Mas Robert,
seorang sahabat dalam falsafat pernah menasehati saya, untuk tak terlalu menghabiskan waktu dalam perdebatan intellektualitas mengenai diri Ilahi, apalagi kalau sampai terjadi saling memojokkan. Tetapi pakailah waktu kita, yang sedikit ini (berapa lamakah kita masih hidup?) untuk memenuhi kewajiban kita didunia ini (kita belum disurga atau dineraka), kewajiban terhadap keluarga, sesama, masyarakat apapun agama mereka. Ber-dharma. Sekarang, bukan esok, minggu depan atau entah kapan. Taruhan, mengenai surga atau neraka itu bagaimana, siapa yang diselamatkan,siapa yang menyelamatkan, atau wujud Ilahi itu sendiri, tak perlu kita lakukan sekarang, karena jawabannya akan kita dapat, nanti kalau kita sudah tidak disini. Ini juga berlaku bagi Franz Magnis, Hans Küng atau siapapun. Bukan jubah rohaniwan, gelar keagamaan, atau usia yang memberikan kita jalan menuju kesempurnaan. Tetapi dharma kita masing masing. salam danardono --- In ppiindia@yahoogroups.com, Robertus Budiarto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Mungkin yang dimaksud Magnis itu Pluralisme yang murahan, seperti omongan Hans Küng di bawah ini. Kalau ngeliat tulisan dan kiprah Magnis sampai setua ini kayanya sih iya. > > > > > > Ini ada terjemahan menarik dari tokoh Pluralisme dan Teolog Katolik Jerman kelas dunia, Hans Küng. > > Di antara Absolutisme dan Relativisme > > ………………… > > Demikian aku mencoba jalan tengah yang sulit, berjalan di antara kedua ekstrem. Di satu sisi aku ingin menghindari Absolutisme yang ndablek, yang sok (Islam atau Kristen), yang mengabsolutkan kebenarannya dari kebenaran yang lain. Di sini tidak akan dibela stand point yang eksklusif, yang menghakimi secara keseluruhan kebenaran non-Kristen. Tidak juga stand point superioritas, yang menganggap agama sendiri sejak awal sebagai (dalam hal ajaran, etik, hukum) yang lebih baik. Stand point seperti itu hanya mengarahkan manusia ke sikap apologetis yang enak, yang mengarah pada ketidakmampuan belajar dan sikap sok benar. Pendeknya mengarahkan ke sebuah dogmatisme, yang dari awal yakin telah memiliki seluruh kebenaran, dan oleh karenanya tak akan bisa menemukan kebenaran itu sendiri. > > > > Pada saat bersamaan ,sebagai teolog kristen aku juga tak mengharapkan dari siapapun, sebuah relativisme yang dangkal dan tak bertanggungjawab, yang merelatifkan semua kebenaran dan menyama- ratakannya. Rasanya hal ini tak bisa dipertahankan, sebuah pluralisme asal-asalan, yang tak membedakan agamanya sendiri maupun agama lain, tanpa memperhatikan ke-tidakbenar-an yang ada baik pada agama sendiri maupun pada agama lain. Bagiku yang juga tak dapat dipertahankan adalah sebuah indifferentisme yang membebaskan posisi- posisi dan keputusan-keputusan keagamaan tertentu dari kritik. Stand point seperti itu hanya mengarahkan kita kepada toleransi yang murahan, kepada sikap cuek "anything goes", sebuah kesalahpahaman tentang liberalisme, di mana pertanyaan tentang kebenaran dianggap sepele atau bahkan sama sekali tak dipertanyakan. > > > > Dari situlah kita berpijak: Sekarang ini juga menurut pemahaman Kristen, batas antara benar dan tidak, tidaklah terletak di antara agama Kristen dan agama-agama lain, tetapi sebagian batas itu juga berada di dalam agama kita sendiri. Di sini berlaku prinsip dasar: Jangan tolak kebenaran yang ada di agama lain, tapi jangan juga telan secara tidak kritis ke-tidakbenar-an yang ada. Konsens mengenai itu seharusnya mungkin. Kita membutuhkan dialog yang terdiri dari saling memberi dan menerima, yang di dalamnya tujuan- tujuan paling bermakna dari agama-agama harus tertampung: jadi sebuah dialog yang kritis, di mana semua agama dituntut tidak untuk membela semua kebenaran, tetapi mengatakan yang terbaik dan yang terdalam. Pendeknya, kita membutuhkan sebuah dialog dalam rasa saling bertanggungjawab dan dalam kesadaran, bahwa kita semua tidak memiliki kebenaran yang selesai, lengkap, sempurna, tetapi selalu dalam perjalanan menuju kebenaran yang makin besar. > > > > ………… Oleh karenanya umat manusia tak akan pernah cukup untuk saling mengenal satu sama lain. Tetapi yang tidak kalah penting daripada pengenalan atau pengetahuan tentang yang lain, adalah empati dan simpati, merasakan dan berbagi rasa dengan manusia yang berbeda agama, yang walaupun mempunyai cara yang sangat berbeda, tetaplah sesama manusia di dunia ini. > > > > ………….. Saling bertukar informasi, saling berdiskusi, saling bertransformasi: Dengan perlahan tidak menuju ke percampuran yang tidak kritis, tetapi menuju penerangan, sapaan, pendalaman, pengkayaan yang kritis dari agama-agama yang berbeda, seperti yang telah berjalan di antara berbagai konfesi di dalam agama Kristen- dalam teori dan praksis. Ya ini mungkin suatu jalan menuju saling pengertian antara agama-agama, yang tidak akan menghasilkan satu agama dunia, tetapi sebuah perdamaian sejati –setelah perang panas dan dingin dengan korban tak terhitung. > > (Diterjemahlan dari buku "Christentum und Weltreligionen ISLAM", Hans Küng, hal 14-17.) > > > > > > "There can be no peace among nations without peace amongst religions; No peace is possible between religions without dialogue between them; and no dialogue can be had between the religions without investigation of their individual foundations." > > > > > > > --------------------------------- > Do you Yahoo!? > Yahoo! Mail - 250MB free storage. Do more. Manage less. > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/