http://www.suaramerdeka.com/harian/0501/18/opi04.htm

 Selasa, 18 Januari 2005WACANA

Guru, Buku Teks, dan Sosialisasi
(Tambahan untuk "Pelajaran Bahasa Jawa di SMA")
Oleh: Mukh Doyin

RENCANA pemberlakuan pengajaran bahasa Jawa di SMA dan SMK di Jawa Tengah 
sudah sepantasnya mendapatkan sambutan positif. Lagi pula bukan lagi 
waktunya melihat penting atau tidak pemberlakuan tersebut, melainkan harus 
sudah sampai kepada bagaimana pengimplementasiannya.
Menurut saya, ada tiga hal yang perlu ditambahkan untuk melengkapi tulisan 
Sucipto Hadi Purnomo, "Pelajaran Bahasa Jawa di SMA" di harian ini (10/1). 
Tiga hal yang perlu segera disiapkan untuk menerapkan pembelajaran bahasa 
Jawa di SMA/SMK itu meliputi penyediaan guru, penyediaan buku teks atau buku 
ajar, dan sosialisasi.
Di Yogyakarta, mengatasi tenaga guru ditempuh dengan jalan menugasi guru 
yang sudah ada di tiap-tiap SMA/SMK yang sebelumnya dididik secara kilat dan 
khusus. Apa pun model pendidikan-khususnya, saya rasa itu merupakan langkah 
yang juga dapat diterapkan di Jawa Tengah.
Di sekolah-sekolah tentu masih ada guru yang jam mengajarnya lebih 
sedikit -atau bahkan kurang dari ketentuan- dibandingkan dengan guru lain. 
Selain itu, di sekolah-sekolah mungkin juga ada guru yang mempunyai 
pengetahuan bahasa Jawa. Guru-guru semacam itu berpotensi untuk diberi tugas 
dalam kondisi darurat sampai guru bahasa Jawa yang sebenarnya tersedia.
Meskipun demikian, agar pelajaran bahasa Jawa dapat berhasil, tidak 
menyimpang dari hakikat pembelajaran yang sebenarnya, langkah tersebut tidak 
dapat diberlakukan secara sama-rata untuk tiap-tiap sekolah. Istilah yang 
digunakan Sucipto, jangan sampai kucing rembes diraupi. Pendidikan khusus, 
apakah berbentuk pelatihan, workshop, atau apa pun, perlu dilakukan secara 
sungguh-sungguh. Dengan demikian, modal minimal yang harus dimiliki seorang 
guru bahasa Jawa dalam kondisi darurat tersedia. Dalam hal ini, saya kira 
Dinas Pendidikan perlu memberdayakan lembaga pendidikan tenaga kependidikan 
(LPTK) yang memiliki program studi pendidikan bahasa Jawa, LSM, atau 
guru-guru bahasa Jawa senior yang sudah memiliki pengalaman dalam 
mengajarkan bahasa itu.
Khusus untuk sekolah negeri, dapat juga dilakukan tugas silang, yaitu 
guru-guru yang di sekolah tertentu masih memiliki jam kosong dan berpotensi 
untuk ditugasi, dapat digunakan. Dengan demikian, ada dua keuntungan yang 
dapat diperoleh, yaitu pada satu sisi kebutuhan guru bahasa Jawa terpenuhi, 
pada sisi lain pemberdayaan guru dapat dilakukan secara optimal.
Langkah lain, seperti yang diusulkan Sucipto, yaitu memberdayakan guru-guru 
bahasa Jawa eks SPG dulu, juga dapat ditempuh. Namun, jika dilihat dari 
jumlahnya, tentu sangat sedikit dan sangat jauh dibandingkan dengan 
kebutuhan.
Di Jawa Tengah, jika diumpamakan tiap SPG (negeri) memiliki dua atau tiga 
guru bahasa Jawa, jumlahnya tentu hanya beberapa puluh, tidak mencapai angka 
seratus. Belum lagi dikurangi yang pensiun dan yang berpindah tugas di 
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di LPTK. Jumlahnya tentu akan semakin 
kecil. Sementara jumlah guru bahasa Jawa yang dibutuhkan cukup banyak. 
Karena itu, kiranya dapat ditempuh cara lain, yaitu dengan melakukan upaya 
penyisiran guru bahasa Jawa di SMP.
Untuk SMP-SMP tertentu barangkali masih ada guru bahasa Jawa yang kekurangan 
jam mengajar. Pada guru-guru demikian dapat diberi tambahan tugas untuk 
mengajar di SMA/SMK terdekat.
Pemberdayaan guru tidak tetap juga dapat dilakukan. Saat ini masih tersedia 
cukup banyak sarjana pendikan bahasa Jawa atau lulusan Program D3 yang masih 
menjadi guru tidak tetap di SMP-SMP.
Mereka hanya mengajar beberapa jam, sesuai dengan jam yang tersedia di 
sekolah-sekolah. Tenaga semacam ini dapat difungsi-berdayakan secara 
maksimal oleh SMA/SMK. Deretan tersebut dapat ditambahkan lagi dengan 
lulusan-lulusan baru dari LPTK yang ada.
Buku Ajar
Faktor lain yang segera perlu diperhatikan dalam rangka pemberlakuan 
pembelajaran bahasa Jawa di SMA/SMK adalah penyediaan buku teks atau ajar. 
Karena pemberlakuan ini masih dalam taraf rencana, tentu saat ini belumlah 
tersedia buku ajarnya.
Dengan akan diberlakukan kurikulum tersebut, tentu penerbit-penerbit sudah 
berancang-ancang untuk menyediakan buku tersebut.
Dari berbagai informasi dalam seminar-seminar atau tulisan-tulisan, sampai 
saat ini peranan buku ajar menjadi sesuatu yang amat penting bagi 
terlaksananya proses belajar-mengajar di kelas. Bahkan masih banyak guru 
yang bergantung penuh pada buku ajar, sehingga satu-satunya sumber dalam 
pembelajaran adalah buku ajar tersebut.
Pada kondisi seperti ini, peran buku ajar menjadi penting dan sangat 
menentukan benar-tidaknya pembelajaran yang dilaksanakan. Jika sesuatu yang 
ada dalam buku pelajaran tersebut salah, misalnya, pengetahuan siswa pun 
akan menjadi salah.
Jika buku ajar bahasa Jawa yang akan muncul nanti terjadi kesalahan atau 
kekurangsesuaian dengan hakikat pembelajaran bahasa Jawa dan kurikulum, 
harapan pembelajaran bahasa Jawa yang baik pun akan akan jauh dari kita.
Karena itu sedini mungkin -senyampang draf kurikulum belum disetujui 
gubernur- pihak-pihak yang memberikan kebijakan dalam pembelajaran bahasa 
Jawa di SMA/SMK ini perlu mempersiapkan diri. Jika kebijakan yang diambil 
hanya akan menunggu buku-buku yang akan diterbitkan oleh penerbit 
profesional, antisipasi yang dilakukan ada pada proses pemilihan buku 
tersebut. Jika kebijakan pemilihan buku ajar diberikan kepada guru mata 
pelajaran, perlulah memberikan bekal yang memadai pada para guru akan 
kriteria buku ajar yang baik dan benar. Namun, jika kebijakan yang akan 
diambil adalah membuat buku ajar sendiri, seperti yang dilakukan oleh 
Pemerintah Kota Semarang dalam menyediakan buku-buku di SD dan SMP, perlulah 
dibuat tim yang benar-benar menguasai mata pelajaran bahasa Jawa, Kurikulum 
2004, dan penulisan buku ajar.
Buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit prosfesional yang seyogianya 
dipakai adalah buku-buku yang sudah lolos dari penilaian yang dilakukan oleh 
Pusat Perbukuan. Jika buku-buku yang dipakai adalah buku-buku yang tidak 
lolos dalam penilaian tersebut, bisa jadi pembelajaran yang dilaksanakan 
akan menyimpang dari hakikat pembelajaran yang sebenarnya. Demikian juga 
jika buku yang dimaksud akan disediakan tersendiri, dibuat sendiri oleh 
pemerintah daerah, kiranya perlu juga dinilaikan di Pusat Perbukuan sehingga 
nilai kelayakannya dapat dipertanggungjawabkan.
Membangun Dukungan
Dibandingkan dengan program studi lain, minat lulusan SMA/SMK pada program 
studi pendidikan bahasa Jawa relatif kecil. Hal ini dapat dilihat pada LPTK. 
Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa Universitas Negeri Semarang, misalnya, 
setiap tahun jumlah mahasiswa yang menempuh studi pada Program Studi 
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa tidak lebih dari 40 orang --kuota maksimal 
untuk satu kelas.
Alasan lulusan SMA/SMK tidak mau masuk ke program studi tersebut berkaitan 
dengan jumlah lowongan kerja, yaitu di SMP yang terbatas. Karena itu, 
diperkirakan setelah lulus nanti akan sulit mencari tempat untuk mengajar, 
apalagi untuk diangkat; mengingat dalam kenyataannya tidak semua SMP 
memberlakukan mata pelajaran bahasa Jawa.
Melihat gambaran kecil ini, kiranya sosialisasi menjadi langkah yang amat 
peting untuk segera dilakukan. Logikanya, jika banyak masyarakat yang enggan 
kuliah di program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa karena takut tidak 
memperoleh tempat, dengan akan diberlakukan pembelajaran di SMA/SMK menjadi 
banyak tempat yang membutuhkan guru bahasa Jawa.
Karena itu, minat masyarakat untuk menjadi guru bahasa Jawa pun akan semakin 
meningkat, yang kemudian berimplikasi pada kemungkinan dapat memilih calon 
mahasiswa yang terbaik di LPTK.
Sosialisasi yang terpenting untuk segera dilakukan justru bukan bagi SMA/SMK 
yang akan menerapkan, melainkan pada masyarakat, khususnya siswa di SMA/SMK 
itu sendiri. Dari sosialisasi tersebut diharapkan masyarakat akan mengetahui 
pentingnya pembelajaran bahasa Jawa beserta tujuannya, yang selanjutnya 
dapat bersama-sama mendukung dan membantu terlaksananya pembelajaran bahasa 
Jawa di SMA/SMK tersebut. Karena hanya dengan niat baik dan kesungguhanlah 
rencana tersebut dapat terlaksana dengan baik. (18)
--Drs Mukh Doyin MSi, Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas 
Negeri Semarang 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke