Saya setuju dengan pendapat PaK mahendra ini. Masalahnya, setelah ada satu orang Muslim dibunuh, lalu kaum Muslim ganti membalas membunuh 1 orang Kristen. Tanpa perlu provokator dari Jakartapun, secara akal sehat kalau pemimpin agama tidak bekerja, maka kumpulan Kristen ini menjadi marah. Kok yg membunuh muslim di desa A, yg dibunuh kok Kristen di desa B. Maka gantilah 1 orang Muslim dibunuh di Desa B. Sekarang ada 2 muslim dan 1 Kristen yg mati konyol. Nah, berhubung sekarang menyangkut 2 desa, maka perlulah diundang dari desa lain, maka hutang nyawa perlu dibayar nyawa. Dibunuhlah 1,2,3 orang Kristen di desa mana saja. Akhirnya, terjadilah deret pembunuhan, dengan skala yang sudah meluas. Sebetulnya, menurut saya kasus ini mirip dengan pertengkaran antar kampung di Kendal tempo hari. Bisa saja ada provokator, tapi inti permasalahan sudah ada dari dulu kok. Beberapa orang politisi dapat saja mempergunakan kisruh ini untuk menyerang militer, atau Gus Dur, atau Mega, atau Latucosina, atau Max. Nyatanya persoalan juga nggak kunjung beres. Dari awal pula saya berpendapat militer atau Gus Dur tidak akan dapat menyelesaikan masalah, bila yg dimaksud adalah penyelesaian tanpa tangan besi. Menurut saya, saat ini militer dapat menjadi penjaga keamanan saja. Ini saja dulu. Pemerintahan sipil menjadi fasilitator penyelesaian sengketa saja. Jangan dituntut mampu menyelesaikan masalah apapun dulu kalau api permusuhan masih dinyalakan oleh masyarakatnya sendiri. Saya rasa langkah pemerintah saat ini sudah tepat. Korban masih akan berjatuhan. Itu pasti. Yang lebih penting adalah jangan ada lagi usaha mempolitisasi masalah ini. Jadikan saja masalah ini sebagai pure crime, sehingga polisi dapat menangkap pemimpin agama atau tokoh yg berubah menjadi provokator. Nanti kan akan mereda. Ucapan Gus Dur bahwa hanya orang Maluku yg dapat menyelesaikan masalah adalah benar. Pasti Gus Dur sampai kekenyangan dikasih informasi dari kedua belah pihak. Yg satu bilang 'kita hanya membalas serangan dari sono tgl sekian'. Yg lain akan bilang 'kita juga membalas serangan tanggal sekian'. Wah, nggak akan selesai. Ini kan masalah sambung menyambung menjadi satu. Pengangkatan orang Hindu untuk menengahi adalah tepat. Suatu langkah yg memalukan tetapi tepat. Memalukan karena menunjukkan bagaimana kadar saling tidak percaya dari kedua belah umat. Tepat karena sudah terlalu lama bukti penyelesaian dari tokoh manapun telah gagal. Kalau Gus Dur aktif menyelesaikan masalah di sana, dapat dianggap pilih kasih. Namanya orang sudah curiga mau digimanain lagi. Menurut saya, biarkan polisi menangkapi para pensuplai senjata, dan juga menjadikan masalah ini jadi kejahatan atas humanity saja deh. Biar nggak kagok bekerjanya. Jeffrey Anjasmara '---------------------------- >From: Mahendra Siregar <[EMAIL PROTECTED]> >Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]> >To: [EMAIL PROTECTED] >Subject: Re: Tema >Date: Wed, 15 Dec 1999 23:45:55 -0500 > >Bung Yohanes dan Soe, > >Komentar saya singkat saja: Kalau orang Kristen di Ambon mengatakan bhw >yang harus >memulai menghentikan permasalahan di Ambon adalah orang Islam, dan >sebaliknya >orang Islam di Ambon mengatakan bhw yang harus memulai menghentikan >permasalahan >itu adalah orang Kristen, maka saya mengatakan bahwa masalah di Ambon belum >akan >selesai dalam waktu dekat. > >Salam >Mahendra > ______________________________________________________ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com