From: "Iwanov Taihutu" <[EMAIL PROTECTED]> To: "Indonesia-L" <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Kulminasi Puncak Tragedi Maluku Date: Thu, 30 Dec 1999 04:14:00 +0800 Kulminasi Puncak Tragedi Maluku Oleh: Iwanov T *) Ketika Gereja Silo yang diistilahkan Radio Hilversum sebagai "moeder-kerk" bagi umat Kristen di Ambon ambruk terbakar, maka suatu "tamparan-menyakitkan" didaratkan ke wajah kaum Kristen di Ambon. Umat Kristen Ambon ditempatkan dalam suatu titik terburuk sepanjang sejarah xKristen di Indonesia. Setelah bulan-bulan tragedi yang berkepanjangan dengan darah dan air-mata dari satu komunitas masyarakat yang religius, maka kedua belah pihak, baik Kristen maupun Islam telah sampai pada titik kulminasi puncak. Titik mana adalah point of no return, atau dengan kata lain "Jihad Fisabilillah" atau "Mati untuk Kristus" adalah prinsip dan sikap hidup kedua kelompok bertikai. Variant-variant pendukung lengkap sudah. Sikap pemerintah yang kurang tanggap, aparat keamanan yang tidak tegas dan memihak, dan sikap masyarakat Indonesia yang kurang perduli atau tidak tahu harus bagaimana, plus pakar-pakar kesiangan dalam berbagai ilmu sosial baru - telah menjadi faktor pelengkap yang menambah rumit tragedi Maluku dan mengaburkan Causa Prima dari masalah ini yaitu "Politik sebagai Panglima". Kembali kepada titik puncak tadi, maka kali ini umat Kristen telah menjadi bulan-bulanan di kandang sendiri. Bagaikan seekor singa tua yang lagi tidur, maka si singa ini dengan sengaja di usik supaya mengaum dan mengamuk. Dan ketika si singa marah, maka ada alasan bagi si pawang tua untuk menembak singa itu dan tampil sebagai pahlawan bagi pemilik sirkus yang hampir memecatnya karena tidak mengurus singa-singanya dengan baik. Akhirnya si pawang dibolehkan bekerja kembali sebagai pengontrol utama dalam sirkus ini. Penonton bertepuk dan semuanya kembali seperti sediakala, aman tentram loh jinawi. Skenario Tragedi Maluku dengan memakai lambang serta simbol agama, sebenarnya terbungkus rapi dalam suatu konspirasi besar tingkat nasional untuk menyulut keadaan "chaos" dan menciptakan letupan terencana, yang bila kurang gaungnya akan ditambah volume suara dan aksinya sedikit demi sedikit, sehingga para penyelenggara baru negara ini bingung dan kembali memakai muka lama berbaju reformis. Tanggapan beberapa pihak tentang pertentangan militer dan sipil memang benar adanya. Konsep konspirasi Militer versus Pemerintahan Sipil telah transparan sejak Habibie melepas Timor-Timur ke pangkuan rakyat Loro Sae. Sejak saat itu, apa saja yang dibuat penyelenggara negara yang sipil, selalu harus ditentang oleh militer bersorban taliban dengan sorak sorai beribu pasukannya, sehingga mengatasi suara militer merah-putih yang masih punya jiwa ksatria. Titik Kulminasi Umat Kristen di Ambon, serta tindakan mereka disana akan menjadi penentu, apa yang terjadi dan bagaimana nasib Indonesia di kemudian hari. Bagaimana tidak ? Mari kita berandai-andai, bahwa para pemuda Kristen yang sudah di titik kulminasi dan tidak tahan melihat "moeder-kerk"-nya dihabisi itu lalu mengamuk membabi-buta. Di sentil dengan ketidak-sengajaan aparat (seperti mis-koordinasi di kejadian Gereja Silo), maka Posko Al-Fatah, sebagai mesjid & lambang kebesaran umat Islam di Ambon, akan ditembus oleh serangan massa merah. Ketika Posko itu jatuh, dibakar lalu dikuasai massa merah, maka dapat dipastikan seruan "Jihad" akan membahana ke seluruh Indonesia, dan sebagai kaum minoritas, maka Umat Kristen beserta seluruh fasilitasnya akan diporak-porandakan oleh gelombang amuk massa. Amuk Massa ini akan membuat para aparat keamanan tidak berdaya karena di batasi oleh wewenang pemerintah sipil, korban berjatuhan dan situasi "chaos" tercapai. Ketika itulah, akan muncul istilah "darurat militer" yang akan mengkudeta - (halus atau kasar akan ditentukan keras lembutnya sikap sipil) - pemerintah sipil. Beberapa test case telah dilakukan dengan berbagai nilai. Tetapi yang lulus dengan flying colour atau nilai Cum Laude adalah kasus pengeboman Istiqlal. Yang berimbas ke Makassar (dahulu Ujungpandang). Bom yang meledak di Jakarta, bergema keras dan menghasilkan penganiayaan masyarakat Kristen serta pembumi-hangusan dan perusakan fasilitas Kristen lain. Kasus lain yang punya nilai sama adalah penganiayaan etnis Cina di beberapa daerah di Indonesia. Oh kasihan, .............. konyol benar minoritas Etnis & Agama di Indonesia. Oh Kejamnya Politik, ...... nyawa manusia jadi jatuh harga dan menjadi angka dalam statistik. *) Penulis adalah seorang penakut dan pakar berkhayal. ============================================= ____________________________________________________________________ Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1