Rekan-rekan,

Berbagai tanggapan atas isu yang saya angkat telah
mengundang berbagai tanggapan baik kritikan maupun
dukungan.  Semuanya itu telah saya cerna dengan baik
dan saya sisihkan waktu satu hari khusus untuk
merenungkannya.

Identitas saya: setelah pulang dari AS, selama setahun
ini saya bekerja di lingkungan Bappenas (consultant).
Kerja sering nglembur sampai tengah malam dan ngobrol
dengan orang-orang Bappenas menyebabkan saya banyak
tahu 'isi' lembaga tersebut. Ketika sang jubir
menyebut sebagai mantan pegawai Bappenas sayapun coba
cek dengan teman-teman. So far mereka bilang 'fine',
walaupun ada yang mesam-mesem.

Ada beberapa hal yang ingin saya tekankan dari tulisan
saya tersebut:

1. Dasar dari penulisan saya tersebut adalah artikel
di majalah Tempo.  Seluruh nama yang saya sebutkan
semuanya ada di Tempo (sayangnya untuk online harus
bayar). Berbagai tambahan adalah dari hasil ngobrol
dengan orang-orang yang terlibat langsung dengan ybs.
Saya pun tidak bermaksud memburukkan orang. Info itu
mungkin salah, tapi silahkan kritik dan koreksi mana
yang tidak akurat. Bila sebaliknya, tentu menjadi hal
yang bermanfaat bagi perjuangan rekan-rekan, khususnya
mereka yang paling getol dengan kata
'clean-government'. Perbedaan visi adalah hal yang
biasa dan saya tetap menghargainya.

2. Sama sekali saya tidak ada maksud menyinggung
kelompok yang bernama Madani. Cek lagi tulisan-tulisan
saya. Setelah mendapat penjelasan dari jubirnya
tentang kelompok itu, saya pun oke-oke saja. Tentang
Alirahman, biarlah menjadi agenda saya dan rekan-rekan
di Indonesia untuk meneruskan ke Presiden. Dengan
kondisi Presiden yang demikian, posisi Sekneg
sangatlah vital sebagai mata dan hati Gus Dur: seleksi
surat, sortir tamu, segala Keppres, etc. Gimana kalou
diisi orang macam TR dan AR. Tapi biarlah teman-teman
saksikan di kemudian hari.

3. Benar bahwa orang bisa seenaknya ngomong bila
sembunyikan identitas. Tapi percayalah, saya akan
berupaya mengisi milis ini dengan hal-hal yang
'bermanfaat' buat kita semua. Tolong, jangan paksa
lagi saya untuk mengemukakan identitas saya, tapi
kritiklah tulisan saya. Selama ini saya melihat bahwa
identitas membutakan kita untuk beropini. Betapa
sering kita melihat pertengkaran antar orang-orang
yang sama. Saat si B misalnya, yang Jawa dan Islam
kasih input: langsung dicap macem-macem (rasialis,
kuno, otak udang, etc) oleh orang 'laennya'. Begitu
pula sebaliknya. Keacuhan saya terhadap identitas
inilah yang juga selama ini selalu mengagumi
pikiran-pikiran kritis bang Jeffrey Anjasmara (ada
yang peduli identitasnya??). Fenomena ini yang mungkin
dibilang mas Oki sebagai 'stereotyping' yang coba
ingin saya hindari.

Demikianlah, harapan saya, perkenankanlah saya yang
berada di Indonesia (melalui milis ini) untuk dapat
belajar dan bertukar pikiran dengan teman-teman
mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat.

Salam saya dari seberang,

Kris.

=====

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com

Kirim email ke