Cerita anda menunjukan bagaimana manusia indonesia yang
sesungguhnya.....masih belum bisa menerima perbedaan yang tampak dalam
wujud fisik dan hanya dapat mengatakan bahwa dia bukan seseorang yang
mempermasalahkan perbedaan. Apa yang dia ucapkan sungguh jauh berbeda
dengan apa yang dia lakukan. Teman anda yang ketakutan dengan orang Irian
ini banyak sekali dijumpai di Tembagapura. Anda kesana sekali-kali, lihat
bagaimana kita, orang indonesia, sang penjajah, memperlakukan warga asli
yang sudah lama tinggal disana, pemilik sah tanah papua, dan yang
terus-terusan dirampok oleh kita.
Apakah ini memang mental bangsa indonesia? yang hanya besar mulut tapi
kalau diminta untuk memperlihatkanya tidak bisa...
Seperti yang pernah saya tanyakan pada permias, yang akhirnya tidak
pernah dijawab, dan sepertinya tidak mau dijawab.
Bagaimana kita selama ini memperlakukan Irian Jaya? Kenapa orang
Indonesia selalu tidak bisa melihat bahwa kita adalah penjajah di tanah
Papua. Kenapa selalu Indonesia yang merasa dirugikan apabila kita
berbicara ttg Freeport Indonesia, tanpa melihat bahwa yang dirugikan
sebenarnya adalah penduduk asli Irian Jaya.

Andrew Pattiwael



On Sat, 5 Jun 1999, Nasrullah Idris wrote:

>      Ada seorang wanita datang ke rumah saya. Ia banyak bercerita tentang
> persamaan/keadilan. Katanya, setiap manusia itu mempunyai kedudukan yang
> sama. Sambungnya lagi, kita tidak memperlihatkan perbedaan hanya karena ras,
> suku, dan etnik.
>      Saat ia begitu asyik beretorika, datanglah seorang teman saya asal
> Irian Jaya mengetok pintu.  Lalu ia membuka pintu karena dekat dari pintu
> masuk, Entah kenapa, ia seperti ketakutan. Ekspresi wajahnya jadi lain.
> Pembicaraan pun jadi terhenti.
>
>
> Salam,
>
> Nasrullah Idris
>

Kirim email ke