Bagaimana dengan poligami praktik Nabi Saw? Kalau kita bicara tentang praktik Nabi, ketahuilah Nabi itu menjalani bahtera rumah tangga lebih dari 30 tahun. Tapi selama 28 tahun Nabi setia dengan praktik monogami. Dan hanya delapan tahun dia melakukan poligami. Kalau kita menggunakan proporsi waktu juga, maka anggapan bahwa poligami adalah Sunnah itu lucu juga. Alasannya, jika memang dianggap sunah, mengapa Nabi tidak melakukannya sejak pertama kali berumah tangga? Bahkan, praktik monogami Nabi yang sangat lama itu dilakukan di tengah situasi sosial masyarakat Arab yang menganggap poligami itu lumrah.
Jadi jelas Nabi lebih bahagia dan sukses ketika menjalani kehidupan monogami. Ingat, betapa berdukanya Nabi setelah wafatnya Khadijah, isterinya beliau satu-satunya dalam praktik monogami. Bahkan, tahun itu (kesepuluh kenabian) disebut juga sebagai amulhuzn (tahun duka cita, Red). Baru dua tahun sepeninggal Khadijah, Nabi berpoligami. Itu pun dijalani sebentar saja. Selain itu, perlu diingat kasus Nabi melarang Ali bin Abi Thalib melakukan poligami yang berarti memadu putrinya, Fatimah. Itu dikisahkan dalam hadis sahih, dan diriwayatkan, di antaranya oleh Bukhari dan Muslim dalam kitab sahih mereka. Juga diriwayatkan oleh ulama hadis terkemuka seperti Turmudzi dan Ibn Majah. Artinya, secara subjektif Nabi tidak suka anaknya dimadu? Ya, Nabi marah besar ketika mendengar putri beliau, Fatimah, akan dipoligami Ali. Nabi pun langsung masuk ke masjid, naik mimbar dan berkhutbah di depan banyak orang: Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Sabda Nabi: innn lb bdzan, (saya tidak akan izinkan), tsumma lb bdzan (sama sekali, saya tidak akan izinkan), tsumma lb bdzan illb an ahabba ibn Abn Thblib an yuthalliq ibnatn, (sama sekali, saya tidak akan izinkan, kecuali bila anak Abi Thalib (Ali) menceraikan anakku dahulu). Lalu Nabi melanjutkan, Fbthimah bidhatun minnn, yurnbunn mb arbbahb wa yudznnn mb adzbhb, Fatimah adalah bagian dari diriku; apa yang meresahkan dia, akan meresahkan diriku, dan apa yang menyakiti hatinya, akan menyakiti hatiku juga (Jbmi al-Ush{l, juz XII, 162, nomor hadis: 9026). Akhirnya Ali bin Abi Thalib tetap bermonogami sampai Fatimah wafat. Hadis tersebut jarang sekali disiarkan? Ya. Itulah ironisnya. Ada distorsi yang dilakukan kalangan propoligami. Ketika kita membuka kitab-kitab hadits semacam Majbmi Al-Ush{l, kumpulan enam kitab hadis terbesarmisalnyaakan ditemukan tiga klasifikasi tentang poligami. Pertama, ada pembatasan. Alkisah, ada sahabat yang kawin dengan sepuluh orang, lantas Nabi menganjurkan untuk menceraikan selain empat orang. Itulah yang dilakukan Nabi pada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi, Wahb al-Asadi, dan Qais bin al-Harits. Kedua, ada hadis tentang moralitas poligami. Dalam hadits ini, disebutkan kalau orang yang melakukan praktik poligami harus adil, tidak berlaku aniaya atas dua isteri; kalau berbuat aniaya diancam siksa neraka. Ketiga, perilaku Nabi dalam berpoligami. Coba lihat kitab Imam Ibn al-Atsir (544-606H), kita temukan bukti bahwa poligami Nabi adalah media untuk menyelesaikan persoalan sosial saat itu, ketika lembaga sosial yang ada belum cukup kukuh untuk solusi. Sebagian besar yang dinikahi Nabi adalah janda-janda yang ditinggal mati suaminya ketika berjihad, kecuali Aisyah binti Abu Bakr. Saya membaca lagi kitab Al-Hidbyah karangan Al-Murhinani, seorang ulama dari mazhab Hanafi, bahwa ada suatu saat poligami bisa diharamkan. Pandangan tersebut misalnya, dapat disimak dari Imam Al-Syafii dalam Ar-Risalah-nya. Dia pernah mengatakan, seorang laki-laki merdeka diharamkan berpoligami dengan seorang amat, budak perempuan. Sebab apa? Dikhawatirkan, nanti akan terjadi kerusakan pada keturunannya. Anak seorang budak, nasibnya saat itu akan menjadi budak juga. Artinya, dalam fikih selalu ada kemungkinan bahwa antara poligami atau monogami, dalam konteks tertentu, salah satunya justru malah lebih diunggulkan. Selama ini orang yang berpoligami mengambil landasan dari ayat Alquran. Bagaimana menjawab argumen seperti ini? Sebenarnya kalau mau jujur, dalam Alquran ada tiga poin yang terkaitan dengan poligami. Yang pertama, anggaplah semacam memberi kesempatan untuk poligami. Kedua, peringatan atau warning agar belaku adil: fain khiftum allb tadil{ fawbhidah (kalau engkau sangsi tidak dapat berlaku adil, satu sajalah! -Red). Ketiga, ada ayat yang mengatakan, walan tashtatn{ an tadiln bainan nisb wain harashtum. Artinya, kamu sekalian (wahai kaum laki-laki!) tidak akan bisa berbuat adil antara isteri-isterimu, sekalipun engkau berusaha keras. Ini artinya, kalau kita melakukan komparasi atas berbagai ayat, kesimpulannya adalah satu ayat membolehkan poligami, sementara dua ayat justru (seakan-akan) menafikan terwujudnya syarat pokok berpoligami: masalah keadilan. Intinya, dua ayat justru mengekang poligami. Kalau kita menggunakan proporsi seperti tadi, akan dihasilkan perbandingan dua ayat banding satu. Dan ingat, satu-satunya ayat yang seakan membolehkan poligami, yaitu Qs An-Nisa: 2-3, konteksnya adalah perlindungan terhadap yatim piatu dan janda korban perang. ----- Original Message ----- From: "smote smotanz" <[EMAIL PROTECTED]> Poligami, berbentur antara cinta dan jumlah wanita. Yang jelas jumlah wanita indonesia lebih banyak dari lelaki. Kecendrungan itu akan bertambah 1 lelaki berbanding 2 wanita pada dekade-dekade mendatang. Mungkin akibatnya banyak wanita yang tidak menikah seumur hidupnya apabila lelaki tidak boleh berpoligami. Dan akan banyak wanita hanya menjadi simpanan, bila lelaki dilarang berpoligami. Kesannya wanita memang lebih egois, termasuk istri saya, bila tahu suaminya jatuh cinta lagi dan ingin berpoligami serta tidak peduli secara sosial tentang kehidupan wanita lain. Menyedihkan memang nasib wanita Indonesia. Kartini pun merasa sedih ketika ia menjadi istri kedua, bukan istri pertama. Padahal tidak perlu sedih. Agama mengajarkan wanita menjadi perhiasan hidup lelaki (silahkan cari ayatnya). Ketika lelaki diminta mencintaiTuhan, maka Tuhan adalah yang paling utama untuk dicintai, termasuk mencintai firman-firmanNya.. Nah, kembali lagi, apakah wanita muslim rela bila suaminya berpoligami.... tentunya semua wanita mengatakan tidak. Tapi relakah mereka melihat saudara wanita mereka tidak menikah-nikah sampai akhir hayat. Jawabnya tentu juga tidak? Makanya saya tidak tahu maunya apa wanita muslim Indonesia, termasuk saya tidak mengerti istri saya. Sedangkan saya kepingin kawin lagi tanpa harus bersilang sengketa dengan istri. Wahai wanita muslimah, berilah petunjuk kepada saya. Terimakasih ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/