Kalo Ketua MPR sebaiknya dipegang oleh partai peraih suara terbanyak yang kebetulan kursinya terbanyak yaitu PDIP. Seperti pada "Kabinet Versi Saya" usulan saya adalah Dimyati Hartono sebagai Ketua MPR. Ketua DPR sama seperti Bung Irwan usulkan yaitu Amien Rais. Biar doi punya banyak kesempatan untuk jadi "artis" media massa. Pak Prabu Brawijaya, saya salah satu saksi bahwa Bung Irwan tetap konsisten membuat koalisi PDIP-PKB-PAN. Jadi ia nggak wolak-walik kayak sampeyan. Efron -----Original Message----- From: Irwan Ariston Napitupulu [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Monday, 21 June, 1999 13:29 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Suara terbanyak vs Suara mayoritas (Re: [detikcom] Kita akan... In a message dated 6/20/99 11:44:40 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: > Ada beberapa pertanyaan untuk Bung Irwan: Irwan: Silahkan kalau dalam konteksnya bertanya, kecuali kalau udah fitnah atau membolak-balikan fakta, itu yg gue ngga demen. Berhubung anda menggunakan kata "beberapa pertanyaan" maka saya asumsikan pertanyaan yg akan anda ajukan ke saya lebih dari satu. Jaya: > - Apakah menurut anda PAN dan PKB mesti bergabung dengan PDIP? > Untuk apa? Irwan: Tidak harus. Itu terserah PAN dan PKB. Tapi kalau memang PAN dan PKB merasa perlu mencegah GOLKAR naik kembali memegang pemerintahan, PAN dan PKB perlu mempertimbangkan untuk bekerjasama atau berkoalisi dengan PDIP. Untuk apa? Untuk pemilihan presiden. Selepas dari pemiliha presidenn, seperti yg sudah saya sering kemukakan sebelumnya, kembali keposisinya semula. Mungkin perlu juga dipertimbangkan untuk berkoalisi kembali dalam pemilihan ketua MPR dan DPR. Saya usulkan agar Amien Rais dipilih menjadi ketua DPR (kalau memang antara ketua MPR/DPR akan dipisah). Ketua MPRnya saya usulkan Matori (PKB). Untuk Gus Dur, seperti yg dulu pernah saya kemukakan, sebaiknya Gus Dur. Hmmm.....cuma dua aja nih pertanyaannya? Kirain banyak sampai pakai kata beberapa segala. Oops...khan dua itu termasuk banyak ya, lebih dari satu....:) Jaya: > Setelah melihat dari waktu ke waktu, pendapat Bung Irwan berubah. > - Pada saat pra pemilu: PAN dan PKB mesti gabung dg PDIP > untuk menentang pro status quo. Irwan: Wah....nih lagi nih loe mulai bolak-balik fakta. Kapan sih gue pernah bilang begitu sebelum pemilu? Yang gue bilang sebelum pemilu itu, supaya orang2 milih salah satu dari PAN, PKB, PDIP. Bahkan awalnya tidak hanya PAN, PKB, dan PDIP saja tapi termasuk PPP, PK, yg intinya Asal Bukan Golkar cs (ABG cs). Kemudian setelah gue perhatiin ada berita PPP akan mendukung Habibie jadi capres, lalu buru2 gue bilang bahwa gue akhirnya cuma yakin tiga partai saja yaitu PAN, PKB, PDIP yg perlu didukung pada saat pencoblosan. PK gue tarik keluar karena waktu itu belum ada pernyataan resmi apakah akan mendukung Golkar atau tidak. Makanya waktu itu gue tanya secara terbukan di milis ini ke bung Rosadi yg saya ketahui kader PK. Jawaban yg saya terima waktu itu masih ngambang, makanya sempat beberapa kali terjadi tanya & jawab di milis ini sampai akhirnya saya baca pernyataan resmi dari PK tentang hal yg berkaitan ke Golkar. Setelah peristiwa itu, saya masukan kembali PK tapi sebagai partai yg perlu dipertimbangkan kalau PAN, PKB, PDIP, dirasa kurang sesuai oleh pemilih. Banyak saksi disini untuk membuktikan apa yg gue bilang di atas itu benar. Jadi bukan seperti tuduhan loe di atas. Gue perhatiin loe udah beberapa kali bolak-balik fakta. Setelah posting ini kalau kedapatan loe bolak-balik fakta lagi, gue ngerasa ngga perlu ngelanjutin diskusi dengan orang seperti loe. Sori aja dah ya, buat gue diskusi seperti itu diskusi yg ngga sehat. Gue juga bilang PAN, PKB, dan PDIP perlu bekerja sama untuk mencegah Golkar berkuasa lagi. Jadi bukan PAN dan PKB mesti gabung dengan PDIP. Ini dua hal yg berbeda banget. Lha, PDIP waktu itu menang saja belum koq sebelum pemilu. Kenapa juga PAN dan PKB mesti gabung ke PDIP sebelum pemilu. Kerjasama yg gue tulis waktu itu lebih diarahkan untuk mencegah Golkar kembali berkuasa. Jaya: > - Pada saat pemilu dan suara masih belum diketahui jumlah suara > PDIP adalah terbanyak: PAN dan PKB mesti gabung dg PDIP > untuk menentang pro status quo. Irwan: PAN dan PKB gue saranin untuk tetap bekerjasama dengan PDIP dalam pemilihan presiden mendatang. Karena naga2nya PDIP yg akan menang dalam pemilu kali ini, ya PAN dan PKB sudah sewajarnya untuk mendukung capres dari PDIP kalau mereka memang tetap punya semangat mencegah Golkar kembali memegang pemerintahan. Lha, kalau nantinya ternyata hasil akhir menunjukkan PAN yg menang atau PKB yg menang, ya gila aja gue kalau bilang PAN dan PKB dukung capres PDIP. Yang realistis saja lah. Jaya: > - Pada saat perolehan suara PDIP mulai naik daun, maka > PAN dan PKB mesti gabung untuk mendukung MS sebagai > presiden. Irwan: Banyak orang bisa memperkirakan dari trend perhitungan suara bahwa PDIP lah yg nantinya akan memenangkan pemilu 1999 ini. Atau loe ngelihat trend dari perhitungan suara yg sedang dilakukan bahwa pemenang pemilu kali ini kelihatannya yg menang adalah PKB atau PAN? Sekali lagi, yg gue bilang bahwa capres pemenang pemilu lah yg seharusnya naik jadi presiden. Loe jangan bolak-balik lagi ye omongan gue. Bahkan dalam menjawab posting loe yg lalu, gue sempat bilang kalau semuanya memang mau konsisten, ya dukung saja capres masing2, toh nantinya yg capres yg akan memilih suara terbanyak itu adalah pemenang pemilu 1999 ini. Ini kalau kita mau pegang janji kampanye dulu. Gue jelasin menggunakan hal ini untuk nunjukin dan jelasin soal kedaulatan rakyat, soal mana yg sebenarnya diingini rakyat. Buka lagi deh imel gue itu. Jaya: > - Pada saat PDIP memastikan diri sebagai pemenang, maka > PAN dan PKB harus menghormati kehendak rakyat, mau gabung > atau tidak gabung dengan PDIP tidak masalah asalkan tidak > gabung dengan Golkar. Tidak gabung dengan PDIP malah lebih > baik.... Irwan: Nih lagi nih, kapan juga gue ngomong seperti ini. Lutuye (kayak salon ABG di daerah Jaksel aja ye...hahahaha) Bukan hanya PAN dan PKB saja tapi seluruh partai yg ikut pemilu harus mau menerima dan menghormati suara rakyat. Gue juga lanjutin, sudah sewajarnya capres dari partai pemenanglah yg naik jadi presiden. Bahkan waktu itu gue bikin dengan subyek terpisah yaitu sejarah baru dunia. Gue mempertanyakan apa kita mau bikin sejarah baru dunia dimana partai yg menang capresnya tidak jadi presiden dan mengkomandoi jalannya pemerintahan. Jaya: > Jangan-jangan nanti setelah PDIP berkuasa maka non PDIP harus > nyingkir, biar loko pembangunan jalan lempeng. Weleh...weleh... > enak temenan.... Irwan: Ini cara berpikir PDIP phobia. Omongan loe baseless. Jaya: > Sesuai dengan anjuran Bung Irwan agar berhati-hati dengan rakyat, > maka mestinya anjuran ini ditujukan kepada PDIP sendiri. Makanya > parte-parte lain mending jangan bergabung dengan PDIP tetapi > memutuskan diri sebagai oposisi sebagaimana sudah dilakukan > oleh PAN. Kita lihat nanti bagaimana 'pandai'-nya rakyat kita dalam > menetapkan pilihan dengan ingredient PDIP saat ini. Monggo lah.... Irwan: Omongan baseless lagi. Sejak kapan PAN sudah mengatakan tidak akan mendukung PDIP dalam pemilihan capres mendatang? Belum ada tuh mereka ngomong begitu? Bahkan salah satu fungsionarisnya sempat mengatakan bahwa mereka tidak suka pagi2 sudah ngomong akan berkoalisi untuk beroposisi dengan pemikiran bahwa beroposisi secara permanen itu ngga bener. Beroposisi itu tergantung dari kasus per kasus, ini yg bener, gitu lanjutnya. Makanya kalau baca itu lebih teliti dong, jangan baca pakai emosi akibatnya ya itu tadi loe jadi sering ngaco nulisnya alias ngga sesuai dengan fakta, baseless. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu