Selamat Sore saudara Nasrullah Idris,
 
Perkenalkan saya rahil. Menarik atas berita yang telah saudara sampaikan dalam email saudara. menurut hemat saya semuanya berpulang pada pribadi masing-masing kita tidak dapat memberikan penelian tertentu terhadap suatu kondisi dengan menilik pada kacamata diri kita sendiri. Memang hal ini masuk kedalam "urusan pribadi keluarga yang bersangkutan" apakah benar demikian halnya. sudah sepantasnya sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya tidak boleh memperlakukan orang tua seperti itu. malah seharusnya kitalah yang harus melayani orang tua kita. terlepas dari itu semua kondisi seperti ini pun tidak mustahil kita lakukan sendiri bukankah demikian???
 
Salam

Nasrullah Idris <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Ibu sebagai Pembantu

Tanpa disadari, banyak anak yang sudah bersuami/beristri secara halus
memperlakukan ibunya sebagai pembantu pada sekitar lebaran, hanya kerena
pembantu rumah tangga mudik alias pulang kampung.
Lalu mereka harapkan kehadirannya dari kampung berlebaran bersama para
cucu. Kemudian disambut dengan jabat tangan dan peluk cium, namun tujuan
sampingannya untuk meringankan beban dalam mempersiapkan kebutuhan lebaran :
sayur, gulai, lontong, atau kueh, meskipun tabu diucapkan. Terlebih bila
ibunda memang sudah berpengalaman serta berkemampuan tinggi mengurus rumah
tangga.
Tentu saja si anak akan tersinggung bila ada pihak mengatakannya
demikian. Soalnya sama saja dengan mengorek rahasia sensitif pribadinya.
Akhirnya demi pembelaan martabat keluarga dilawan dengan lontaran kalimat
nyelengkit serta bernada tuduhan semacam "! telah ikut campur urusan orang
lain".

Salam,

Nasrullah Idris


Do you Yahoo!?
vote.yahoo.com - Register online to vote today!

Kirim email ke