http://www.sinarharapan.co.id/berita/0501/28/opi02.html
Perubahan, Antara Janji dan Kenyataan Oleh Mohammad Nasih Salah satu "amunisi" yang membuat pasangan SBY-Kalla memenangi pemilihan umum presiden 5 Juli 2004 adalah wacana perubahan. SBY-Kalla kala itu mampu membangun image bahkan mitos bahwa mereka adalah pasangan yang akan membuat Indonesia mengalami perubahan signifikan menuju kondisi yang lebih baik. Masyarakat yang saat itu sudah berada dalam kondisi jengah terhadap kondisi yang pengap, sesak, dan tidak menentu, memang menginginkan perubahan kondisi. Persepsi yang menguat di kalangan masyarakat adalah bahwa perubahan itu identik dengan pergantian kepemimpinan. Dengan kata lain, perubahan tidak mungkin bisa dicapai tanpa pergantian kepemimpinan nasional. Inilah yang segera ditangkap pasangan SBY-Kalla sehingga dengan intensitas yang sangat tinggi menggelorakan wacana perubahan dan membuat image tambahan bahwa suara rakyat yang menginginkan perubahan tersebut datang dari seluruh penjuru nusantara. Namun, setelah SBY-Kalla memegang tampuk kepemimpinan sampai 100 hari pertama sekarang ini, belum ada tanda-tanda perubahan yang dijanjikan sebelumnya akan terwujud. Bahkan, jika jeli melihat kebijakan-kebijakan yang diambil oleh SBY-Kalla, perubahan yang dikampanyekan hanya sekadar janji-janji belaka. Ternyata apa yang mereka kampanyekan tidak ada bedanya dengan elite-elite politik lain yang hanya berkepentingan merebut hati dan simpati rakyat agar mau memberikan suara dukungan dalam pemilu presiden. Ada beberapa hal yang bisa digunakan sebagai alat ukur untuk mengambil kesimpulan bahwa sesungguhnya pemerintahan SBY-Kalla tidak serius dalam mengimplementasikan janji-janjinya itu. Sebab, sampai saat ini, rakyat masih belum merasakan perubahan konkret yang dijanjikan SBY-Kalla. Pertama, inefisiensi kabinet. Sebenarnya yang diharapkan dari kepemimpinan SBY-Kalla adalah pemerintahan yang efektif dan efisien dengan kabinet yang ramping dan menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat. Dengan struktur kabinet yang ramping, pengeluaran negara bisa ditekan dan mengurangi peluang korupsi. Tetapi kenyataannya jauh dari bayangan. Bahkan, Kabinet Indonesia Bersatu lebih gemuk lagi karena melebihi jumlah kursi kabinet yang dibentuk oleh Megawati dalam pemerintahannya. Parahnya lagi, terlihat SBY menempatkan orang yang salah dalam jabatannya. Jika argumen ini disanggah dengan mengatakan bahwa jabatan menteri adalah jabatan politis, maka jawaban selanjutnya adalah bahwa SBY pernah menjanjikan dia akan membentuk kabinet yang akomodasionis, tetapi juga profesional. Kenyataannya, SBY banyak terjebak oleh kepentingan partai-partai yang ingin memasukkan orang-orangnya walaupun tidak mempunyai kemampuan dibidang yang menjadi tanggung jawabnya. Kedua, lamban dalam menyikapi persoalan-persoalan yang menuntut penanganan secara cerdas dan tangkas. SBY sebelumnya mempunyai citra cepat dan tangkas dalam menangani masalah. Ini terkait dengan latar belakang SBY sebagai seorang militer. Bahkan dalam karier kemiliterannya, SBY selalu dinaungi bintang terang. Tetapi kenyataannya sebagaimana dikatakan banyak orang sebelumnya bahwa SBY adalah seorang yang peragu. Sikap inilah yang membuat pemerintah lambat dalam menangani permasalahan bangsa yang membutuhkan penanganan cepat dan akurat. Contoh konkretnya adalah penangan masalah Aceh yang terlambat dan sampai saat ini menyisakan masalah. Ketiga, supremasi hukum belum juga ditegakkan secara serius. Pemerintah memang telah melakukan pemeriksaan dan penangkapan terhadap beberapa orang yang diduga terlibat tindak korupsi. Tetapi, mereka yang diperiksa dan ditangkap tersebut adalah koruptor kelas teri jika dibandingkan dengan koruptor kasus BLBI. Para koruptor kelas kakap yang telah merugikan negara sampai lebih dari lima ratus triliun rupiah ternyata bebas berkeliaran dan melarikan diri ke luar negeri. Tidak ada tindakan yang tegas dan penangkapan terhadap koruptor kelas kakap itu. Itu artinya, pemerintah belum serius dan menjadikan penegakan hukum dengan menangkap penjahat-penjahat recehan tersebut sebagai pembentuk wacana di masyarakat. Menangkap penjahat kelas teri diwacanakan sebagai gebrakan pemerintah.. Jika pemerintah serius menegakkan hukum dan memberantas korupsi, para koruptor kakap tersebut seharusnya sudah berada dalam sel tahanan. Yang paling mendasar untuk dipertanyakan bagaimana mungkin pemerintahan sekarang bisa menyeret Soeharto sebagaimana amanat reformasi kalau menyeret koruptor itu saja belum bisa dilakukan. Keempat, SBY membiarkan pejabat yang membantunya melakukan rangkap jabatan sehingga menyebabkan konflik kepentingan. Contoh yang paling populer adalah Kalla yang menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam Munas di Bali beberapa waktu lalu. Bahkan ada indikasi SBY juga menginginkan para menterinya menguasai partai-partai yang lain menjelang pelaksanaan kongres beberapa partai sekarang ini. Ini tidak baik bagi perkembangan demokrasi di Indonesia, karena di samping akan menyebabkan terjadinya konflik kepentingan, juga akan menyebabkan birokratisasi parpol dan membuat proses checks and balances menjadi terganggu. Kelima, dalam masa kampanye, berkembangnya wacana SBY didukung lembaga keuangan barat dan dunia. Ternyata hal tersebut tidak terbukti. Tidak ada pemotongan utang atau penjadwalan kembali utang, apalagi penghapusan utang. Bahkan sebaliknya utang harus segera dibayar. Itu menunjukkan kekuatan bargaining pimpinan eksekutif di hadapan asing sangat rendah. Setidaknya lima hal tersebut di ataslah jawaban mengapa popularitas SBY-Kalla menurun drastis. Tingkat kepercayaan kepada SBY-Kalla yang pada saat pelaksanaan pemilu mencapai 60 %, saat ini sebagaimana hasil survei LSI (Lembaga Survei Indonesia) mengalami penurunan drastis sampai angka di bawah 40%. Kalau SBY-Kalla tidak segera memperbaiki kinerja pemerintahan, sangat mungkin dalam waktu yang tidak lama ketidakpercayaan masyarakat yang sekarang ini akan menjadi bola salju yang semakin membuat masyarakat menjadi antipati terhadap pemerintah. Penulis adalah Fungsionaris Peneliti di Yayasan Katalis Jakarta. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/