-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thursday, June 03, 1999 6:37 AM
Subject: [imaam] Dari Bukutamu ICMI Web (2)


No  59
Tanggal  15-Apr-99
Nama  Paulus Hendriyanto
E-mail  [EMAIL PROTECTED]
Alamat  Keuskupan Semarang
------------------------------------------------------------------------
BIBEL & QUR'AN TTG KEPEMIMPINAN WANITA.

Sebagai seorang Nasrani yang taat, sejak lama saya mendengar kalangan ummat
Islam tidak bisa menerima pemimpin mereka bila berasal dari kaum wanita.
Dasar mereka (kalangan Islam) adalah Al-Qur'an, yaitu Surat An-Nisaa ayat
34,
yang berbunyi :" Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain(wanita)". Tampaknya hal inilah yang menyebabkan Gus Dur mengatakan
belum lama ini seperti pernah dikutip Asia Week, bahwa sulit bagi Megawati
untuk bisa diterima kalangan muslim kalau dia memaksakan diri untuk menjadi
Presiden kelak. Seandainya yang naik adalah Guntur, kakak laki-laki mba
Mega,
saya rasa mereka tak berkeberatan untuk mendukungnya. Bagaimana dengan
Iman-Kristiani? Ternyata Kitab BIBEL memerintahkan hal yang senada dengan
Qur'an, yaitu menolak wanita bila dijadikan pemimpin dikalangan ummat
ummatnya. Dasarnya adalah Kitab Perjanjian Baru yang dicantumkan dalam Kitab
BIBEL : I Timothius 2 :12 yang berbunyi : "Tiada Aku mengizinkan seorang
perempuan mengajar atau MEMERINTAH atas laki-laki, (tetapi) hendaklah ia
berdiam diri". Dengan keterangan Al-Kitab ini menjadi jelaslah bagi kalangan
ummat Nasrani, bahwa Tuhan Yesus dan Tuhan Bapak melalui firman-Nya telah
melarang ummat-Nya untuk mengangkat wanita sebagai pemimpin untuk memerintah
mereka. Ayat ini juga otomatis menjadi pedoman yang jelas bagi ummat
Nasrani,
bahwa ajaran iman mereka menolak bila wanita dijadikan pemimpin ummat,
siapapun dia dan darimana pun datangnya. Oleh sebab itu sangat musykil bagi
kami (ummat Nasrani) menerima kalau wanita dijadikan pemimpin Bangsa
Indonesia untuk kalangan ummat Nasrani, karena kalau menerima beliau sama
saja kami durhaka atau kafir dengan perintah Tuhan. Dan kami sangat
menyadari
betapa besarnya dosa bila ummat Nasrani mendurhakai perintah-Nya itu. Dengan
pandangan keimanan yang diberitakan Al-Kitab untuk ummat Nasrani dan
Al-Qur'an untuk kalangan muslim, berarti secara statistik ummat beragama di
negeri ini mayoritas menolak bila wanita diangkat sebagai pimpinan mereka
(bukankah ada 85 persen muslim plus 10 persen nasrani di Indonesia sekarang
ini?). Bila ada ummat Nasrani ataupun ummat Islam yang tetap setuju bila
pemimpin mereka diambilkan dari kalangan wanita, berarti mereka tidak
memahami betul akan hakikat iman dan isi Kitab sucinya yang seharusnya
mereka
pedomani. Dalam hal sudah menjadi tugas dan tanggung-jawab kaum Rokhaniawan
untuk menyadarkan ummatnya masing-masing, sebab mereka kelak pasti diminta
pertangungan jawab oleh Tuhan akan kesungguhan mereka membawa domba-domba
mereka ke arah jalan Tuhan Yang Esa. Saran saya untuk DPP PDI Perjuangan
sebaiknya anda memperhatikan aspirasi yang berkembang dikalangan bawah ini.
Selagi Habibie yang dianggap oleh sebagian kecil elit kekuasaan dan elit
massa saja tidak 'legitamed' itu sudah kesulitan menjalankan roda
Pemerintahan, apalah lagi kelak bila Bu Megawati dipaksakan naik jadi
Presiden, pasti kerepotannya bisa luar biasa ..... bahkan bisa-bisa PDI
Perjuangan mereka habisi ke akar-akarnya seperti PKI dulu. Meskipun UUD'45
tidak mensyaratkan seorang Presiden RI harus beragama tertentu karena RI
bukan negara agama, tetapi akar budaya setempat tidak bisa kita abaikan. Di
Amerika Serikat saja tak ada larangan kaum kulit hitam jadi Presiden AS,
tetapi bisakah mereka memilih dan beranikah mereka mengangkat orang kulit
hitam sebagai kepala negaranya? Sama halnya di Inggris, beranikah mereka
mengangkat seorang katholik menjadi Perdana Menterinya meskipun UU disana
tidak mensyaratkan seorang PM Inggris harus beragam kristen-protestan?
Demikian pula di Indonesia, UUD kita tak ada mencantumkan calon Presiden
harus beragama Islam dan Pria, tapi beranikah kita memaksakan kehendak yang
naik jadi Presiden RI seorang non-muslim dan wanita?

Paulus Hendriyanto, Keuskupan SEMARANG, Jawa-Tengah, Indonesia.

----------------------------------------------------------------------------
--
--

kunjungi :www.icmi.or.id

Kirim email ke