Kesejajaran Nasib Wiranto dan Juhria
Oleh Emmanuel Subangun, Rabu 04 Agustus 2004
KORAN hari Jumat (Kompas, 30/7) menyampaikan dua berita yang amat sangat menarik 
mengenai dua hal yang amat sangat berbeda, tetapi amat sangat mirip satu dengan 
lainnya.

Berita pertama adalah Wiranto yang menerima hasil penghitungan suara pemilu, tetapi 
tetap maju ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan Mahkamah Agung (MA). Sedangkan berita kedua 
adalah hasil kajian laboratorium FMIPA-UI yang menegaskan kandungan air raksa dalam 
tubuh keluarga Juhriah, yang menurut kalangan medis kandungan itu tak ada. Sementara 
itu, pejabat Departemen Kesehatan (Depkes) mengatakan, penegasan adanya merkuri oleh 
FMIPA tidak bertentangan dengan pernyataan tidak ada merkuri oleh Menteri Kesehatan!

Kesejajaran nasib Wiranto dan Juhriah terletak di dataran yang disebut moral.

Kasus Juhriah

Juhriah adalah seorang penduduk Minahasa yang hidupnya bersangkut dengan Teluk Buyat 
yang menampung limbah tambang emas PT Newmont. Keluhan sakit warga ini menjadi pemicu 
lahirnya isu minamata atau pencemaran laut oleh limbah merkuri. Isu ditepis sebagai 
tak berdasar oleh tim peneliti Depkes yang adalah ilmuwan-birokrat, tetapi isu 
dinyatakan sebagai kenyataan oleh ilmuwan-peneliti dari fakultas ilmu murni UI.

Karena sakit selalu akan berhadapan dengan mati dan hidup, patutlah diingatkan bahwa 
ada tidaknya merkuri tidak semata masalah proses, ketelitian, dan kecanggihan alat 
penelitian yang paling murni sekalipun, tetapi sepenuhnya harus berdiri atas etika 
untuk membela kehidupan dan mencegah kematian. Di luar kesungguhan menjaga sumpah 
hipokratik ini, masalah hidup/mati warga Teluk Buyat hanya akan menjadi bahan 
perdebatan ilmiah yang secara moral sulit dipertanggungjawabkan.

Kasus Wiranto

Wiranto adalah tentara yang akan selalu tercatat dalam sejarah sebagai seorang ksatria 
yang tidak berminat untuk mengail di air keruh ketika Soeharto turun. Gelagat itu 
untuk kedua kalinya disampaikan ketika dia mendaftarkan gugatannya kepada MK sebagai 
bukan (lagi) masalah politik yakni soal kalah/menang dalam pemilu, tetapi adalah soal 
moral berpolitik yang jujur, adil, dan seterusnya.

Dan mengapa masalah kesehatan (Buyat) menjadi begitu sejajar dengan soal politik 
(pemilu) karena keduanya berkait dengan masalah ilmu pengetahuan dan teknologi serta 
kaitannya dengan birokrasi. Dalam kasus Buyat soal kesehatan tubuh adalah soal antara 
kedokteran, fisika, kimia, dan matematika yang dipraktikkan oleh UI dan Depkes, 
sedangkan kasus pemilu adalah soal antara ilmu statistik dengan KPU, yang karena 
pemilu adalah sebuah proses hukum, jalan tegaknya haruslah lewat pejabat hukum 
tertinggi dalam sebuah negara, yakni MK untuk soal substansial dan MA untuk soal 
formal.

Di luar formalitas

Beriring dengan kasus Buyat yang sedang dalam proses, ada sejumlah pelajaran dari 
kasus Wiranto yang sedang menuju titik akhir. Sejumlah pelajaran itu paralel dengan 
sikap rakyat pada kasus Buyat, yakni skeptisisme!

Ada tiga hal yang melahirkan skeptisisme pada kasus Wiranto:

Pertama, dalam ilmu politik dikatakan bahwa pemilu kita adalah sebuah proses transisi 
dari rezim otoriter ke arah demokrasi. Tetapi dalam pengalaman rakyat yang mencoblos 
atau tidak, pemilu adalah sepenuhnya soal kedaulatan. Kedaulatan dalam seluruh 
ambiguitasnya karena kesadaran pribadi pada kedaulatan (satu orang, satu kertas suara) 
harus berhadapan dengan massa bilangan besar yang tidak tunduk pada kesadaran pribadi, 
tapi bergerak dalam hukum statistik. Secara amat disederhanakan dapat dikatakan bahwa 
hukum statistik akan bergerak pada nilai rata-rata dan deviasi baku. Maksudnya: kalau 
tinggi kebanyakan orang Jawa adalah sekitar 160 cm, tentu amat banyak yang 150 cm atau 
170 cm, tetapi akan amat sedikit saja yang 30 cm atau 250 cm!

Karena yang wajar selalu yang paling banyak dan yang aneh selalu sedikit saja, maka 
dikatakan bahwa massa angka yang demikian akan selalu tunduk pada angka rata-rata dan 
kemencengan. Gambar angka selalu mirip lonceng! Dan berkat gambar lonceng inilah 
statistik lalu dapat dimanfaatkan oleh penyelia pabrik lampu yang ingin menaikkan 
tingkat produktivitas kerja. Caranya? Seluruh proses produksi harus mempertinggi 
efisiensi mesin agar produk yang cacat (orang kerdil atau terlalu jangkung dalam 
masyarakat) sesedikit mungkin.

Ilmu statistik untuk urusan macam itulah yang lalu memperkenalkan sistem acak berdasar 
teori probabilitas. Dalam pemilu dikatakan bahwa quick count (penghitungan cepat) 
menggunakan sistem acak dan hasil prediksi amat tepat, mirip ketepatan pabrik lampu.

Untuk orang pinggir jalan hasil kajian LP3ES, NDI, atau LSI mungkin mengagumkan, 
tetapi jika disimak dari dasar probabilitas hal itu lebih menimbulkan syak wasangka. 
"Angka" (satuan pemilih) untuk legislatif dapat dianggap stabil dari 1999 dan 2004, 
karena itu prinsip acak dapat dimanfaatkan. Tetapi untuk pilihan presiden, angka itu 
amat cair atau kritikal sehingga karena sifat angka yang berlainan itu asas dasar acak 
tidak dapat berlaku karena angka tidak akan peka pada nilai rata-rata dan deviasi 
baku. Dalam kajian fisika sub-atomik, statistik mekanika yang dimanfaatkan itu disebut 
taat pada hukum pangkat! Untuk pemilihan presiden dengan pemilih yang amat sangat 
kritis (dalam politik disebut sebagai menunggu ratu adil) menyatakan bahwa angka hasil 
sistem acak memiliki prediksi yang tinggi adalah mirip mengatakan bahwa tinggi saya 
adalah 73 derajat Celsius! Para ahli statistik saya minta Anda sekalian yang 
menjelaskan duduk perkara.

Kedua, dalam proses komputasi yang dilakukan oleh KPU, mereka menggunakan komputer. 
Mesin hitung ini untungnya hanya tahu dua angka saja, yakni 0/1 sehingga tidak dapat 
berkhayal atau berbohong. Hanya soalnya adalah dalam proses tabulasi itu diselipkan 
program dalam otak komputer sesuai dengan hukum informatik. Sebuah soal yang 
menimbulkan syak wasangka adalah kenyataan bahwa prediksi statistik dari quick count 
seakan sudah harga mati sejak awal. Sehingga tidak akan salah kalau orang mengingat 
pelajaran SLTP dulu bahwa ketika kita bertemu dengan bulatan, mulai dari kelereng, 
bola, sampai bumi, kita akan selalu ketemu dengan angka irasional yang disebut phi, 
yakni 3,1459…

Pertanyaan yang hendak diajukan kepada para ahli pembikin program komputer: Dapatkah 
Anda membuat program yang distribusi angkanya akan selalu "irasional" alias tetap, 
seberapa pun jumlah angka Anda input dalam komputer? Angka selalu 33, 26, 22, 15, dan 
4, misalnya. Jika memang jawabnya "bisa", tolong bukalah program komputer di KPU dan 
diteliti dengan saksama!

Ketiga, dalam sistem pengumpulan suara di mana hulunya adalah TPS dan kecamatan, 
secara manual selalu dapat dihitung ulang kesamaan dan ketidak samaan antara data 
lapangan dengan data elektronik. Dalam cara ini, misalnya, Wiranto merasa selisihnya 
5,4 juta. Seandainya persamaan dan perbedaan untuk seluruh 26 provinsi itu dibuka, 
lalu apakah masih mungkin terjadi angka itu dipermainkan, seperti biasa terjadi dalam 
togel. Dan kepada para ahli penggoreng angka alias orang pinter, saya berharap mereka 
sudi menjelaskan duduk perkara ini!

Campur tangan

Inkonsistensi pada kasus Buyat serta centang perenang pada kasus Wiranto akhirnya 
secara umum menimbulkan budaya baru yang disebut budaya persekongkolan (conspiracy 
theory yang di luar segala akal sehat. Dalam kasus Buyat kita akan menemukan 
persekongkolan birokrat Depkes, dan dalam kasus Wiranto adalah persekongkolah antek 
dalam negeri yang menerima pesanan bandar luar negeri, seperti yang terjadi dengan 
masalah yang tak pernah jelas dalam peristiwa tahun 1965/1966, dokumen Gilchrist itu 
asli atau palsu? Maka sekarang bunyinya, program IT di KPU itu asli atau tertumbuk 
pada sebuah bilangan atau kode yang disebut phi atau sebuah perjanjian rahasia.

Para ahli statistik, pemrogram komputer, dan paranormal, kalian bersatulah untuk 
menegakkan moral politik!!

Para ahli fisika, kimia, dan dan matematika dari UI berteguhlah dalam obyektivitas 
laboratoris kalian agar sumpah hipokratik tetap tegak di negeri kita!

Emmanuel Subangun Pemerhati Masalah Sosial Kemasyarakatan


                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
New and Improved Yahoo! Mail - 100MB free storage!

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Yahoo! Domains - Claim yours for only $14.70
http://us.click.yahoo.com/Z1wmxD/DREIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi.4t.com
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Reply via email to