http://www.suarapembaruan.com/News/2005/01/29/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY Tajuk Rencana Belajar dari Kasus Farid Faqih ANGGROE Aceh Darussalam (NAD) pascagempa harus disadari masih menjadi perhatian masyarakat. Sorotan terhadap NAD tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dunia internasional. Sudah barang tentu yang disoroti, hingga kini, adalah upaya penanganan bantuan kemanusiaan dan langkah-langkah rehabilitasi wilayah yang porak-poranda dilanda bencana. Adalah wajar publik menyoroti dua hal tersebut. Sebab, masyarakat yang secara spontan segera memberikan bantuan ke NAD ingin sumbangan itu benar-benar sampai ke tangan saudara-saudara kita di sana. Bantuan tersebut dikumpulkan melalui relawan-relawan, yang juga secara spontan bahu-membahu menghimpun dan mengemasnya sebelum dikirim. Namun sangat disayangkan, dalam perjalanannya, lagi-lagi terjadi benturan. Kendati sejak awal sudah diwanti-wanti agar benturan tak terjadi, tetap saja hal yang tidak diinginkan itu terjadi. Farid Faqih, Koordinator Government Watch (Gowa), yang juga terjun menjadi relawan di NAD, dibawa ke Polres Banda Aceh dengan tuduhan mencuri bantuan. Bahkan polisi sudah menetapkannya sebagai tersangka. Yang lebih mengejutkan lagi, wajah aktivis itu babak belur ketika dibawa ke Mapolres. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun kaget dibuatnya. Mengapa aksi kekerasan harus terjadi di tengah sorotan publik ke NAD masih begitu kuat. Kalau pun Farid dituduh mencuri, apakah harus didahului pemukulan sebelum diproses secara hukum? Sepertinya, kita sering kali mudah lupa bahwa perhatian ke NAD masih begitu besar. SEBUAH kenyataan, sebelum Provinsi NAD dilanda gempa tektonik dan gelombang tsunami, status darurat sipil masih berlaku di sana. Selain itu, perseteruan antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah belum reda. Manakala bantuan mulai dialirkan ke NAD, tak berapa lama bencana alam melanda, sempat terhambat masalah transportasi. Ketika kendala tersebut sudah bisa diatasi, persoalan dengan GAM muncul. Belum tuntas menangani bantuan kemanusiaan, ketegangan mulai muncul. Hal tersebut sudah barang tentu menyulitkan penyaluran bantuan. Apalagi sejumlah lokasi, yang juga dilanda gempa, diklaim sebagai kantong-kantong GAM. Sehingga untuk memasuki kawasan tersebut menjadi tidak mudah. Sejak awal berbagai kalangan sudah mengingatkan agar ketegangan tersebut tidak sampai menjadi kendala bagi lembaga sosial dan relawan untuk menjalankan misi kemanusiaan pascagempa. Sebab, selama ego untuk saling menguasai kembali dominan, keinginan bersama untuk merehabilitasi Aceh tidak akan pernah terwujud. Dan ego itulah yang patut diduga menjadi pemicu dalam kasus Farid Faqih. Kasus itu, sekali lagi, harus dijadikan bahan pelajaran berharga agar ke depan hal serupa tidak terulang. BERBAGAI pendapat atau pemikiran sudah disampaikan, tujuannya supaya saudara-saudara kita di NAD tidak terlalu lama menderita. Selain meredam ego untuk kembali saling menguasai, berkait ketegangan antara GAM dan pemerintah, penyaluran bantuan sebaiknya tidak perlu berlama-lama tertimbun di satu lokasi. Apalagi untuk menyalurkannya harus pula melalui birokrasi yang berbelit-belit. Karena begitu besar bantuan yang disalurkan, pengawasannya harus terbuka. Siapa saja bisa ikut mengawasi sambil membangun saling percaya di antara relawan, baik yang berasal dari instansi pemerintah, militer, polisi, maupun dari spontanitas masyarakat. Sebab sejak awal sudah diingatkan pula agar sumbangan dari masyarakat tidak digerogoti, dikurangi, disunat, apalagi mengarah pada korupsi. Pada intinya, koordinasi dalam penanganan bencana diharapkan semakin sistematis, tidak tumpang-tindih yang bisa memicu saling curiga. Memang ke depan dibutuhkan undang-undang tentang bencana mengingat sejumlah daerah rawan gempa. Berkait dengan kasus Farid Faqih, penyelesaiannya pun jangan sampai berat sebelah. Tuduhan pencurian kepadanya harus dibuktikan melalui proses hukum secara jujur. Namun para pelaku yang membuatnya babak belur pun harus dimintai pertanggungjawaban. Bila memang terjadi kesengajaan, yang berbuat harus pula dijatuhi sanksi. Last modified: 29/1/05 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/