sebesar 2,5 % pertahun, sebagaimana
> kewajiban kaum muslimin.  Kesaksian mereka tidak diterima di depan
> pengadilan, namun mereka menikmati pemerintahan otonomi yang tunduk
> pada pemimpin-pemimpin, peradilan dan perundangan mereka sendiri."
>
> Dr. Kharbuti, yang banyak merujuk pada buku sejarah tulisan kaum
> orientalis rnenyebutkan, "Banyak tokoh besar yang lahir dari kalangan
> non muslim pada masa pemerintahan Abbasiyah.  Contohnya, Bakhtaisyu
> bin Gabriel.  Bakhtaisyu'adalah nama keluarga beragama Nasrani dari
> Syiria, yang menjadi dokter pribadi Khalifah Abu Ja'far A]-Mansur.
> Khalifah sangat percaya padanya.  "Siapa saja yang memerlukan sesuatu
> hendaknya menyampaikannya kepada Gabriel, sebab aku akan meluluskan
> apa saja yang diminta dariku." Gaji bulanannya, sebanyak 10.000
> dirham.  Sejumlah warga non muslim oleh Harun Al Rasyid diberi
> pensiunan 1000 dinar sebulannya, plus hadiah 20.000 dirham setiap
> tahun.
>
> Para penulis Islam tidak berat sebelah terhadap berbagai kelebihan
> yang memang dimiliki kaum non muslim.  Mereka memberi gelar Hunain
> bin
> lshak sebagai Kepala dokter di zamannya.  Bakhtaisyu bin Gabriel
> hidup
> di bawah kesayangan dan perhatian khalifah AI-Mutawakkil yang hampir
> menyamai sang Khalifah sendiri dalam pakaian, cara hidup.
>
> Ketika dokter khalifah yang bernama Salmawaih dalam kondisi
> sakit,-Khalifah AI-Mu'tashim mengutus putranya untuk menjenguknya.
> Dan ketika akhirnya ia meninggal dunia, khalifah memerintahkan agar
> jenazahnya dibawa ke istana kemudian diselenggarakan upacara
> peruibadatan kaum Nasrani, dengan lilin dan dupa.
>
> Yunanna bin Masawaih melayani beberapa khalifah Bani Abbas sejak
> Harun
> A]-Rasyid, sampai Mutawakkil.  Selama itu, ia tidak pernah absen
> makan
> bersama mereka.  Para khalifah pun tidak mulai makan kecuali setelah
> kehadiran Yunanna. Karenanya, hubungan Yunanna dengan Mutawakkil
> sangat akrab.  Tidak ada keseganan sedikitpun antara mereka.
>
> Banyak pula di kalangan ahiu dzimmah yang berhasil menjadi tokoh
> terkenal di bidang sastra dan seni.  Sejarawan Torton menulis,
> "Hubungan-hubungan antara orang-orang Arab dengan penduduk
> negeri-negeri yang telah mereka bebaskan, di bidang sastra dan seni,
> amat baik, beriandaskan sikap saling menyayangi.  Banyak orang non
> muslim yang bekerja di jawatan pemerintahan, baik sebagai insinyur
> atau karyawan biasa.
>
> Banyak pula non muslim yang menimba ilmu dari para tokoh dan fuqaha
> kaum muslimin.  Sebut saja Hunain bin lshak, tokoh Kristen yang
> belajar pada tokoh sastra muslim, Khalil bin Ahmad dan Sibawaeh.
> Hunain pun kemudian tumbuh menjadi tokoh ahli bahasa Arab.  Yahya bin
> Adi bin Humaid, tokoh penting ilmu manthiq beragama Kristen, juga
> berguru pada Farabi.  Tsabit bin Hurrah belajar pada Ali bin Walid
> hingga menjadi tokoh terkenal di bidang seni tulis dan sastra. Contoh
> tentang toleransi kaum Abasiyah terhadap ahlu dzimmah, diuraikan
> oleh sejarawan Torton. la menulis, "Ibrahim bin Hilal boleh dijadikan
> contoh bagakimana orang ahiu dzimmah dapat meraih jabatan tertinggi
> negara. la memegang tugas penting hingga memperoleh pujian para
> penyair. lzzud Daulah Bakhtiar bin Muizzud Daulah AI-Buwaihi, pernah
> menawarkan pada lbrahim jabatan Perdana Menteri jika saja ia mau
> memeluk agama Islam.  Tapi tawaran itu ditolak.  Antara
> lbrahim dan Sahib lsmail bin Abbad sering melakukan surat menyurat,
> serta tukar menukar hadiah, kendati mereka berbeda agama.
>
> Torton bahkan mengakui, toleransi yang diberikan para penguasa muslim
> luar biasa kepada ahlu dzimmah.  Banyak gereja dan biara baru yang
> dibangun di kota-kota Arab.  Tak ada kantor pemerintahan di manapun
> tidak pernah kosong dari pegawai Nasrani dan Yahudi.  Mereka bahkan,
> seringkaii mereka duduk di jabatan penting dalam struktur
> pemerintahan. Tingkat kesejahtaraan mereka, bisa dikatakan setara
> dengan para tokoh pemimpin muslim.
>
> Demikianiah gambaran singkat mengenai perlakuan non muslim oleh
> masyarakat Islam pada masa pemerintahan khilafah Islam.  Bila kita
> merenunginya, betapa toleransi umat Islam terhadap non muslim itu Dan
> ini membuktikan bahwa Islam sebagai rahmatan lil alamin adalah bukan
> isapan jempol.  Tapi bila kita tengok sekarang, khususnya perakuan
> non
> muslim pada umat Islam yang kebetulan mayoritas di suatu negara atau
> daerah, keadaannya bertolak belakang.  Di Bosnia, Kosova, Kashmir,
> bahkan di negeri kita sendiri di Ambon, keadaan kaum muslimin
> tertindas.  Darah kaum muslimin seperti hewan. Lronis.
>
> lchsan Solichuddin
>
> SABILI NO. 20 TH.  VI 21 APRIL 1999/ 5 MUHARRAM 1420
> www.sabili.co.id (artikel ini discan, bukan dari website)
>
>
>
>
> ______________________________________________________
> Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
>

_________________________________________________________
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com

Kirim email ke