Wah, Bung Ambon,
minta perhatian sebentar.
tulisan dr Pribakti B SpOG yang dimuat di Banjarmasin Post hari ini, 15
Februari 2005 yang Anda forward ini kayaknya mirip dengan tulisan saya yang
dimuat di rubrik Jendela Kompas, 15 Januari 2005.
www.kompas.com/kompas-cetak/0501/15/Jendela/1462380.htm
www.kompas.com/kompas-cetak/0501/15/Jendela/1462473.htm

Dari kalimat pertama sampai  di atas subjudul "Topi Helm" itu mirip dengan
tulisan saya, begitu pula dari subjudul "Perlu Kesadaran" sampai akhir
artikel. Hanya saja dokter kandungan tersebut memenggal-menggal tulisan
saya...., membolak-baliknya, mengkreasi kembali apa yang saya
paparkan...tapi intinya sama alias mirip...:) Dari tiga bagian tulisan, dua
bagiannya mirip.

Silahkan membaca dua tulisan saya yang dimuat sebulan yang lalu tersebut,
terutama tulisan kedua "Mesin Kondom, Efektifkah?", dan silahkan
membandingkannya. saya menulis statement para narasumber saya (empat orang)
dengan menuliskan siapa yang mengucapkannya: dr Adi Sasongko (Direktur
Pelayanan Kesehatan Yayasan Kusuma Buana) dan Prof Dr Dewa Nyoman Wirawan
MPH (Ketua Yayasan Kerti Praja Bali), Ibu Sumarjati Arjoso (Kepala BKKBN
Pusat) dan staf dari pabrik mesin kondom PT Ruhaak Vending (mengenai harga
ATM kondom), namun dr Pribakti dalam artikelnya ini justru tidak menuliskan
darimana ia mendapatkan kalimat-kalimat tersebut....kasihan para narasumber
saya, karena seolah-olah apa yang ditulis dr Pribakti adalah asli
usulan/keprihatinan dari dr Pribakti, padahal kalimat-kalimat itu berasal
dari narasumber saya...

cc : Kepada Yth
Redaksi Banjarmasin Post
di Jalan MT Haryono Banjarmasin.




----- Original Message -----
From: "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <Undisclosed-Recipient:;>
Sent: Tuesday, February 15, 2005 6:21 AM
Subject: [ppiindia] ATM Kondom, Untuk Apa Dan Siapa ?


>
> http://www.indomedia.com/bpost/022005/15/opini/opini1.htm
> Selasa, 15 Februari 2005 03:01
>
> ATM Kondom, Untuk Apa Dan Siapa ?
> Oleh : dr Pribakti B SpOG
>
> Masalah memakai kondom banyak disebut sebagai masalah psikologis.
Laki-laki
> pada umumnya enggan memakai kondom dengan alasan tidak nyaman. Selain itu,
> laki-laki tidak memakai kondom ketika berhubungan seksual, karena mereka
> malu membeli kondom di apotek ataupun di minimarket. Karena itu untuk
> mencegah HIV/AIDS tidak kian meluas atau merajalela, pemerintah via BKKBN
> dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli persoalan
HIV/AIDS
> terus menerus mengampanyekan kegunaan kondom. Belakangan BKKBN pun
> mempromosikan program Condom Dual Protection, proteksi ganda untuk
mencegah
> kehamilan sekaligus mencegah penyakit menular seksual (PMS), termasuk
> HIV/AIDS.
> Lebih dari itu, selain melaksanakan berbagai penyuluhan dan diskusi, upaya
> kondomisasi yang gencar dilaksanakan oleh BKKBN ini juga dilakukan dengan
> memasang mesin kondom alias ATM Kondom di beberapa daerah di Indonesia.
> Konon ATM Kondom yang dibeli Rp7,5 juta per unit dari pabrik PT Ruhaak
> Vending di Tangerang, Banten, tersebut menyediakan kondom dengan tiga
rasa,
> yaitu coklat, vanila dan stroberi. Ini adalah usaha agar HIV /AIDS tak
makin
> mewabah dan mengatasi rasa malu para lelaki hidung belang jika harus
membeli
> kondom di apotek, toko obat dan warung.
> Dengan ATM kondom ini, privacy terjaga karena mereka tinggal memasukkan
tiga
> koin Rp500 dan mendapatkan satu pak kondom berisi tiga kondom. Sederhana
> caranya dan sangat umum. Singkat cerita dengan asumsi ini membuat BKKBN
> pasang aksi dengan menyediakan kondom beraroma, diharapkan orang
termotivasi
> untuk membeli atau mencoba memakainya dalam rangka pengamanan. Dan dengan
> asumsi ini pula BKKBN menuai komentar, kritik atas pemasangan ATM Kondom.
> Pertanyaannya, apakah dengan tidak adanya kondom, orang tidak akan pergi
ke
> prostitusi? Bagaimana orang akan membeli kondom kalau dia sendiri belum
> sadar akan bahaya yang mengancam? Dan kalau masalahnya adalah rendahnya
> kesadaran menggunakan kondom, apa solusinya dengan menyediakan ATM Kondom?
> Itu buang-buang uang. Mubazir!
> ATM kondom kan ada harganya. Betapa sayang di tengah kelangkaan sumber
daya,
> malah kita mengambil pemecahan masalah yang tidak menyelesaikan masalah.
> Wong kondom dibagi-bagi secara gratispun kepada para pekerja seks saja,
> tamunya tidak mau pakai. Penelitian Yayasan Kerti Praja membuktikan selama
> enam tahun (1994-2000) setiap hari menaruh kondom diatas meja setiap kamar
> PSK bekerja, ternyata sebagian besar pelanggan (60 persen) tidak mau
> menggunakan kondom. Ini fakta. Lalu masih efektifkah ATM Kondom menekan
laju
> perkembangan HIV/AIDS?
> Topi helm
> Bicara tentang HIV/AIDS , sedikit banyak akan menyinggung soal kondom. Dan
> bicara tentang kondom di Indonesia menggoda ingatan saya akan topi helm.
> Keduanya sama-sama alat pengaman terhadap kemungkinan bahaya kecelakaan.
> Keduanya bekerja dengan cara menutupi. Bedanya, yang satu mengamankan yang
> ditutupi, yang lain mengamankan pihak yang tidak ditutup. Yang satu
bekerja
> di tempat terbuka dan publik. Yang lain di tempat tertutup serba pribadi.
> Namun, bukan semua itu yang menggoda ingatan saya tentang hubungan antara
> kondom dan topi helm. Yang jauh lebih menarik justru di Indonesia keduanya
> bisa menjadi sumber perdebatan seru dan konflik politis.
> Sekitar 20 tahun lalu untuk pertama kalinya pemakaian topi helm bagi
> pengendara kendaraan bermotor beroda dua di Indonesia dinyatakan sebagai
> kewajiban resmi. Ada sanksi hukum bagi pelanggarnya. Reaksi masyarakat?
> Geger! Sebagian mematuhi, banyak yang menolak. Lalu mendadak muncul lahan
> baru bagi para pedagang jalanan: berjualan aneka helm Sementara di
sejumlah
> jalan, polisi dikerahkan uintuk mencegat pengendara sepeda motor tanpa
helm.
> Muncul aneka cerita tentang suka duka orang yang menyiasati polisi. Ada
> olok-olok, lelucon dan karikatur tentang topi helm dan pemakaiannya.
Padahal
> nyaris 20 tahun lalu banyak orang mengecam kampanye kondom. Bukan saja
> karena soal seks dianggap barang tabu untuk diperbincangkan diruang
publik.
> Yang lebih mereka kuatirkan, pendidikan seks dan diskusi tentang cara
> menggunakan kondom akan mendorong revolusi "seks bebas".
> Karena sekarang seks menjadi aman. Dan ini dianggap sebagai ancaman
terhadap
> moral bangsa yang Pancasilais dan adiluhung.
> Entah apakah 20 tahun kemudian masih ada pemikiran seperti itu. Yang jelas
> dalam 20 tahun belakangan, kampanye penggunaan helm telah berhasil
> menyelamatkan banyak kepala dan nyawa orang Indonesia. Bukan meningkatkan
> jumlah penggunana kendaraan motor atau angka kecelakaan.
> Tidak ada bukti popularitas pemakaian helm telah mendorong gairah orang
> untuk lebih sering naik motor, berganti-ganti kendaraan dan cari"tabrakan
> bebas" Apakah kondomisasi yang dilakukan oleh BKKBN dengan ATM Kondom juga
> perlu dicemaskan dengan logika seperti itu? Lalu, mungkinkah nasibnya akan
> sama dengan topi helm. Saya tidak tahu persis.
> Perlu kesadaran
> Tapi begitulah. Di Indonesia pada kenyataannya kesadaran penggunaan kondom
> itu harus diakui masih amat minim. Yang perlu dilakukan saat ini adalah
> menumbuhkan kesadaran mengenai pentingnya penggunaan kondom. Sebab
> masyarakat masih banyak yang belum tahu apa kegunaan kondom. Mereka merasa
> kondom mengurangi kenikmatan seksual. Ini yang harus diselesaikan dulu dan
> caranya adalah dengan akses informasi, penyuluhan kelompok,
diskusi-diskusi
> dan pelatihan-pelatihan.
> Hal-hal seperti itulah yang perlu dilakukan sebelum kita sediakan ATM
> Kondom. Kalau informasi atau sosialisasi mengenai manfaat kondom belum
> dilakukan tidak akan ada gunanya dipasang ATM Kondom.
> Bisa dibayangkan mesin semacam itu ditaruh di lokasi prostitusi atau di
> terminal angkot, di mana banyak orang mabuk atau orang usil. Kultur kita
> belum sesuai dengan mesin itu. Coba lihat telepon umum yang sebagian besar
> hilang diangkut maling. Justru yang paling tepat kalau saja BKKBN yang
> mempunyai puluhan ribu petugas lapangan itu melakukan reorientasi
> tugas-tugasnya -yaitu melakukan identifikasi penduduk laki-laki yang
sering
> berhubungan seksual dengan PSK dan kemudian melakukan pendidikan perubahan
> perilaku seksual atau memberikan masukan pentingnya memakai kondom-maka
bisa
> jadi lebih efektif.
> Pemasangan ATM Kondom tidak menyelesaikan masalah, apalagi kalau kemudian
> timbul rasa aman yang semu. Bukankah kalau sudah ada ATM kondom, apa pasti
> yang pakai kondom meningkat? Kita beda dengan di negara-negara Eropa yang
> masyarakatnya sudah berpendidikan baik dan mengerti pentingnya kondom,
> sehingga penyediaan ATM kondom itu artinya memang memberi kemudahan bagi
> orang yang membutuhkan. Akan tetapi, kalau mengerti saja belum kok lalu
> diberi ATM Kondom, ya tidak nyambung karena memakai kondom itu mesti
> mengerti dulu manfaatnya. Lalu, sebetulnya ATM Kondom untuk apa dan siapa?
> Dokter Spesialis Kandungan RSIUD Ulin Banjarmasin
>
>
>
>
>
***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia
yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
>
***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke