Dari posting ini, saya tidak tau dari mana asalnya, Saya menjadi ingat
akan definisi sikap Proaktif oleh STEPHEN R. COVEY,  bahwa sikap yang
proaktif yaitu sikap yang dapat menciptakan alternatif solusi dan
memilihnya kemudian. Sikap yang reaktif merupakan sikap manusia yang tidak
efektif menurut dia. Dimana solusi yang diberikan ditentukan oleh situasi
lingkungan di luarnya atau dari luar ke dalam. Jadi, kalau dibilang orang
" Kamu orang yang tidak bebas" ( cermin sosial ) maka orang yang reaktif
pun menerima pendapat itu sehingga membuat dia tidak melebihi dari sifat
binatang, bukan sifat manusia yang dianugerahi oleh SANG PENCIPTA.
Kelebihan manusia dari binatang adalah kemampuan manusia untuk memandang
atau "melihat" diri dia sendiri, sebelum melihat diri orang lain. Manusia
yang proaktif adalah manusia yang mempunyai visi pribadi yang bermula dari
dalam ke luar, bukan dari luar ke dalam.
        Untuk itu, Saya memberi saran kepada yang mengirim posting itu
untuk terus menjelajah pengetahuan yang telah disediakan oleh TUHAN.
Apakah manusia yang tertindas karena dia sudah ditakdirkan tertindas?
Tidak, karena manusia itu sendiri yang memberikan kepada manusia lain
untuk menindas dia.
        Sama halnya, dengan membandingkan kitab suci yang berbeda dan
menghubungkannya dengan dunia realita bukanlah dengan waktu yang singkat,
bahkan bertahun -tahun. Apalagi memahami kedua kitab hanya dengan
sepenggal - sepenggal. Budaya ini adalah bukan kesalahan siapa - siapa ,
melainkan kesalahan terdahulu yang menaburkan budaya "INSTAN".
"Berikanlah yang terbaik untuk NEGARA INDONESIA"
:-)

Jabat erat
FRAREV SITORUS

On Thu, 3 Jun 1999, Nasrullah Idris wrote:
>
> No  59
> Tanggal  15-Apr-99
> Nama  Paulus Hendriyanto
> E-mail  [EMAIL PROTECTED]
> Alamat  Keuskupan Semarang
> ------------------------------------------------------------------------
> BIBEL & QUR'AN TTG KEPEMIMPINAN WANITA.
>
> Sebagai seorang Nasrani yang taat, sejak lama saya mendengar kalangan ummat
> Islam tidak bisa menerima pemimpin mereka bila berasal dari kaum wanita.
> Dasar mereka (kalangan Islam) adalah Al-Qur'an, yaitu Surat An-Nisaa ayat
> 34,
> yang berbunyi :" Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
> karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
> yang lain(wanita)". Tampaknya hal inilah yang menyebabkan Gus Dur mengatakan
> belum lama ini seperti pernah dikutip Asia Week, bahwa sulit bagi Megawati
> untuk bisa diterima kalangan muslim kalau dia memaksakan diri untuk menjadi
> Presiden kelak. Seandainya yang naik adalah Guntur, kakak laki-laki mba
> Mega,
> saya rasa mereka tak berkeberatan untuk mendukungnya. Bagaimana dengan
> Iman-Kristiani? Ternyata Kitab BIBEL memerintahkan hal yang senada dengan
> Qur'an, yaitu menolak wanita bila dijadikan pemimpin dikalangan ummat
> ummatnya. Dasarnya adalah Kitab Perjanjian Baru yang dicantumkan dalam Kitab
> BIBEL : I Timothius 2 :12 yang berbunyi : "Tiada Aku mengizinkan seorang
> perempuan mengajar atau MEMERINTAH atas laki-laki, (tetapi) hendaklah ia
> berdiam diri". Dengan keterangan Al-Kitab ini menjadi jelaslah bagi kalangan
> ummat Nasrani, bahwa Tuhan Yesus dan Tuhan Bapak melalui firman-Nya telah
> melarang ummat-Nya untuk mengangkat wanita sebagai pemimpin untuk memerintah
> mereka. Ayat ini juga otomatis menjadi pedoman yang jelas bagi ummat
> Nasrani,
> bahwa ajaran iman mereka menolak bila wanita dijadikan pemimpin ummat,
> siapapun dia dan darimana pun datangnya. Oleh sebab itu sangat musykil bagi
> kami (ummat Nasrani) menerima kalau wanita dijadikan pemimpin Bangsa
> Indonesia untuk kalangan ummat Nasrani, karena kalau menerima beliau sama
> saja kami durhaka atau kafir dengan perintah Tuhan. Dan kami sangat
> menyadari
> betapa besarnya dosa bila ummat Nasrani mendurhakai perintah-Nya itu. Dengan
> pandangan keimanan yang diberitakan Al-Kitab untuk ummat Nasrani dan
> Al-Qur'an untuk kalangan muslim, berarti secara statistik ummat beragama di
> negeri ini mayoritas menolak bila wanita diangkat sebagai pimpinan mereka
> (bukankah ada 85 persen muslim plus 10 persen nasrani di Indonesia sekarang
> ini?). Bila ada ummat Nasrani ataupun ummat Islam yang tetap setuju bila
> pemimpin mereka diambilkan dari kalangan wanita, berarti mereka tidak
> memahami betul akan hakikat iman dan isi Kitab sucinya yang seharusnya
> mereka
> pedomani. Dalam hal sudah menjadi tugas dan tanggung-jawab kaum Rokhaniawan
> untuk menyadarkan ummatnya masing-masing, sebab mereka kelak pasti diminta
> pertangungan jawab oleh Tuhan akan kesungguhan mereka membawa domba-domba
> mereka ke arah jalan Tuhan Yang Esa. Saran saya untuk DPP PDI Perjuangan
> sebaiknya anda memperhatikan aspirasi yang berkembang dikalangan bawah ini.
> Selagi Habibie yang dianggap oleh sebagian kecil elit kekuasaan dan elit
> massa saja tidak 'legitamed' itu sudah kesulitan menjalankan roda
> Pemerintahan, apalah lagi kelak bila Bu Megawati dipaksakan naik jadi
> Presiden, pasti kerepotannya bisa luar biasa ..... bahkan bisa-bisa PDI
> Perjuangan mereka habisi ke akar-akarnya seperti PKI dulu. Meskipun UUD'45
> tidak mensyaratkan seorang Presiden RI harus beragama tertentu karena RI
> bukan negara agama, tetapi akar budaya setempat tidak bisa kita abaikan. Di
> Amerika Serikat saja tak ada larangan kaum kulit hitam jadi Presiden AS,
> tetapi bisakah mereka memilih dan beranikah mereka mengangkat orang kulit
> hitam sebagai kepala negaranya? Sama halnya di Inggris, beranikah mereka
> mengangkat seorang katholik menjadi Perdana Menterinya meskipun UU disana
> tidak mensyaratkan seorang PM Inggris harus beragam kristen-protestan?
> Demikian pula di Indonesia, UUD kita tak ada mencantumkan calon Presiden
> harus beragama Islam dan Pria, tapi beranikah kita memaksakan kehendak yang
> naik jadi Presiden RI seorang non-muslim dan wanita?
>
> Paulus Hendriyanto, Keuskupan SEMARANG, Jawa-Tengah, Indonesia.
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> --
> --
>
> kunjungi :www.icmi.or.id
>

Kirim email ke