Republika

Minggu, 24 April 2005

Begitu Dirayu, Allah Pun Tertawa 

Oleh : KH A Hasyim Muzadi 


Kita sebagai sebuah bangsa, tak habis mengerti kenapa musibah datang beruntun 
seperti tak hendak menjauh dari garis nasib. Belum tuntas sebuah program 
pemulihan akibat terjangan musibah, mendadak datang kembali musibah lainnya di 
daerah yang lain pula. Alam seperti hendak meledek kita, para awam dan para 
pakar, betapa kita tidak memiliki apa-apa untuk bisa menandingi keperkasaan 
apalagi mengalahkan alam.

Setelah sekian puluh tahun alam ini kita eksploitasi, tahu-tahu ada gelombang 
tsunami yang meluluhlantakkan apa saja, gempa yang menelan hidup-hidup anak 
manusia, dan kini seperti bersatu dalam paduan koor, gunung-gemunung berapi 
bersiap memuntahkan apa saja yang dikandungnya. Lahar, lava dan percikan api 
siap menjadi lautan api. Kalau merujuk kepada riwayat-riwayat klasik, rangkaian 
ini sudah mirip dengan tanda-tanda kiamat kecil. Kejadian yang membuat dada 
sesak, rambut memutih, air susu ibu mengering, bayi-bayi mendadak dapat beban 
orang dewasa, bukankah ini sesuatu yang ajaib. Di balik semua kegusaran alam 
ini, Allah bertahta di Singgasana-Nya.

Kita sebagai bangsa, pernahkah memutar balik jarum hati kita kepada tujuan 
akhir kita akan pulang? Pernahkah terlintas keyakinan secara sungguh-sungguh 
bahwa Allah itu Maha Ada, sehingga semua persoalan kita pulangkan kepada-Nya ? 
Ini menjadi penting agar persepsi kita tentang diri kita, benar adanya di 
hadapan alam semesta, di antara manusia, dan yang terutama benar di hadapan 
Robbul 'Izzati. Meski musibah menerjang, belum pernah hal itu langsung membuat 
kita berada dalam satu barisan.

Kita masih saling menyalahkan, saling menuding, yang satu memanfaatkan yang 
lain, kesempatan berbenah disulap menjadi kesempatan melakukan tindak koruptif. 
Kata, maaf, baru meluncur kalau saudara kita datang mengiba-iba, kita memaafkan 
kalau seseorang sudah benar-benar hina di hadapan kita. Mau memberi kalau sudah 
diminta. Meminta-minta seperti tak kenal rasa malu. Memberi dengan berharap 
mendapatkan yang jauh lebih besar. Bangga karena memberi. Tak pernah sadar 
bahwa apa yang ada pada kita hanya titipan. Sesuatu yang sungguh tak akan 
pernah kita bawa mati. Jujur harus diakui, musibah apa pun yang diturunkan 
Allah selama ini, belum benar-benar mengubah orientasi kita dalam kehidupan 
bermasyarakat. Di balik semua kekerasan hati kita ini, Allah bersemayam di 
Kursi Arasy-Nya.

Tampaknya, belum pernah tercatat dalam sejarah kehidupan manusia pascazaman 
batu, ada prahara seperti musibah yang begitu akrabnya dengan kita tetapi 
begitu kerasnya pula hati kita untuk mampu mencerna pesan-pesan ilahiah yang 
terkandung. Kita baru mampu "memahami" isyarat-isyarat Tuhan dengan gambaran 
yang kurang familiar dan bahkan kadang menyudutkan-Nya. Padahal Dia sungguh 
sangat pemaaf. Sangat pemurah. Sangat "manusiawi". Dan yang jelas, Ia selalu 
tak "sampai hati" menyaksikan hamba-Nya "keleleran. Kemahamurahan-Nya, tetap 
mengalir walau anak manusia sudah di hadapan-Nya menjelang Hari Hisab. Meski 
gambaran neraka begitu kuat dan mampu membuat bulu kuduk berdiri kaku, darah 
berhenti mengalir, harapan tercekat di kerongkongan, denyut jantung berhenti, 
tetapi rahmat dan maaf Allah melampaui itu semua. Karena itu, marilah bersaing 
menjadi pemurah dan pemaaf. Di balik semua kejeliataan sikap ini, Allah tak 
pernah menuntup Gerbang Kekuasaan-Nya bagi semua makhluk manusia.

Syahdan, demikian sahabat Abu Hurairah soal sebuah hadits qudsi dari Baginda 
Rasul Muhammad [firman Allah yang tak tertulis dalam Alquran dan diriwayatkan 
oleh perawi kenamaan Muslim, terdapatlah seorang anak manusia yang mendapatkan 
tiket urutan paling buncit menjelang berakhirnya Hari Hisab. Ketika semua anak 
manusia sudah berhadap-hadapan dengan Gusti Allah di hari yang mendebarkan itu, 
ia berdiri di antara surga dan neraka. Satu kakinya bahkan sudah menyentuh 
bibir neraka. Tak ada satu titik dzarrah kebaikan pun yang ia miliki. Semua 
amalannya terkuras, dan tragisnya kini ia justru memikul kedzaliman, kepelitan, 
ketidakpedulian terhadap sesama, serta prilaku durjana lainnya selama di dunia. 
Tak ada yang bisa membantunya kecuali Allah. Untuk diketahui, dialah ahli surga 
yang terakhir memasuki surga. Kalau calon anggota legislatif, ia mendapatkan 
nomor sepatu, kalau di sekolah ia pemilik ranking ke-30 dari tiga puluh murid, 
ia seperti kandidat ketua umum sebuah partai yang tidak memenuhi angka 
penjaringan, ia bak calon penyanyi yang membawa koper karena tidak lolos 
eliminasi. Begini cerita hadits qudsi tersebut..

Si hamba lalu berseru, "Aduh Tuhanku! Palingkanlah mukaku dari api neraka. 
Baunya menyiksaku dan panasnya membakarku." Maka ia memohon kepada Allah, 
sesuai dengan kehendak Allah tentang dia yang bermohon kepada-Nya. Lantas 
berfirman Allah Yang Maha Berkah dan Maha Luhur. "Bukankah bila Aku melakukan 
hal itu untukmu, engkau akan meminta yang lain?" tanya Gusti Allah. Si hamba 
menjawab, "Sungguh, hamba tidak akan meminta kepada Engkau yang lain lagi," 
katanya penuh harap dan cemas.

Lalu ia memberikan kepada Tuhannya yang Maha Agung lagi Luhur berbagai 
perjanjian dan ikatan, demikian Allah menghendakinya, kemudian Dia memalingkan 
muka si hamba dari api neraka. Begitu mukanya sudah menghadap ke surga, ia 
tercekat, terdiam, karena demikianlah yang dikehendaki Allah. "Robbi! 
Majukanlah hamba ke gerbang surga," katanya merajuk.

"Bukankah telah kauberikan perjanjianmu untuk tidak meminta yang lain selain 
ini. Bagaimana engkau hai anak Adam! Alangkah khianatnya dirimu," firman Allah 
menjawabnya. Si hamba lantas bersembah, "Aduh Tuhanku," serunya merajuk, 
demikian Dia menginginkannya. "Bukankah kalau Aku memeberimu yang ini lantas 
engkau akan meminta yang lain?" tanya Gusti Allah. 

Ia bersembah, "Tidak, demi keagungan-Mu," kata si hamba berjanji. Maka Allah 
pun membawanya ke gerbang surga. Begitu di hadapan si hamba terhampar surga, 
matanya terbelalak. Ia menyaksikan segala bentuk kegembiraan, dan ia pun 
terdiam sebagaimana Allah menghendakinya untuk terdiam. "Aduh Tuhanku! 
Masukkanlah hamba ke dalam surga-Mu. Ya Robbi, janganlah hamba menjadi hamba-Mu 
yang paling malang," pintanya merayu. Ia terus merajuk, demikian Allah 
menghendakinya, hingga Allah tertawa karenanya.

Ia lantas berfirman, "Masuklah engkau ke dalam surga!" perintah Allah. Ketika 
ia melangkah kakinya ke surga, Allah berfirman kepadanya, "Sebutkanlah segala 
keinginanmu!" Maka si hamba meminta apa saja yang diinginkannya dan yang 
diangankannya, sampai-sampai Allah menawarkannya ini dan itu yang tidak sempat 
disebutkan oleh si hamba. Ketika semua cita-citanya sudah habis disampaikan, 
kepadanya Allah berfirman, "Itu semua jadi milikmu, ditambah lagi dengan yang 
senilai dengan itu." 

Kalau kita mau berdekat-dekatan denga-Nya, lantas apa beratnya kalau kita 
meniru sikap-Nya agar menjadi pemaaf, berlomba menjadi pemberi, tulus 
menyantuni saudara yang lagi kekurangan, merasa sama dan sederajat, serta tidak 
tertawa di atas penderitaan orang lain. Wallahhu A'lamu Bishshowaab. 




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke