Tak tambahgi yo mBak?
1. secara islam : ........................ 2. secara kristen : ...................... 3. secara, bukan no.1 : .................. 4. secara, bukan no.2 : .................. 5. dst.. dst.. 6. sebagai insan Ilahi.. Hayoo gimana? Salam Danardono --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Listy" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > pak RMDH, anda baik sekali.. mengajak pindah topik.. tq > nah kalo memang niat membahas masalah perilaku manusia > didasarkan pada sendi agama, pakailah seperti berikut, > > 1. secara islam : ........................ > 2. secara kristen : ...................... > 3. secara, bukan no.1 : .................. > 4. secara, bukan no.2 : .................. > 5. dst.. dst.. > > jadi tidak terkesan, islam lagi.. islam lagi.. sekarang, > saya duduk manis di sini pak, menyimak.. menyerap ilmu, > supaya tambah pinter.. :) > > terimakasih.. > > cheers.. > > > -----Original Message----- > From: RM Danardono HADINOTO [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > > Pindah topik yukk? > > Dari kecam mengecam agama, yang sebenarnya adalah masalah perilaku > manusia, kita baca kisah kehidupan se-hari-hari. Selamat membaca: > > ----------------------------------- > Kompas, Kamis, 17 Februari 2005 > > > > Orang Miskin Takut Sakit... > > > SUSAH benar jadi orang miskin di Jakarta. Dengan berbekal pendidikan > minimal, mereka mencoba bertahan di Jakarta untuk menafkahi > keluarganya, meski hasilnya pas-pasan. Bahkan, sering kali hanya > cukup untuk makan. Jika punya anak masih sekolah, biaya yang > dikeluarkan harus utang sana sini. Bagaimana kalau sakit? > > "Waaah... kalau cuma batuk pilek sih masih bisa beli obat di warung. > Kalau harus masuk rumah sakit, yaaa... pikir-pikir dulu," tutur > Marsani (38), warga Jalan Semeru, Kelurahan Grogol Petamburan, > Jakarta Barat. > > Bagi Marsani, berurusan dengan rumah sakit adalah hal yang mewah. > Perempuan beranak dua itu mengaku takut jika mendengar kata rumah > sakit. Bukan apa-apa, yang terbayang adalah jutaan rupiah harus > dikeluarkan. Dari mana uangnya, sedangkan suaminya hanya berjualan > besi tua. > > Karena takut berurusan dengan rumah sakit, ketika Bayu, anak > bungsunya yang masih berumur empat tahun sakit diare, Marsani hanya > memberikan obat-obatan di warung. Dengan segala keterbatasannya, > Marsani dan suaminya mencoba merawat sendiri anaknya. "Anak saya > buang air terus selama tiga hari. Dia sampai lemas sekali. Wajahnya > kelihatan lesu dan setiap hari tidur-tiduran terus," kata Marsani. > > Akibatnya, Bayu nyaris dehidrasi. Atas petunjuk tetangganya, Marsani > memberikan teh yang diberi gula dan garam. Untungnya, anak Marsani > itu kuat sekali minum sehingga cairan di tubuhnya bisa tergantikan. > Meskipun tidak mau makan, Bayu selalu menghabiskan "obat dari > ibunya. "Sehari dia menghabiskan sepuluh gelas lebih," kata Marsani. > > LAIN lagi kisah yang dialami Saritem (38), warga Kemayoran, Jakarta > Pusat, yang tidak bisa menghindar harus berurusan dengan rumah sakit. > Anaknya, Kamaludin (7,5), kini terbaring di Rumah Sakit Umum Daerah > Tarakan karena terserang demam berdarah dengue (DBD). Padahal, sehari- > hari Saritem hanyalah pemungut sampah. > > Ketika ditemui di bangsal anak beberapa hari lalu, Saritem bercerita, > sebenarnya dia tidak ingin membawa anaknya ke rumah sakit. Meskipun > Kamaludin sudah demam tinggi selama tiga hari, Saritem masih mencoba > mengobati anaknya dengan obat-obatan warung. Namun Kamaludin tak > kunjung sembuh. > > "Saya ketakutan waktu lihat dia (Kamaludin) menggigil," kata Saritem. > Karena ketakutan, meskipun tidak punya uang Saritem nekat membawa > anaknya ke RSUD Tarakan, setelah mendengar ada pengobatan gratis di > rumah sakit tersebut untuk pasien DBD. > > Ternyata, Saritem tidak benar-benar mendapat pengobatan gratis. Ada > beberapa resep obat, yaitu obat antibiotik dan penurun panas yang > harus dia tebus dengan uang tunai. Selain itu, Saritem juga > diharuskan membayar uang untuk mengambil trombosit darah. Jumlah > keseluruhannya mencapai Rp 100.000 lebih. > > "Suami saya cuma tukang sampah. Dapat gaji cuma Rp 200.000 per bulan. > Begitu gajian langsung habis untuk bayar utang," kata Saritem. Untuk > menebus biaya pengobatan hingga Rp 100.000 tentu menjadi sangat berat > buat Saritem. Ia mengaku takut jika ada keluarganya yang sakit lagi. > > Dinas Kesehatan DKI tahun 2005 ini sudah menganggarkan Rp 98 miliar > untuk dana Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin (JPK > Gakin). Tetapi baru sebagian kecil dana itu terserap. Pasalnya, > sebagian besar orang miskin di Jakarta tidak memiliki kartu Gakin. > Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang menjadi syarat pun sering > ditolak rumah sakit. Pantas saja orang-orang seperti Marsani dan > Saritem ketakutan jika ada keluarganya yang sakit. (IND) > > --------------------- > > Danardono ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/