Bandung, 8 Agustus 1999
Kepada Yang Terhormat
Para Politisi, Para Mahasiswa, dan Para Ilmuwan
-------------------------------------------------
Assalamualaikum Wr. Wb.
Terlebih dulu saya mohon maaf bila kehadiran email ini mengganggu
Bapak-Bapak/Ibu-Ibu/Saudara-saudara.
Izinkanlah saya, Nasrullah Idris, menyampaikan pemikiran singkat
berikut ini :
Sementara Sains Matematika Teknologi di Eropa/Amerika terus
berkembang pesat, sebaliknya kondisi yang terjadi pada masyarakat di Asia
Afrika ialah keterbelakangan intelektual atau keminiman prestasi di bidang
tersebut.
Akibat semua itu, maka dewasa ini hampir semua negara di
Asia-Afrika tidak bisa melepaskan ketergantungan untuk mengadopsi
berbagai produk Sains Matematika Teknologi "dengan jalan mengadopsinya"
atau "memproduksinya dengan lisensi", sebagaimana yang tampak di "buku
pelajaran sekolah" sampai "produk di pasaran".
Jadi memang Eropa/Amerika dewasa ini harus diakui sebagai primadona
Sains Matematika Teknologi. Ia mempeloporinya di atas landasan di mana
pembangun dasarnya justru datang dari kalangan cendekiawan Timur. Sedangkan
kita selaku penduduk Asia-Afrika akhirnya harus puas menjadi pengikut
mereka.
Apakah harus demikian terus ? Tentu saja tidak !
Kita sejak dini harus segera melangkah lebih jauh dan melompat
lebih efektif. Antara lain dengan merumuskan visi sebagai prioritas
unggulan serta didukung oleh program kongkrit dan langkag strategis.
Terutama dalam menghadapui era globalisasi di mana kita akan benar-benar
dihadapkan pada faktor "Kecepatan Enginering", "Kecepatan Kalkulasi", dan
"Kecepatan Analisis".
Tugas di atas mengisyaratkan keberanian untuk melakukan perubahan
cara pandang, khususnya
pendekatan kita terhadap Sains Matematika Tekonologi. Marilah kita
hilangkan segala bentuk image (langsung atau terselubung) bahwa bangsa
Asia/Afrika akan selalu di bawah bangsa Eropa/Amerika di bidang prestasi
teknologi sampai kapan pun. Karena secara alamiah tidak ada isyarat sedikit
pun bahwa suatu bangsa akan di bawah bangsa lain di bidang Sains Matematika
Teknologi secara kontiniu.
Saya sudah sekitar tujuh tahun melakukan kajian secara autodidak
tentang itu melalui bidang studi "Reformasi Sains Matematika Teknologi".
Saya tidak melihat isyarat sedikit pun bahwa prestasi suatu bangsa akan di
bawah bangsa lain di bidang Sains Matematika Teknologi secara
kontiniu/permanen.
KONFRENSI ASIA AFRIKA
TENTANG SAINS MATEMATIKA TEKNOLOGI
-------------------------------------------------------
Bertitik tolak dari kesuksesan Indonesia selaku penyelenggara Konfrensi
Asia Afrika pada tahun 1955 yang ditandai dengan bangkitnya kesadaran
negara-negara di Asia Afrika untuk melepaskan diri dari
imperialisme/kolonialisme, maka apa salahnya bila Indonesia pun merintis,
mempersiapkan, dan melaksanakan "KONFRENSI ASIA AFRIKA TENTANG SAINS
MATEMATIKA TEKNOLOGI". Siapa tahu dari event tersebut akan memberikan
momentum bagi munculnya berbagai motivator/inspirator/sugesti bagi aktivis
Sains Matematika Teknologi di Asia Afrika. Selanjutnya akan timbul pula
semangat pada mereka untuk mengantisipasi segala bentuk ketergantungan Sains
Matematika Teknologi dari Eropa/Amerika. Sehingga pada suatu saat nanti akan
muncul "rasa kebersamaan" dalam "alam persaingan" di bidang prestasi Sains
Matematika Teknologi.
Khusus bagi Indonesia, adanya event tersebut akan memberikan tinta emas
sejarah dalam hal ikut membangkitkan Sains Matematika Teknologi di Asia
Afrika, sebagaimana ikutsertanya Indonesia membangkitkan kesadaran pada
bangsa Asia Afrika untuk melepaskan diri dari imperialisme/kolonialisme
melalui Konfrensi Asia Afrika pada tahun 1955 tersebut.
Demikianlah pemikiran ini saya sampaikan. Semoga bisa menjadi
masukan/pertimbangan.
Mohon maaf bila dalam tulisan ini terdapat kata-kata yang kurang
berkenan di hati Bapak-Bapak/Ibu-Ibu/Saudara-Saudara.
Wassalam,
Nasrullah Idris
---------------
Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi
Tembusan :
Presiden Republik Indonesia