Khan sudah ada alasannya di email tanggapan yang pertama.baca lagi
deh!!!!!!!!!!

Pendapat yang tidak membeo atau mengekor belum tentu pendapat itu benar mas
Blucer. Jangan mentang mentang lain sendiri dengan orang lain berarti benar,
begitu juga sebaliknya.Bisa saja seeorang yang ingin mendapat perhatian,
mengambil kesempatan dengan mencoba melawan arus.

Apa yang terlalu jauh yang dilakukan MUI, apakah MUI melakukan tindakan
kekerasan??????????. Apakah ukuran tindakan terlalu jauh???????? Mempengaruhi
orang lain, atau meyakinkan orang lain atas suatu hal adalah sah, kecuali jika
dilakukan dengan tindakan kekerasan. Apalagi jika hal yang diupayakan agar
diterima oleh orang lain oleh yang bersangkutan punya dasar, atau mereka bia
menjelaskan alasannya. Saya kira MUI punya landasan dan bisa menjawab apa
landasannya.

Saya sama sekali tidak menuduh asal asalan, saya hanya menyesalkan. mengapa
kyai yang satu ini beserta 50 orang lainnya ini menuduh MUI macam macam. Pakai
nama nasional lagi. Anda khan tahu berapa sih ulama NU, ratusan bahkan mungkin
ribuan (saya nggak tahu pasti) masa baru 50 sudah bilang nasional.

Kalau mereka tidak setuju dengan omongan MUI dan berniat menjaga nama baik
umat Islam supaya tidak dilihat simpang siur dimata umat nya sendiri dan umat
lain seharusnya mereka bertemu dengan MUI dan mengajak MUI dialog, dan memberi
masukan MUI, jadi nggak asal ngejeplos aja didepan wartawan dengan menyatakan
pernyataan politik. Seharusnya mereka tanya ke MUI apa alasannya punya
pendapat demikian, kalau terbukti MUI punya pendapat salah atau ketahuan kena
sogok baru mereka bicara kalau perlu seret MUI ke pengadilan. Saya yakin
mereka belum pernah mengajak MUI dialog.  

Ini jamannya rawan,yang merah bia biru yang biru bisa putih. Bukannya aku
berburuk sangka, tetapi ada kemungkinan kalau para kyai ini juga orangnya
PDIP, asal nggak ketahuan terlalu ekstrim, dikatakannya supaya MUI sadar nggak
perlu ikut campur ke pemerintahan. Itu sah sah saja lha wong namanya politik
segala cara dapat ditempuh. Tetapi kalau melarang MUI memberi masukan
kepemerintahan ya keterlaluan.

Terus terang saya nggak tahu siapa ulama ini, tetapi dari ucapannya (kalau 
sang wartawan nggak salah kutip):
" dia mengharapkan semuanya berpikiran untuk  menciptakan Indonesia sebagai
negara nasionalis religius. Untuk menuju ke arah sana, kiai muda NU  asal
Jember itu menyebut  tiga syarat minimal, yakni komitmen
kepada nation state (negara bangsa), integrasi atau keutuhan bangsa, dan upaya
penyelamatan  Indonesia oleh mereka yang merasa  memiliki Indonesia masa
depan".

Menurut saya dia menjelaskan nasional religiusnya terlalu kabur. Jalan menuju
kesananya juga kabur, mana unsur religiusnya, semuanya hanya menyangkut
kebangsaan. anda bilang ini menjelaskan..........



yuni





Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
he...he....he..., sekali lagi kamu asal bilang kyai ini payah, tapi kamu
sendiri tidak bisa
menjelaskan apa kriteria pemimpin yang diperdebatkan oleh para kyai ini.
Sudah jelas yang dimaksud para kyai ini adalah keterlibatan MUI yang terlalu
jauh dalam
menggolkan presidennya, dan bukan seperti tuduhan kamu yang asal-asalan. Sudah
tugas para kyai
ini, saya pikir umat Islam lainnya untuk menjelaskan dan menerangkan jika ada
kesalahan fatwa.
Jaman Paus dulu juga begini. Mentang-mentang dulu Katolik ditakuti dan
berjaya, banyak
berfatwa asal-asalan. Ini banyak ditentang dan diperbaiki oleh banyak orang
termasuk Martin
Luther. Sekarang Paus lebih bijak dan tidak berfatwa atau bertindak secara
asal-asalan.
Saya hormat kepada orang yang bisa menjelaskan seperti ulama NU ini. Bukan
hanya yang sekedar
membeo dan mengekor tapi tidak bisa menjelaskan.

Yuni Wilcox wrote:

> Memang kulit saya tebal setebal kulit badak makanya saya sangat kebal
meskipun
> dimaki maki orang se milis saya nggak ada masalah lha wong cuma milis ini
> kok..............khan udah dijelaskan alasannya kenapa mengkritik ulama ini.
>
> yuni
>
> Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Yuni ini termasuk orang yang berkulit badak. Silahkan cari alasan kenapa
anda
> anggap ulama ini payah. Mereka dengan jelas melihat bahwa MUI sebenarnya
> bermain
> politik dengan membawa aturan Islam. Sebagai kyai dan ahli agama sudah
> selayaknya mereka menjelaskan kepada masyarakat.
> Bagaimana logikanya jika jadi Presiden tidak boleh, tetapi kalau jadi
Wapres,
> Menteri, Jenderal, Bupati, Kepala Desa, Direktur, Kepala Seksi boleh?? Apa
> kriteria pemimpin itu?
> Nach kalau kamu tidak bisa jelaskan, memang kamu yang payah. Malah kyai
inilah
> yang bisa menjelaskan apa sebenarnya tujuan MUI mengeluarkan fatwa yang
> inkonstitusional itu.
>
> Ichwan Ramli wrote:
>
> > Mbak Yuni,
> >
> > ngaca dulu dong. Ingat saya mbak yuni pernah mengemukakan statemen
> > berdasarkan dalil agama. Eeh begitu di tantang jelasin, malah salah kutip.
> > Udah gitu pake ngeles nggak ada waktu lagi, dan minta kita-kita pada baca
> > sendiri.......
> > Jelas saya ragukan kalau mbak Yuni sampai bisa mastiin.. bahwa K.H Mustofa
> > Bisri, KH Dr Yusuf Muhammad , .. dll, seperti yang mbak bilang. Tahu nggak
> > siapa beliau ?
> >
> > Menurut saya, masalah yang dibicarakan adalah masalah ijtihad, jadi
sah-sah
> > saja kalau ada perbedaan pendapat dan pandangan. Tidak berarti kita boleh
> > menilai seseorang lebih bertakwa dari yang lainnya karena ijtihad  itu.
> >
> > salam,
> >
> > ----- Original Message -----
> > From: Yuni Wilcox <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: <[EMAIL PROTECTED]>
> > Sent: Monday, June 28, 1999 9:06 AM
> > Subject: Re: [Ulama NU menegaskan kesetujuannya akan presiden wanita]
> >
> > Wah ini baru "Muslim ala Indonesia". Baru kali ini saya membaca berita
> > menarik
> > bahwa ada ulama yang menghimbau tokoh agama (MUI)untuk tidak ikut campur
> > ikut
> > memberi masukan dalam hal politik. Pantas umat Islam di Indonesia
kebanyakan
> > pikirannya dangkal dangkal, habis ulama topnya kayak begini
> > sih...........payah.
> >
> > Bagaimana mungkin menjadi nasionalis religius seperti yang dia bilang lha
> > wong
> > tokoh agamanya nggak boleh cawe cawe politik.
> >
> > Kalau himbauannya MUI tidak boleh memihak salah satu partai alias bersikap
> > netral sih nggak jadi masalah, tapi ini himbauannya agar  ulama nggak
boleh
> > mencampuri urusan politik, kalau ulamanya yang ikut campur politik itu
punya
> > alasan jelas apalagi dengan pedoman agama apalagi sebagai bagian dari
> > tanggung
> > jawab mereka sebagai seorang ulama ya seharusnya mereka itu berfikir
sedikit
> > sebelum nyerocos di depan wartawan.
> >
> > Saya berani pastikan Quran yang dibaca dan yang dijelaskan kepada
santrinya
> > hanya Quran yang menjelaskan shalat, puasa, zakat dan haji, sisanya di
> > manipulasi. Ulama semacam ini biasanya yang paling bangga kalau dipanggil
> > kyai, dicium tangannya. Santrinya banyak, jago baca dan menterjemahkan
Quran
> > akan tetapi nggak satupun yang nyantol di hati mereka. Paling paling cuma
> > diotak dan kalau ada isu ada ummat yang menghina salah satu santrinya,
> > mereka
> > beramai ramai ngeroyok atau bakar gereja atau peribadatan lainnya. Karena
> > itu
> > yang mereka dapatkan dari ulama ulama yang berpikiran sempit.
> >
> > Lagian ulama yang hadir cuma 50 orang berani beraninya menyebut Nasional.
> >
> > Wah ..wah  payah pak kyai..........
> >
> > yuni
> >
> > Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Berikut pendapat ulama pesantren nasional  yang mencoba mengingatkan MUI
> > akan keterlibatannya yang terlalu jauh dalam menggolkan presiden yang
> > dimauinya dan menentang presiden yang tidak disukainya.
> >
> > Senin, 28 Juni 1999
> >
> >                                  Ulama Pesantren tentang Pertarungan
> > Politik Kekuasaan
> >                                  MUI Jangan Terlibat
> >
> >                                  Rembang, Kompas
> >
> >                                  Ulama Pesantren Nasional (UPN) meminta
> > organisasi
> >                                  kemasyarakatan dan keagamaan, termasuk
> > Majelis Ulama Indonesia
> >                                  (MUI), untuk menahan diri dari
> > keterlibatan dalam pertarungan politik
> >                                  kekuasaan melalui pernyataan, fatwa,
> > maupun aksi-aksi yang
> >                                  mengatasnamakan Islam dan otoritas
> > ulama. Padahal secara amat
> >                                  kentara bertendensi mengusung
> > kepentingan kelompok atau aktor
> >                                  politik tertentu dalam perebutan
> > kekuasaan. Demikian satu dari
> >                                  sembilan butir seruan UPN yang
> > diumumkan di Pondok Pesantren
> >                                  (Ponpes) Roudlutut Tholibin Rembang,
> > Jawa Tengah, Sabtu (26/6)
> >                                  petang. Acara yang dimulai sekitar
> > pukul 11.00 itu dibuka oleh
> >                                  pimpinan Ponpes Roudlutut Tholibin,
> > Mustofa Bisri. Ia
> >                                  menyampaikan permohonan maaf karena
> > kakaknya (Kholil Bisri)
> >                                  berhalangan hadir, karena sakit.
> >
> >                                  Pertemuan para ulama Nahdlatul Ulama
> > (NU) tersebut berjalan
> >                                  lancar, yang diselingi humor-humor
> > politik yang menggelitik. Meski
> >                                  tidak dituangkan dalam bentuk seruan,
> > sebagian besar peserta
> >                                  Forum Silaturrohim itu sepakat tidak
> > lagi mempersoalkan wanita
> >                                  presiden.
> >
> >                                  Seruan UPN itu didorong munculnya
> > perkembangan politik dalam
> >                                  negeri, yang ternyata menimbulkan
> > konflik antarkelompok,
> >                                  manipulasi/sentimen agama, sentimen
> > primordial, sehingga
> >                                  mengancam sendi-sendi kehidupan
> > masyarakat. Seperti partai
> >                                  pro-status quo yang mencalonkan BJ
> > Habibie sebagai presiden,
> >                                  gerakan anti-Megawati dengan
> > mengedepankan isu gender yang
> >                                  dikaitkan dengan fiqih Islam tentang
> > siyasah dan tidak bolehnya
> >                                  perempuan menjadi presiden.
> >
> >                                  Sebelum sembilan butir seruan itu
> > dibahas satu demi satu, sekitar
> >                                  50 peserta Dauroh Siyasiyah (Forum
> > Silaturrohim Ulama) terbatas
> >                                  Jawa-Madura-Bali-Sumatera itu diberikan
> > kesempatan untuk
> >                                  menyampaikan pandangannya.
> >
> >                                  Salah gunakan Islam
> >
> >                                  Mereka menyebutkan, keterlibatan
> > politik yang sembrono, di
> >                                  samping dapat membahayakan keutuhan
> > bangsa, juga
> >                                  kontraproduktif, bahkan mementahkan
> > ikhtiar-ikhtiar yang sepanjang
> >                                  hidup digeluti ulama pesantren dalam
> > mengemong, membimbing
> >                                  masyarakat menuju kehidupan bersama
> > yang tenteram dan
> >                                  harmonis.
> >
> >                                  Ulama Pesantren menyerukan kepada
> > segenap komponen bangsa
> >                                  untuk mendukung sepenuhnya gerakan
> > reformasi total dan
> >                                  demokratisasi politik, dengan
> > mengembangkan sikap yang lebih
> >                                  dewasa dalam pergaulan politik,
> > berbangsa, dan bernegara.
> >
> >                                  "Kepada semua kelompok yang
> > berkepentingan dalam perebutan
> >                                  kekuasaan, kursi kepresidenan dan
> > perebutan posisi politik strategis
> >                                  lainnya senantiasa mengingat kepada
> > Allah Yang Maha Kuasa dan
> >                                  Maha Mengetahui," kata mereka.
> >
> >                                  Diserukan pula, kepada segenap umat
> > beragama untuk senantiasa
> >                                  menjaga kejujuran, keikhlasan dalam
> > beragama, yang berarti jujur
> >                                  dan ikhlas pada hal-hal yang menyangkut
> > Allah Sang Pencipta.
> >                                  Ulama Pesantren amat menyesalkan
> > tindakan-tindakan memperalat
> >                                  dan menyalahgunakan Islam untuk
> > kepentingan politik kekuasaan.
> >
> >                                  Sebelum berbagai platform dan ikhtiar
> > strategis, prasyarat kunci
> >                                  untuk mencari jalan keluar dari
> > kompleksitas permasalahan yang
> >                                  membelit bangsa ini, agar semua pihak
> > bahu-membahu
> >                                  melaksanakan apa pun yang perlu
> > dilaksanakan untuk
> >                                  menyelamatkan bangsa dan negara, serta
> > membangun masa depan
> >                                  yang lebih baik.
> >
> >                                  Ulama Pesantren menyerukan kepada semua
> > pihak untuk
> >                                  "menyerahkan dan mempercayakan
> > sepenuhnya kepada MPR yang
> >                                  sah hasil Pemilu 1999." Para ulama juga
> > menitipkan pesan kepada
> >                                  mereka yang didaulat untuk mewakili
> > rakyat, agar menggunakan
> >                                  pertimbangan yang jernih, obyektif,
> > jujur dan adil, dalam mengambil
> >                                  setiap keputusan. Tidak menyerahkan
> > pengelolaan urusan apa pun
> >                                  kecuali kepada ahlinya.
> >
> >                                  Mereka juga berpendapat, membentuk
> > pemerintahan baru lebih
> >                                  ringan keburukannya dibanding
> > mempertahankan pemerintahan
> >                                  lama. Karena itu, UPN mengimbau kepada
> > bangsa ini agar memilih
> >                                  alternatif yang paling ringan
> > keburukannya. Mendahulukan
> >                                  pencegahan risiko dan ancaman kerugian
> > yang nyata-nyata di depan
> >                                  mata, ketimbang mengejar manfaat yang
> > belum terjamin wujudnya.
> >
> >                                  Akhirnya di tengah keadaan serba sulit
> > dan keterbatasan daya
> >                                  upaya, UPN mengajak seluruh masyarakat,
> > khususnya kaum
> >                                  muslimin untuk menguatkan tadlorru,
> > mendekatkan diri dan
> >                                  memohon pertolongan Tuhan. Semoga
> > bangsa Indonesia diampuni
> >                                  dan diselamatkan.
> >
> >                                  Permainkan nama Tuhan
> >
> >                                  Menurut keterangan salah seorang
> > pemrakarsa pertemuan tersebut,
> >                                  KH Mustofa Bisri (Gus Mus), seperti
> > dikutip Antara, upaya
> >                                  kelompok-kelompok politik mempermainkan
> > nama Tuhan (Islam) itu
> >                                  sudah begitu menggejala, terutama
> > menjelang Sidang Umum (SU)
> >                                  MPR.
> >
> >                                  Apalagi yang lebih praktis, lanjut Gus
> > Mus, pencalonan presiden juga
> >                                  sangat dominan mengeksploitasi agama.
> > "Sekarang ini, sudah
> >                                  banyak tamu yang datang kepada ulama
> > dengan membawa idiom
> >                                  Gusti Allah. Bahkan, MUI pun
> > ikut-ikutan dalam percaturan
> >                                  kepentingan politik," katanya.
> >
> >                                  Kalau begitu caranya, orang akan mudah
> > menghalalkan segala cara
> >                                  untuk mencapai kepentingannya. Ini
> > sangat rawan dan
> >                                  mengkhawatirkan masa depan bangsa
> > kita," tegas pengurus
> >                                  Pengurus Besar NU itu.
> >
> >                                  Para ulama, menurut dia, berkewajiban
> > untuk menepuk pundak para
> >                                  elite politik dan kelompok kepentingan
> > agar tidak mengorbankan
> >                                  kepentingan bangsa untuk kepentingan
> > kelompoknya.
> >
> >                                  "Bukti sudah menunjukkan bahwa para
> > elite politik tidak pernah lagi
> >                                  berbicara Indonesia, tetapi berbicara
> > kepentingan pribadi dan
> >                                  kelompoknya. Ini yang harus ditepuk
> > pundaknya," lanjut Gus Mus.
> >
> >                                  Senada dengan Gus Mus, KH Dr Yusuf
> > Muhammad, juga
> >                                  mengisyaratkan ancaman disintegrasi
> > bangsa dimulai dari kalangan
> >                                  elite politik. Dia menyerukan, agar
> > masyarakat sadar dengan nasib
> >                                  bangsa saat ini dan dia mengharapkan
> > semuanya berpikiran untuk
> >                                  menciptakan Indonesia sebagai negara
> > nasionalis religius.
> >
> >                                  Untuk menuju ke arah sana, kiai muda NU
> > asal Jember itu menyebut
> >                                  tiga syarat minimal, yakni komitmen
> > kepada nation state (negara
> >                                  bangsa), integrasi atau keutuhan
> > bangsa, dan upaya penyelamatan
> >                                  Indonesia oleh mereka yang merasa
> > memiliki Indonesia masa depan.
> >                                  (sup/Ant)
> >
> > ____________________________________________________________________
> > Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at
> > http://webmail.netscape.com.
>
> ____________________________________________________________________
> Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at
http://webmail.netscape.com.


____________________________________________________________________
Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.

Kirim email ke