wah, kalau mas sulis nyebut dirinya awam, saya apa dong... 
   
  barangkali memang tidak semua barang dan jasa harus dinilai pakai uang, 
sebagian harus ada sosialnya dikit gitu...  social business
  area-nya tidak hanya ekonomi semata.
   
  salam,
  bagusco

Sulistiono Kertawacana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Kutipannya....Sistem Bretton Woods ambruk pada 1971 setelah AS 
menolak pencetakan mata uang dollar AS yang dikaitkan dengan keberadaan volume 
cadangan emas. 

....Beda dari peralihan itu, penambahan dollar AS yang beredar tidak lagi 
ditopang keberadaan emas yang bertambah di Bank Sentral AS, padahal ini perlu 
sesuai dengan kehendak Bretton Woods.......

Kesan saya  sebagai yg awam ekonomi....statement di atas ...adalah   pencetakan 
uang dihubungkan dengan cadangan emas....bukan dengan jumlah barang dan jasa yg 
real diproduksi oleh suatu negara....dengan mengingat uang sebagai alat 
tukar....jadi tidak berhubungan dengan nilai emasnya .... 
    Best regards,  Sulistiono Kertawacana  [EMAIL PROTECTED]  
http://sulistionokertawacana.blogspot.com/


bagusco wrote:       mas sulis, kalau jumlahnya terbatas maka nilainya jadi 
membesar. gitu aja.
  kalau sekarang satu keping bisa beli nasi sebungkus, besok bisa untuk dua 
bungkus.
   
  salam,
  bagusco

Sulistiono Kertawacana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
      Tong ...bukannya  dikaitkan dengan volume barang dan jasa yg diproduksi? 
kalau emas..kan jumlahnya terbatas...sedangkan dunia smakin hari semakin 
berkembang..transaksinya...bisnis tiap hari bertambah......uang kan sebagai 
alat bayar...gimana ning BUng Dendy.....

Best regards,  Sulistiono Kertawacana  [EMAIL PROTECTED]  
http://sulistionokertawacana.blogspot.com/


Furqon Azis wrote:         Dear temans, ternyata krisis finansial global ini 
memaksa uni eropa untuk mengusulkan kembali
kepada Bretton Wood jilid II

link : 
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/17/01180485/eropa.usulkan.bretton.woods.ii

quote dari berita = 'Sistem Bretton Woods ambruk pada 1971 setelah AS menolak 
pencetakan mata uang dollar AS yang dikaitkan dengan keberadaan volume cadangan 
emas. Penolakan AS itu membuat beralihnya cadangan devisa, yang awalnya berupa 
emas, menjadi dollar AS. Beda dari peralihan itu, penambahan dollar AS yang 
beredar tidak lagi ditopang keberadaan emas yang bertambah di Bank Sentral AS, 
padahal ini perlu sesuai dengan kehendak Bretton Woods. Seandainya orang 
menolak memegang dollar AS, maka dollar AS itu bisa digantikan dengan emas. 
Namun, cara ini sudah ditinggalkan, dengan alasan perkembangan ekonomi akan 
terhambat jika pencetakan dollar AS dikaitkan dengan keberadaan emas, yang 
pasokannya terbatas. Keberadaan emas yang terbatas membuat alat tukar dollar AS 
terbatas, dan ini menghambat transaksi. Namun, sikap AS itu membuat pencetakan 
dollar AS menjadi tak teratur dan tak didukung kekuatan ekonomi.'

Ulama besar Imam Ghazali (1058 M—1111 M) dalam bukunya yang legendaris Ihya 
Ulumuddin mengungkapkan bahwa Allah menciptakan emas dan perak agar keduanya 
menjadi ‘Hakim’ yang adil dalam memberikan nilai atau harga, dengan emas dan 
perak pula manusia bisa memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya. Emas 
ibarat cermin – dirinya sendiri tidak memiliki nilai tetapi dapat dengan akurat 
mencerminkan nilai dari benda-benda lainnya. Wallhu A’lam.


-utong-







  

  

                           

 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Reply via email to