** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

Republika
Jumat, 01 April 2005

Selamat Datang, Profesor Azami! 
Oleh : 
Adnin Armas
Kandidat Doktor di ISTAC-IIUM Kuala Lumpur

Pada 30 Maret 2005 ada sebuah peristiwa penting dalam sejarah pemikiran Islam 
di Indonesia karena kedatangan seorang ulama dan cendekiawan kaliber 
internasional, Prof Dr Muhammad Mustafa Azami, guru besar Studi Islam di 
Universitas Raja Saud, Riyadh. Ia datang untuk meluncurkan bukunya The History 
of the Qur'anic Text from Revelation to Compilation: A Comparative Study with 
the Old and New Testaments, pada 2 April, di Senayan Jakarta. Buku ini telah 
diterjemahkan oleh tiga orang doktor dari Universitas Islam Internasional yaitu 
Dr Sohirin Solihin, Dr Ugi Suharto, Dr Anis Malik Thoha, dan Lili Yuliadi, MA. 
Di dalam bukunya yang terbaru ini, Prof Azami membandingkan sejarah Alquran 
dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Di dalam kajiannya yang mendalam 
tentang sejarah Alquran, Prof Azami menjawab dengan sangat meyakinkan 
pendapat-pendapat para orientalis. Sedikit berbeda dengan para ulama dari Timur 
Tengah yang lain, Prof Azami dalam karya tersebut menggunakan bukan saja 
referensi dalam bahasa Arab dan Inggris, tetapi juga bahasa Prancis dan Jerman. 

Prof Azami mengkaji sejarah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan 
menggunakan pendapat-pendapat dari kalangan sarjana Yahudi dan Kristen. Hasil 
kajiannya menunjukkan sejarah Perjanjian Lama dan Baru mengandung sejumlah 
masalah yang sangat mendasar dan mustahil untuk diselesaikan. Ketika para 
orientalis mengkaji Alquran, mereka sudah mengasumsikan sebelumnya, sejarah 
Alquran sama saja dengan sejarah ''kitab suci'' mereka. Disebabkan kitab suci 
mereka bermasalah, maka Alquran juga diangggap bermasalah. 

Benteng pertahanan
Karya Prof Azami yang bernilai ilmiah tinggi ini sangat bermanfaat untuk 
dijadikan benteng pertahanan dalam menghadapi tantangan pemikiran para 
orientalis yang bertubi-tubi mengkritik Alquran. Dengan menggunakan alat 
biblical criticism sejak abad ke-19, para orientalis telah membuat berbagai 
teori baru mengenai sejarah Alquran, seperti yang diformulasikan Theodor 
Noldeke (1836-1930), Friedrich Schwally (1919), Edward Sell (1839-1932), 
Gotthelf Bergstraesser (1886-1933), Leone Caentani (1869-1935), Otto Pretzl 
(1893-1941), Hartwig Hirschfeld (1854-1934), Joseph Horovitz (1874-1931), 
Richard Bell (1876-1953), Alphonse Mingana (1881-1937), Arthur Jeffery 
(1893-1959), Regis Blachere (1900-1973), John Wansbrough (1928-2002), dan yang 
masih hidup seperti Andrew Rippin, Harald Motzki dan masih banyak lagi lainnya. 

Melalui karyanya, Azami menjawab berbagai permasalahan dan terperinci seputar 
sejarah Alquran. Ia melacak sejarah Alquran dengan menunjukkan berbagai fakta 
yang sangat meyakinkan. Ia juga membantah berbagai pendapat para orientalis 
terkemuka dalam studi Alquran. Ia menunjukkan kelemahan pendapat Arthur Jeffery 
yang menyatakan Alquran tidak memuat Al-Fatihah, Al-Nass dan Al-'Alaq karena 
surah-surah tersebut tidak ada dalam mushaf Abdullah ibn Mas'ud. 

Ia juga menunjukkan kelemahan pendapat Arthur Jeffery karena berpendapat mushaf 
Ubayy ibn Ka'b mengandung dua surah ekstra, dari yang selama ini diketahui kaum 
Muslimin. Ia juga menunjukkan ketidakjujuran Alphonse Minggana, yang pernah 
menjadi guru besar di Universitas Birmingham, Inggris, ketika mengedit varian 
bacaan. Dan, ia menunjukkan berbagai kesalahan pemikiran yang dilakukan oleh 
berbagai orientalis lain seperti Gustav Flugel, Theodor Noldeke dan Gerd R 
Puin. 

Pembahasan mengenai sejarah Alquran muncul menjadi isu dikalangan para 
orientalis setelah para teolog Kristen dan Yahudi menemukan sejumlah masalah 
yang sangat mendasar mengenai sejarah Perjanjian Lama dan Baru. Disebabkan 
berbagai masalah yang meliputi sejarah Perjanjian Lama dan Baru, maka banyak di 
kalangan para teolog Kristen dan Yahudi sudah tidak mempercayai lagi jika Kedua 
Perjanjian tersebut berasal dari Tuhan. Terlalu banyak campur tangan manusia 
yang telah merusak teks asli. Oleh sebab itu, Arthur Jeffery berpendapat agama 
yang memiliki kitab suci akan memiliki masalah dalam sejarah teks (textual 
history). Sebabnya, tidak ada satupun autografi dari naskah asli dulu yang 
masih ada. 

Dengan menggunakan metode-metode penelitian kritis modern (biblical criticism), 
Jeffery ingin mengedit Alquran secara kritis (a critical editon of the Qur'an). 
Ia menganalisis sejarah teks Alquran dari zaman Rasulullah SAW sampai 
tercetaknya teks qiraah. Ia menyimpulkan sebenarnya terdapat berbagai mushaf 
tandingan (rival codices) terhadap mushaf Uthmani. 

Pada tahun 1977, John Wansbrough (2002) menerapkan literary/source criticism 
dan form criticism ke dalam studi Alquran. Wansbrough berpendapat kanonisasi 
teks Alquran terbentuk pada akhir abad ke-2 Hijrah. Oleh sebab itu, semua 
hadits yang menyatakan tentang himpunan Alquran harus dianggap sebagai 
informasi yang tidak dapat dipercaya secara historis. Semua informasi tersebut 
adalah fiktif yang punya maksud-maksud tertentu. Semua informasi tersebut 
mungkin dibuat oleh para fuqaha' untuk menjelaskan doktrin-doktrin syariah yang 
tidak ditemukan di dalam teks, atau mengikut model periwayatan teks orisinal 
Pantekosta dan kanonisasi Kitab Suci Ibrani. 

Semua informasi tersebut mengasumsikan sebelumnya wujudnya standar (canon) dan 
karena itu, tidak bisa lebih dahulu dari abad ke-3 Hijriah. Menurut Wansbrough, 
untuk menyimpulkan teks yang diterima dan selama ini diyakini oleh kaum 
Muslimin sebenarnya adalah fiksi yang belakangan yang direkayasa oleh kaum 
Muslimin. Teks Alquran baru menjadi baku setelah tahun 800 M. 

Pemikiran para Orientalis juga mempengaruhi beberapa pemikir Muslim kontemporer 
seperti Mohammed Arkoun dan Nasr Hamid Abu Zayd. Melacak sejarah Alquran, 
Mohammed Arkoun sangat menyayangkan jika sarjana Muslim tidak mau mengikuti 
jejak kaum Yahudi-Kristen. Menurutnya, sarjana Muslim menolak menggunakan 
metode ilmiah (biblical criticism) karena alasan politis dan psikologis. 
Politis karena mekanisme demokratis masih belum berlaku. Psikologis karena 
pandangan muktazilah mengenai kemakhlukan Alquran di dalam waktu gagal.

Akibat menolak biblical criticism, maka dalam pandangan Arkoun, studi Alquran 
sangat ketinggalan dibanding dengan studi Bibel. Ia berpendapat metodologi John 
Wansbrough memang sesuai dengan apa yang selama ini memang ingin ia kembangkan. 
Dalam pandangan Arkoun, mushaf 'Uthman tidak lain hanyalah hasil sosial dan 
budaya masyarakat yang dijadikan ''tak terpikirkan'' disebabkan semata-mata 
kekuatan dan pemaksaan penguasa resmi. Untuk mengubah ''tak terpikirkan'' 
(unthinkable) menjadi terpikirkan (thinkable), Arkoun mengusulkan supaya 
membudayakan pemikiran liberal (free thinking). 

Seirama dengan Mohammed Arkoun, Nasr Hamid berpendapat teks Alquran terbentuk 
dalam realitas dan budaya, selama lebih dari 20 tahun. Oleh sebab itu, Alquran 
adalah 'produk budaya' (muntaj thaqafi). Ia juga menjadi produsen budaya 
(muntij li al-thaqafah) karena menjadi teks yang hegemonik dan menjadi rujukan 
bagi teks yang lain. Disebabkan realitas dan budaya tidak bisa dipisahkan dari 
bahasa manusia, maka Nasr Hamid juga menganggap Alquran sebagai teks bahasa 
(nas lughawi). 

Realitas, budaya, dan bahasa, merupakan fenomena historis dan mempunyai konteks 
spesifikasinya sendiri. Oleh sebab itu, Alquran adalah teks historis (a 
historical text). Historisitas teks, realitas, dan budaya sekaligus bahasa, 
menunjukkan bahwa Alquran adalah teks manusiawi (nas insani). Dengan 
berpendapat seperti itu, Nasr Hamid menegaskan bahwa teks-teks agama adalah 
teks-teks bahasa yang bentuknya sama dengan teks-teks yang lain di dalam 
budaya. 

Sekalipun asal muasalnya dari Tuhan, namun Nasr Hamid, sebagaimana 
Schleiermacher, berpendapat studi Alquran tidak memerlukan metode yang khusus. 
Jika metode khusus dibutuhkan, maka hanya sebagian manusia yang memiliki 
kemampuan saja yang bisa memahaminya. Manusia biasa akan tertutup untuk 
memahami teks-teks agama. 

Nasr Hamid menyalahkan penafsiran yang telah dilakukan oleh mayoritas mufasir 
yang selalu menafsirkan Alquran dengan muatan metafisis Islam. Dalam pandangan 
Nasr Hamid, metodologi seperti itu tidak akan melahirkan sikap ilmiah. Dengan 
menyamakan status Alquran dengan teks-teks yang lain, maka Nasr Hamid 
menegaskan siapa saja bisa mengkaji Aquran.

Dengan munculnya berbagai macam pemikiran ''baru'' mengenai Alquran, dan kini 
dikembangkan oleh sebagian kalangan Muslim di Indonesia, maka kehadiran Prof 
Azami memang sangat penting dan tepat momentum. Memang namanya belum sepopuler 
Dr Yusuf Qaradhawi, meskipun sejumlah bukunya juga sudah diterjemahkan ke dalam 
bahasa Indonesia. Namun, kajian Azami dalam bidang al-Quran dan hadith sangat 
strategis dan mendalam.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Reply via email to