Menjawab Bung Dody:

On Sat, 5 Jun 1999, Dody Ruliawan wrote:

> Buat Bung Pattiwael :
> Saya sangat tertarik karena anda secara langsung menyimpulkan
> "bagaimana manusia Indonesia yang sesungguhnya" cuma mau komentar,
> bagaimana reaksi wanita itu bila yang datang adalah anak Irian
> asli(katakanlah berumur 6 tahun)? Saya yakin wanita itu tidak akan
> ketakutan. Mudah sekali, jelas wanita itu masih merasakan adanya
> "ancaman" menurut versi dia sendiri. Jadi ini hanya masalah persepsi
> karena dia belum yakin dengan siapa dia berhadapan, dan waktu akan
> membuktikan apakah ancaman itu memang benar-benar ada; jadi saya yakin
> untuk sementara waktu wanita itu "kompromi" dengan cara "menahan diri"
> sambil mencari-cari posisi baru yang "aman".

Tapi apa yang harus ditakutkan oleh wanita itu bung? bukankah hitam
ataupun kriting, orang irian juga adalah manusia? bisa kesinggung donk
orang irian itu bila wanita itu bersikap seperti melihat maling disiang
hari bolong. Saya ngga tau ya gimana seharusnya wanita itu
bersikap...tapi tolong jangan ditunjukan seperit melihat alien from
another planet.

> Bung Pattiwael, senang juga bisa diskuis dan  menceritakan pengalaman
> saya kepada rekan-rekan di Permias.
> Sebenarnya Irian itu terkesan "sangat jauh" bagi rata-rata orang
> Indonesia. Kalau bung Pattiwael menanyakan kepada rekan-rekan di
> Permias, saya sangat yakin bahwa mayoritas dari mereka belum pernah
> pergi ke Irian.

sangat jauh bukan berarti tidak kenal kan.....karena itu saya suka
menceritakan pengalaman saya...karena selama ini hanya saya saja yang
dari Irian menceritakan pengalaman saya di Irian...saya tahu banyak dari
teman2 di Indokids, New Orleans, atau di fmi.com yang di tembagapura dan
Kuala Kencana yang memantau atau membaca permias milist ini.

> Karena kondisinya demikian, kita rata-rata orang Indonesia hanya dapat
> berharap bahwa siapapun yang berbisnis di sana tidak "mentang-mentang"
> dan tidak berlaku seperti penjajah.

tapi tidak ignorance bahwa hanya Indonesia saja yang dirugikan, dan tidak
memikirkan penderitaan rakyat Irian sendiri yang jelas2 berhadapan tiap
hari dengan Kekuatan Raksasa mesin-mesin tambang Freeport. Bayangkan
seorang Irian, yang hitam legam, kriting, hanya mengenakan Koteka bediri
disamping sebuah Caterpillar yang rodanya saja segede rumah dan kemampuan
bak dibelakangnya itu bisa memindahkan sebuah gunung.

> Bung Pattiwael, saudara kita dari Irian memang agak berbeda dengan
> saudara setanah air yang berasal dari Jawa. Sampai dengan saat ini
> kualitas sumberdaya manusia asal Irian ini secara rata-rata memang
> masih rendah. Kongkritnya kalau ada rekrutmen pegawai dan saudara kita
> yang dari Irian ini bersaing dengan yang dari Jawa.....wah...susah
> juga, dan itu yang terjadi di Tembagapura. Sementara ini saudara dari
> Irian masih lebih banyak mengurusi pekerjaan yang membutuhkan fisik
> yang prima, dalam hal ini saudara kita dari Irian (dan Maluku tentu
> saja) memang lebih potensial daripada saudara kita dari suku lain.
> Kemudian, seperti biasa, di dalam perusahaan itu kan selalu ada posisi
> "manajemen", "supervisor" dan sebagainya yang singkat kata lebih
> mengutamakan "pikir" daripada "otot", dan tentu saja posisi-posisi itu
> dengan segera diisi oleh orang "non Irian". Apakah karena hal ini lalu
> bung Pattiwael menyimpulkan saudara-saudara kita yang "non Irian" itu
> adalah penjajah ?

bukan kah tugas kita yang sudah dapat menikmati hasil dari Irian untuk
Gives Something Back ke mereka, bukankah mereka seharusnya kita didik
untuk lebih berilmu dan akhirnya dapat memegang posisi yang selama ini
kita pegang. Kita harus rela jikalau saat nya tiba, agar jabatan yg
selama ini dipunyai oleh orang2 Indonesia, diberikan kepada mereka.
Apakah anda pernah melihat bahwa hampir semua tukang sampah, tukang sapu
jalanan, tukang betulin ledeng, bahkan pelayang di messhal-messhall
seperti Mawar, Melati dan Flamboyant di Tembagapura adalah orang
Irian....ini seperti kerjaan kacung bung....sedih rasanya kalau melihat
ini... Tapi memang ada beberapa Orang irian yang menduduki jabatan cukup
baik, contoh Kepala Sekolah YPJ Tembagapura. Beberapa Manager di beberapa
bagian, baik freeport maupun perusahaan kontraktor seperti APPDC,
Alatief, Electric, etc...tapi hanya segelintir...
Dan bukannya Freeport memang cuek, tapi memang ada usaha untuk mendidik
mereka. Yang saya lihat adalah kurangnya usaha pemerintah sendiri,
DepDikBud, untuk mendidik orang Irian agar lebih berpendidikan...padahal
sudah beberapa billion dollars didapat dari Royalti PT.FI

> Memang sulit untuk memakmurkan saudara yang ada di Irian, sebenarnya
> sama saja dengan wilayah lain di Indonesia. Bung Pattiwael, apa
> komentar anda tentang Aceh, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur ?
> Saya sangat setuju bila dikatakan bahwa usaha pemerintah kita itu
> "keterlaluan sekali kurangnya".
> 3 tahun lalu saya makan bersama dengan para kepala suku di Tembagapura
> dan saya sedih sekali karena yang namanya "kepala suku" saja
> kesejahteraannya minim sekali, apalagi yang anggota suku biasa. Kalau
> anda "jalan-jalan" di pagi hari antara Tembagapura dan Kuala Kencana,
> anda masih banyak melihat wanita memakai noken di kepala dan membawa
> panah kan ?

Anda pernah tanya bagaimana perasaan para kepala suku itu setelah
bergabung dengan Indonesia, setelah melihat kemajuan freeport selama ini

lihat sebentar mungkin Penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dapat
membangun dampak yang sama dengan PT. Freeport. semoga jangan deh..
Untuk aceh...anda sendiri melihatnya gimana....saya belum pernah ke Aceh,
dan saya ngga tau apa saja usaha yang sudah diberikan oleh PT. Mobil di
sana...atau PT. Arun. Buktinya sekarang Mobil dan Arun malah jadi sasaran
kemarahan rakyat Aceh...apakah ini tidak mering bel di kepala kita
masing2, bahwa masih ada yang kurang.....untuk Timor-Timur ...belum
ketahuan kan hasil dari Timor Oil itu....

> Saat ini kesejahteraan rakyat di Indonesia memang masih rendah, bung
> Pattiwael, orang-orang seperti anda (yang punya perhatian kepada
> rakyat) itu lah yang diharapkan menjadi pemimpin. Orang-orang yang anda
> katakan "penjajah" itu era kepemimpinannya segera berlalu, oleh karena
> itu saya masih optimis bahwa masa depan Indonesia itu bagus.

Pemimpin...jangan deh....ngeri bisa kualat seperti soeharto...
Semoga yang anda sampaikan ke saya dapat menjadi kenyataan..

> Bung Pattiwael, kita ini bukan generasi "perampok", dan kalaupun
> sekarang ada "perampok" maka semoga para pemimpin kita yang sering
> menyebut dirinya sendiri sebagai "kaum pro reformasi" itu agar segera
> "memberesi" mereka.

Anda percaya ? saya masih sangsi tuh.....apa mereka memang sudah tobat
atau hanya save their own little assess....

> Ngomong-ngomong, bung Pattiwael, "perampokan" itu bukannya lebih banyak
> di Jakarta ? (termasuk yang diundang oleh BPPN ?).

Wah rupanya di Jakarta itu sarang perampok ya....dan jelas yang sekarang
masih bercokol di Jakarta itu perampok semua...

> Yah...sebagai selingan.....ada juga kok orang Irian yang tidak suka
> mengurusi tanah leluhurnya dan malah senang jadi "pelindung" di
> Mabes.....bukannya Mabes ABRI...tapi Mangga Besar....dan...anggota MPR
> lagi...??
> Anda tahu khan siapa orangnya ?

Tahu, yang pasti bukan Yapto CS kan? :)

> Terus berhubung bung Pattiwael menyebut-nyebut "penduduk asli Irian"
> dirugikan....ada baiknya juga kita buka forum diskusi "penduduk asli
> Betawi" banyak dirugikan...bahkan..sebagian tanah leluhur mereka
> contohnya kawasan "Pantai Mutiara", Glodok dan Mangga Dua...telah
> diduduki oleh "penjajah".....sampai-sampai suku Betawi terdesak
> "mundur" ....dan bermukim di sekitar.....Depok......menarik ??

Karena itu kan kita selalu asik menonton Si Doel Anak Sekolahan, jeritan
tangis masyarakat Betawi tersalurkan....
Penjajah....hayo bung jangan coba menyalurkan kefrustasian kita kepada
satu golongan saja....anda tidak lihat yang tinggal di Pondok Indah,
Cibubur, tempat2 lain juga....atau Cikini, Cendana, dan lingkungan
Jakarta pusat....bukan hanya "penjajah" sipit saja kan tapi juga penjajah
yang mengaku dirinya "pribumi" dan hidup enak dari hasil melindungi
"penjajah" dari Glodok, Mangga Besar, atau Mangga Dua....anda jangan
berdouble standard dalam melihat hal ini...
Sekarang siapa yang bersalah...saya rasa kita semua bersalah juga karena
telah membiarkan sistim Pak Harto ini dijalankan....Melindungi Usaha
Dagang kaum keturunan dengan menekan kaum kita sendiri. Akhirnya kaum
kita sendiri yang paling bawah itu (buruh,dan pedangang kecil) berontak,
tapi kita yang diatas malah cuci tangan tanpa mau mengaku dosa sekalipun
dan malah menunjuk kaum keturunan sebagai kambing hitam dan tidak
menunjukan tanggung jawab apapun...Anda bisa tanya nih sama anak2 Pak
Harto yang getol memakai sistim ini, beberapa Jendral ABRI, dan beberapa
pejabat tinggi negara.


Andrew Pattiwael

Reply via email to