http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/3/31/o2.htm
Berdasarkan catatan gempa merusak di Bali sejak tahun 1800-an zone subduksi megathrust di selatan Bali belum pernah menimbulkan gempa besar yang merusak. Tsunami juga belum pernah terjadi akibat penyusupan lempeng Indo-Australia ke bawah Bali. Seringnya Bali diguncang gempa dengan intensitas III-IV MMI yang tidak menyebabkan kerusakan menunjukkan bahwa kondisi tektonik kawasan Bali sangat rapuh dan tidak elastis. Sehingga ketika mendapat stres langsung patah dan dilepaskan yang dimanifestasikan sebagai gempa dengan magnitude kecil. Keadaan ini justru baik karena justru tidak akan terjadi akumulasi energi yang akan dilepaskan dalam bentuk gempa besar yang merusak. Perbedaan Karakteristik Gempa di Sumatera dan Bali Oleh Daryono, S.Si., M.Si. GEMPA bumi yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 dan di Nias pada 28 Maret 2005 lalu memiliki magnitude besar dengan kedalaman dangkal di zone penyusupan lempeng. Bagaimana dengan aktivitas gempa bumi di zone penyusupan lempeng samudera di selatan Bali? Ada perbedaan karakteristik gempa dan tektonik antara Sumatera dan Bali berdasarkan data kegempaan yang ada. Besar kemungkinan, gempa yang terjadi di Nias, Senin (28/3) malam lalu adalah gempa baru yang dipicu oleh gempa Aceh pada 26 Desember tahun lalu. Gempa ini bukan merupakan gempa susulan Aceh, namun masih berada dalam satu rangkaian lempeng kerak bumi. Pusat gempa Nias berada di zone penyusupan megathrust di sebelah selatan gempa Aceh dan masih berada dalam jalur banturan lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Eurasia. Jadi gempa ini bukan gempa susulan, tetapi memang terpicu oleh gempa Aceh, di mana energi yang dilepaskan gempa Aceh menyebabkan gaya-gaya yang bekerja mencari kesetimbangan dengan membuat titik-titik rawan lain menjadi lebih tegang. Pada kejadian gempa kali ini, gelombang tsunami tidak muncul karena perubahan kerak bumi tidak terlalu mempengaruhi permukaan lantai samudera. Sebab, meskipun gempanya besar, deformasi yang terjadi di lantai samudera kecil, sehingga permukaan laut di atasnya tidak terlalu bergoyang dan berosilasi untuk bisa terjadi tsunami. Tektonik Sumatera Berdasarkan data historis, sekitar 121 tahun lalu, di sekitar kawasan ini memang pernah terjadi gempa besar berkekuatan 9 skala Richter, tepatnya di perairan Kepulauan Mentawai, Smatera Barat. Guncangan akibat gempa megathrust yang dahsyat itu menimbulkan gelombang tsunami yang menerjang wilayah pesisir barat Pulau Sumatera. Bahkan, pengaruhnya dirasakan sampai Singapura dan Malaysia. Memang, tak ada data pasti tanggal kejadian gempa itu dan kerusakan yang ditimbulkannya. Namun, berdasarkan beberapa laporan, gempa yang dirasakan sampai di Singapura tersebut terjadi pada tanggal 24 November 1833. Gempa pada 1833 ini bukanlah rekaan. Gempa besar yang magnitudonya hampir sama, juga terjadi pada tahun 1608 dan 1381. Diyakini, siklus gempa besar itu terjadi dalam kurun waktu 200-300 tahun. Seringnya terjadi gempa di Kepulauan Mentawai dan Nias di sebelah barat pesisir Sumatera bersumber di zone gempa besar, yaitu Zone Subduksi Lempeng yang terletak di bawah Kepulauan Mentawai dan Kepulauan Nias. Zone ini mempunyai potensi gempa yang sangat tinggi sebagai generator gempa merusak. Sumber gempa tektonik di Aceh dan Nias merupakan segmen (gempa bumi) paling utara pada Zone Subduksi Sumatera, yang membentang sampai ke Selat Sunda dan berlanjut hingga selatan Pulau Jawa. Khusus di pantai barat Sumatera, terdapat 6 zone subsuksi yang sangat berpotensi sebagai gempa besar yang biasanya diikuti tsunami, yaitu segmen Simeulue, Nias, Kepulauan Batu, Siberut, Sipora, Pagai, dan Bengkulu. Subsuksi ini mendesak lempeng Eurasia di bawah Samudera Hindia ke arah barat laut di Sumatera dan frontal ke utara terhadap Pulau Jawa, dengan kecepatan pergerakan yang bervariasi. Puluhan hingga ratusan tahun, dua lempeng itu saling menekan. Namun lempeng Indo-Australia dari selatan bergerak lebih aktif. Pergerakannya yang hanya beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter per tahun ini memang tidak terasa oleh manusia. Karena dorongan lempeng Indo-Australia terhadap bagian utara Sumatera kecepatannya hanya 5,2 cm per tahun, sedangkan yang di bagian selatannya kecepatannya 6 cm per tahun. Pergerakan lempeng di daerah barat Sumatera yang miring posisinya ini lebih cepat dibandingkan dengan penyusupan lempeng di selatan Jawa. Akibat dorongan lempeng Indo-Australia tersebut, Pulau Sumatera terbelah menjadi dua bagian yang memanjang. Patahan yang terbentuk itu sangat populer disebut sebagai Patahan Semangko yang merupakan generator gempa merusak di daratan Sumatera. Belahan Sumatera yang kecil di bagian barat daya bergerak ke barat laut, berlawanan dengan belahan yang besar di timur laut. Selama puluhan sampai ratusan tahun, tekanan lempeng Samudera Hindia ini akan terus meningkat sampai melampaui kekuatan elastisitas batuan, sehingga batuan di bawah pulau-pulau akan runtuh dan bergeser secara tiba-tiba. Bila ini terjadi, maka timbul gempa bumi. Sehingga aktivitas lempeng baru diketahui ketika terjadi gempa. Karena sesungguhnya gempa merupakan petunjuk adanya bagian dari batuan di tempat pertemuan lempeng yang tidak mampu lagi menahan tekanan, pada saat itu batuan tersebut patah. Kawasan Bali Untuk daerah Bali, berdasarkan pada karakteristik kegempaan dan tektonik, serta ditunjang dengan karakteristik data geofisika yang ada, maka sumber gempa yang mempengaruhi kawasan Bali dan sekitarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu zone subduksi di selatan Bali dan patahan busur belahan di utara Bali. Gempa yang terjadi pada zone subduksi Bali umumnya dipisahkan atas dua kelompok, yaitu gempa megathrust yang merupakan gempa akbat penyusupan dangkal dan gempa Benioff yang merupakan gempa akibat penyusupan dalam. Zone megathrust adalah bagian dangkal dari zone subduksi yang mempunyai sudut tukik yang landai, sedangkan zone Benioff adalah bagian dalam dari zone subduksi yang mempunyai sudut tukik yang curam. Berbeda dengan di Sumatera, berdasarkan catatan gempa merusak di Bali sejak tahun 1800-an zone subduksi megathrust di selatan Bali belum pernah menimbulkan gempa besar yang merusak. Tsunami juga belum pernah terjadi akibat penyusupan lempeng Indo-Australia ke bawah Bali. Seringnya Bali diguncang gempa dengan intensitas III-IV MMI yang tidak menyebabkan kerusakan menunjukkan bahwa kondisi tektonik kawasan Bali sangat rapuh dan tidak elastis. Sehingga ketika mendapat stres langsung patah dan dilepaskan yang dimanifestasikan sebagai gempa dengan magnitude kecil. Keadaan ini justru baik karena tidak akan terjadi akumulasi energi yang akan dilepaskan dalam bentuk gempa besar yang merusak. Apakah mungkin daerah Bali dilanda tsunami? Meskipun secara teoretik, empirik dapat dijawab ''mungkin'', karena kawasan laut di sekitar Bali memiliki potensi distribusi patahan naik pembangkit tsunami, namun perlu diketahui bahwa gempa-gempa di kawasan Bali dan sekitarnya memiliki karakteristik magnitude kurang dari 6,5 skala Richter, di bawah syarat magnitude suatu gempa menyebabkan tsunami. Berdasarkan data, dapat dipastikan bahwa frekuensi terjadi tsunami di Bali sangat kecil. Kalaupun sampai tsunami terjadi di Bali, kemungkinan tinggi gelombang yang sampai ke pantai tidak terlalu besar. Berdasarkan simulasi komputer yang didasarkan pada asumsi serta data empirik yang ada, hanya ada dua tsunami yang terjadi di sekitar Bali, yaitu tsunami di selatan Sumba tahun 1977 dan tsunami di selatan Banyuwangi tahun 1994. Secara umum ada sejumlah syarat terjadinya tsunami; yakni terjadi gempa di dasar laut yang kedalamannya dangkal (h<50 km), memiliki kekuatan di atas 6,5 skala Richter dengan tipe deformasi dasar lautan berupa patahan vertikal. Kalau kekuatannya di bawah 7 SR, mungkin bisa menyebabkan tsunami tetapi gelombangnya sangat lemah, bahkan tidak sampai di darat. Jadi kalau ada yang bertanya apakah di Bali bisa terjadi tsunami, secara ilmiah dapat dijawab ''mungkin saja''. Tetapi kekuatannya tidak besar, karena karakteristik gempa bumi di Bali dan sekitarnya memiliki magnitude kurang dari 7 skala Richter. Yang paling mendesak saat ini, bagaimana mendidik masyarakat agar tidak panik bila terjadi tsunami. Kalau masyarakat mempunyai pengetahuan yang memadai masyarakat tidak mudah dipengaruhi isu-isu yang menyesatkan. Jadi masyarakat janganlah terlalu cemas dan ketakutan berlebihan, karena kemungkinan tsunami di Bali sangat kecil. Penulis, karyawan Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Denpasar [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/