http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail&id=4712

Menhan Diprotes DPR

Sabtu, 26 Mar 2005,
 

Karena Beberkan Nilai Anggaran Operasi Ambalat Rp 5 Triliun
JAKARTA - Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono kini menghadapi hari-hari sulit. 
Selain menghadapi persoalan internal di Dephan karena keberaniannya menolak 
usul pejabat eselon I yang ingin meremajakan mobil dinasnya, kini Juwono menuai 
protes dari para anggota Komisi I DPR. 

Protes para politisi Senayan itu tidak terkait mobil dinas itu, tapi menyangkut 
masalah pengungkapkan dana tambahan untuk operasi Ambalat. Sejumlah anggota 
Komisi I DPR menyatakan keberatannya kepada Juwono yang begitu saja membeberkan 
akan ada tambahan dana Rp 5 triliun untuk operasi TNI. Apalagi, sebagian besar 
dana itu dialokasikan untuk membiayai operasi militer di perairan Blok Ambalat. 

Anggota Komisi I Djoko Susilo (FPAN, dapil Jatim I) menilai, Juwono telah 
melanggar kesepakatan antara Panitia Anggaran DPR, Pokja Pertahanan Komisi I 
DPR, dan Dephan. Ketiga pihak telah sepakat merahasiakan besaran usul anggaran 
tambahan untuk pengembangan kekuatan TNI itu, termasuk berbagai alternatifnya. 

Sikap protes juga diungkapkan Wakil Ketua Komisi I Effendy Choirie (FKB, dapil 
Jatim IX). "Jumlah anggaran belum boleh disampaikan kepada masyarakat karena 
ketiga pihak belum sepakat. Lagi pula, Malaysia jangan sampai tahu dulu ada 
kenaikan anggaran. Kalau ada yang membocorkan, ya artinya melanggar 
kesepakatan," tegasnya kepada koran ini kemarin. 

Seperti diberitakan harian ini sebelumnya, Rabu lalu, setelah mengikuti Rakor 
Polhukam, Juwono kepada wartawan mengungkapkan bahwa pemerintah mengusulkan 
penambahan anggaran 2005 untuk TNI Angkatan Udara dan TNI Angkatan Lauat Rp 5 
triliun. Sebagian anggaran itu digunakan untuk membiayai kegiatan TNI di 
Ambalat. 

Effendy tidak menjelaskan lebih jauh konsekuensi yang akan diterima Juwono 
karena membeberkan rahasia dana pertahanan itu kepada pers. 

Yang pasti, menurut dia, Dephan memang mengajukan secara khusus anggaran untuk 
operasi TNI di Ambalat. Tapi, usul itu belum bisa dibahas DPR karena operasi 
militer di Ambalat baru inisiatif pemerintah. DPR belum memberikan kesepakatan 
secara resmi dan tertulis atas penggunaan dan gelar kekuatan TNI di Ambalat. 
Meskipun sejumlah anggota komisi I sudah mendukung inisiatif itu. 

"Seharusnya, pimpinan DPR dan pimpinan fraksi memanggil presiden dalam forum 
rapat konsultasi untuk menjelaskan operasi militer Ambalat. Kalau disepakati, 
anggaran yang diajukan bisa disetujui. TNI bisa cepat-cepat membeli rudal, 
roket, atau bom," jelasnya. 

Effendy mengungkapkan, nilai Rp 5 triliun yang disebutkan Juwono hanya satu di 
antara sekian banyak alternatif anggaran pengembangan TNI dan operasi militer 
di Ambalat. Dia menolak merinci besaran alternatif itu dengan alasan masih 
rahasia. Tapi, sumber koran ini di DPR mengungkapkan bahwa alternatif besaran 
anggaran tambahan untuk TNI, antara lain, paket Rp 1 triliun, paket Rp 5 
triliun, dan paket Rp 23 triliun. Kalau disetujui, anggaran tersebut akan masuk 
paket APBN Perubahan atau dana darurat. 

Kepala Dinas Penerangan TNI-AU Marsekal Pertama Sagoem Tamboen pernah 
mengungkapkan bahwa pada 2005, pihaknya menyampaikan usul penambahan alutsista 
(alat utama sistem persenjataan). Yang mendesak, misalnya, enam unit pesawat 
tempur Sukhoi, suku cadang pesawat angkut Hercules C-130, maritime aircraft 
sebagai pesawat intai, penambahan pesawat latih Wing B, dan beberapa unit 
radar. 

Kepala Dinas Penerangan TNI-AL Laksamana Pertama Abdul Malik Yusuf mengatakan, 
beberapa alutsista yang dibutuhkan, antara lain, kapal selam, rudal, dan 
beberapa kapal cepat.


Reaksi Kalla 

Sementara itu, sumber kuat koran ini di Dephan mengungkapkan, usul anggaran 
operasi TNI di Ambalat masuk ke Komisi I DPR tersebut tanpa sepengetahuan 
Menhan Juwono Sudarsono. Tapi, itu disampaikan salah seorang pejabat eselon I 
yang sebentar lagi diganti. 

Masuknya usul penambahan anggaran itu membuat Wapres Jusuf Kalla berang. Kalla 
memerintah Juwono supaya mengingatkan bawahannya itu. 

Mengapa Wapres berang? "Sebab, permintaan kenaikan anggaran ke Komisi I DPR 
menyalahi prosedur. Seharusnya itu diajukan ke Depkeu terlebih dahulu. Wapres 
bertanya-tanya, apa ada broker anggaran?" terang sumber yang meminta nama dan 
jabatannya tidak dikorankan. 

Sumber koran ini mewanti-wanti supaya nama pejabat eselon I yang disebutkan 
tidak diungkap dahulu di koran. Sebab, saat ini hubungan Menhan dengan sejumlah 
Dirjen sedang renggang. Apalagi sejak pembatalan rencana pembelian mobil dinas 
baru terkuak ke publik. Juwono sendiri dikabarkan bakal mendiamkan saja surat 
desakan klarifikasi dari Sekjen Dephan Suprihadi yang diteken sejumlah pejabat 
eselon I pada Kamis lalu. 

Sejak Juwono kembali memimpin Dephan, kata sumber itu, jajaran pejabat eselon I 
merasa gerah. Mereka tidak lagi "bebas" bermain dan melakukan pengadaan 
barang/jasa yang kental dengan indikasi mark up. 

Selama ini pejabat eselon II dan eselon III sudah lama jenuh atas manuver para 
Dirjen itu. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka benar-benar 
memanfaatkan peluang nonaktifnya Menhan sebelumnya, Matori Abdul Djalil. 

"Beberapa pejabat eselon I tinggal nunggu ditangkap. RI I dan RI II sudah tahu 
kasus-kasusnya," urai sumber itu.


Khawatir Lawan Tahu

Angota Komisi I DPR dari FPG Happy Bone Zulkarnain pun meyayangkan terungkapnya 
rencana anggaran pertahanan Rp 5 triliun dan dana pertahanan Ambalat. Menurut 
dia, rencana itu seharusnya tak dibuka ke publik hingga pembahasan dan 
persetujuan antara pemerintah dan DPR matang. "Ini kan menyangkut kepentingan 
strategis. Kalau diketahui secara luas, nanti kurang secure (aman,Red)," kata 
Happy kepada koran ini kemarin.

Kepentingan strategis untuk mempertahankan wilayah itu, menurut Happy, 
seharusnya bersifat rahasia (confidential). Lawan tidak selayaknya mengetahui 
dengan mudah. "Kalau lawan tahu, mereka bisa meningkatkan anggarannya dan 
persiapan lebih matang," ujarnya. 

Departemen Pertahanan (Dephan), lanjut Happy, seharusnya membuat perencanaan 
matang. Saat ini, Indonesia tak bisa hanya mengandalkan militer yang lemah. 
Namun, harus memperkuatnya dengan strategi diplomasi.

Dia mengakui, anggaran yang diajukan Dephan untuk pertahanan dan Ambalat memang 
cukup tinggi. Jumlahnya triliunan rupiah. Namun, sampai saat ini belum ada 
kesepakatan antara pemerintah dan DPR mengenai anggaran tersebut. "Belum ada 
tambahan sepeser pun. Satu triliun saja belum ada. Kalau ada, harus bicara 
dengan Depkeu," ujarnya.

Dalam pembicaraan DPR dengan Dephan beberapa waktu lalu, lanjut Happy, DPR 
memang meminta Dephan membuat perencanaan strategis untuk perang. Meskipun saat 
ini tingkat intensitas konflik masih rendah (low intensity conflict). 
"Peningkatan perencanaan strategis itu, mau tak mau, harus diperlihatkan dengan 
alutsista. KArena itu, DPR minta perencaaan strategis itu," urainya. (arm/nur) 





[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke