Lihat saja : Kemal  Attaturk tidak  mampu mengakomodasi  berbagai
kekuatan  rakyat  untuk membentuk negara kuat serta disegani di mata
internasional.  Makna  "nasionalisme"  dilakukan dalam artian  sempit. Huruf
Arab diganti dengan huruf latin. Para tokoh ummat dipinggirkan.
     Akibatnya menjadi  bumerang  bagi  identitas  negaranya  dari  generasi
ke generasi. Padahal kalau dari SDM-nya ... Turki sangat tangguh. Apalagi
warisan IPTEK-nya sangat besar. Ia pun selama ratusan pernah berjaya. Maka
itu seharusnya ia lebih maju ketimbang Jepang.
     Tetapi kenyataannya mengapa tidak? Di kalangan Organisasi Konfrensi
Islam maupun Uni Eropa, ia tidaklah termasuk negara yang disegani.  Malah
adakalanya cenderung diasingi.
     Hendaknya  ini  menjadi  pelajaran  bagi  negara  mana  pun.
Mengabaikan,  melecehkan, atau mengenyampingkan  ummat  mayoritas  hanya
akan  menjadikannya  "kontra  produktif"  yang  gilirannya  membuat  negara
lain, khususnya perusahaan transnasional,  tergoda menjadikannya sebagai
segmen  pasar  ekonomi demi devisa dalam negerinya.


Salam,

Nasrullah Idris

Reply via email to