tengkyu..mba Ida..
gw cuman ngasih facts of life aja...:)).. "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED] To: ppiindia@yahoogroups.com .com> cc: Sent by: Subject: [ppiindia] Re: Meneguhkan Kembali Gerakan [EMAIL PROTECTED] Anti-Poligami ups.com 04/26/2005 12:56 PM Please respond to ppiindia gw suka gaya loe........ --- In ppiindia@yahoogroups.com, Carla Annamarie <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > pertanyaannya adalah siapakah yang lebih gentle dan diterima > oleh masyarakat antara seorang yang berani berpoligami secara > formal dibandingkan dengan play boy yang banyak simpenan ? > > > kayaknya kalo dilihat dari segi "gentle'..dua2nya cemen abis..., dan > kalimat diterima oleh masyarakat sepertinya bukan kalimat yang appropriate > disini..., masyarakat indo belom bisa menerima either poligami or punya > simpanan sebagai sesuatu yg common or normal..., maybe saya lbh respect > sama cowo2 metroseksual yang single, yang have relationship with several > womens.., their motto re no commitment, no ring, no string..., so mereka ga > cheating..cuman gaya hidup mereka yang suka punya banyak relationship...,tp > mereka emang gak punya commitment or no engaged or married with someone.. > jadi beda sama org berpoligami or yang punya simpenan.. > sering cowo metroseksual dibilang playboy tp mereka bakal commit their life > if they find the right one...and biasanya kriterianya super > perfect..:))...., tp at least they re honest...and cewe2 yang mo jadi girl > friend mereka kudu tau resiko and konsekuensinya...and biasanya cowo2 > metroseksual suka ngebebasin cewe2 nya juga for dating another guy...beda > sama poligami or jadi simpenan..wanita2nya gak da kebebasan utk milih...so > gak fair kan..?..:)).. > kebanyakan cewe2 yang ngedate with those guy is also menganut paham no > commitment...until they find the right one also.. > > anyway, conclusionnya...mungkin gak da yang ideal dari poligami, playboy > punya simpenan, or cowo metroseksual..tp kalo dilihat yang paling gentle > and fair perhaps cowo metroseksual...tapi tetap aja not the right or good > choice to live a life...tp mo gimana..we re run off option here...:))... > > > > > > [EMAIL PROTECTED] > Sent by: To: ppiindia@yahoogroups.com > [EMAIL PROTECTED] cc: > ups.com Subject: Re: [ppiindia] Meneguhkan Kembali Gerakan > Anti- Poligami > > 04/26/2005 12:18 > PM > Please respond to > ppiindia > > > > > > > > > fenomenanya adalah orang-orang yang anti poligami ternyata belum > pernah mengalami dipoligami, sehingga imajinasi mereka menjadi liar > membayangkan hal-hal yang tidak dialami oleh orang yang sudah ber- > poligami .... kalo zaman kartini sebenarnya yang ingin di dobrak adalah > adat .. di mana seorang seperti kartini yang mempunyai otak yang cerdas > terkunkung dalam istana, sehingga ide-idenya sebagai wanita yang jenius > tidak pernah di dengar .. memang suatu tradisi itu berisi sesuatu yang > sakral sehingga pernah katanya terjadinya kebakaran di istala > mangkunegaran > solo (kalo tdk salah) diakibatkan kesakralan itu, merombak sesuatu > barang yang berbahaya yang dapat menimbulkan kebakaran ... > > padahal zaman dulu menjadi seorang garwo dalam menjadi dambaan > setiap wanita ... karena untuk mencari kehormatan ?... dan mereka > sangat bangga akan status tersebut ?.... kalo zaman sekarang mungkin > menjadi wanita simpanan seorang bos terkenal lebih diimpikian > oleh wanita dibanding dengan di kawini secara formal ..??? > tapi memang kelihatan seorang yang mempunyai simpanan > akan lebih bijaksana bagaimana caranya menutupi sifat > play boy tersebut ..... > > pertanyaannya adalah siapakah yang lebih gentle dan diterima > oleh masyarakat antara seorang yang berani berpoligami secara > formal dibandingkan dengan play boy yang banyak simpenan ? > > salam, > > > > > > > > > http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=808 > > Refleksi Hari Kartini > Meneguhkan Kembali Gerakan Anti-Poligami > Oleh Faizah SA > 25/04/2005 > Momentum Hari Kartini sudah sepantasnya dijadikan media refleksi untuk > merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 > Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami > selama mengantongi ijin istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU > RI No. 7/1989 pasal 49 yang menugasi Pengadilan Agama untuk menangani > poligami. > > 21 April 2005, seabad lebih wafatnya RA Kartini. Namun, prosesi tahunan > -apa yang lazim ditahbiskan sebagai Hari Kartini- yang seremonial, tanpa > substansi, justru potensial mereduksi sosok dan ide-ide Kartini. Kartini > dikenal dan disajikan sebagai tokoh teladan bukan dari dirinya sendiri, > melainkan dari pandangan orang lain mengenai dirinya. Tak heran, jika > mitologisasi atas Kartini justru mengurangi kebesaran Kartini itu sendiri > serta menempatkannya dalam dunia dewa-dewa. Semakin kurang pengetahuan > seseorang tentangnya, makin kuat mitologisasi terhadap Kartini. Gambaran > orang tentangnya dengan sendirinya lantas menjadi palsu, karena kebenaran > tidak dibutuhkan, orang hanya menikmati candu mitos. Padahal Kartini > sebenarnya jauh lebih agung daripada total jendral mitos-mitos tentangnya." > (Pramoedya Ananta Toer dalam pengantar Panggil Aku Kartini Saja, 1997). > Untuk itu, diperlukan napak tilas Kartini sebagai sosok perempuan yang > terbelenggu tradisi pada jamannya. Ketika itu, Kartini hidup di jaman yang > sama sekali tidak menghargai eksistensi kaum perempuan. Betapa tidak, > Kartini disunting Bupati Rembang, RTAA Djojohadiningrat, sebagai garwa > padmi setelah tiga istri Bupati itu. Ini artinya praktik poligami telah > tumbuh subur pada masa itu. Di manapun sangat sedikit perempuan yang > merelakan dirinya dimadu oleh laki-laki. Kebanyakan mereka menolak jika > laki-laki menjadikan dirinya bukan sebagai istri yang pertama, atau juga > tidak menginginkan laki-laki (suaminya) menyunting perempuan lain setelah > dirinya. Kartinipun sesungguhnya demikian. Hanya saja Kartini tak memiliki > cukup kekuatan untuk melakukan perlawanan mendobrak tradisi yang melecehkan > kaum perempuan itu. Bahkan Kartini sendiri dengan sangat terpaksa harus > memperpanjang matarantai tradisi itu dengan disunting RTAA Djojohadiningrat > sebagai istri keempat. > > Dus, Kartini seperti mendaur ulang elegi kehidupan dua perempuan yang > sangat dicintainya di mana sangat menderita karena memperebutkan cinta dan > kasih sayang dari seorang laki-laki. Kedua perempuan itu adalah Ngasirah, > ibunya sendiri, dan RA Sosroningrat, garwa padmi ayahnya yang dinikahi > setelah ibunya sekaligus sebagai pengasuhnya. Bayang-bayang kehidupan dua > perempuan itulah yang memayungi mahligai rumah tangganya. Kepedihan, > kegundahan dan pergolakan batin yang dahsyat tergambar dalam surat- surat > Kartini kepada Ny. Abendanon menjelang pesta perkawinan dilangsungkan. 19 > Oktober 1903 ia menulis, "Pakaian pesta bertopeng saya sudah jadi. Roekmini > menyebutnya kain kafan saya...." 22 Oktober 1903, ia menulis lagi, "Ada > luka yang tidak pernah sembuh, ada air mata yang tidak pernah kering...." 3 > November 1903 ia lebih eksplisit: "... Hari depan itu tidak pernah saya > harapkan...." > > Namun, kematian menjemput Kartini lebih awal, tidak sampai setahun usia > perkawinannya. Bulan ke sepuluh, empat hari setelah melahirkan putranya, RM > Soesalit, Kartini membuka gerbang pembebasan dirinya. > > > *** > > BELENGGU tradisi poligami yang melilit Kartini sejatinya masih banyak > dialami kaum perempuan masa kini. Harus diakui, poligami telah menjadi > bagian gaya hidup laki-laki, dan karenanya di lingkungan tertentu praktik > ini telah membudaya. Faktanya poligami telah ada sejak zaman dulu dan terus > terpelihara hingga kini dengan berbagai pembenaran dan legitimasi kultural, > sosial, ekonomi, dan agama. Jauh sebelum Islam datang, praktik poligami > memang telah ada, bahkan jumlah istri bisa membengkak hingga belasan. > > Saat Islam datang turun aturan yang membatasi maksimal empat orang saja, > dengan syarat ketat yang bagi sejumlah pemikir muslim tidak mungkin bisa > terpenuhi oleh seorang laki-laki. Asas keadilan tentu bukan sekadar > keadilan kuantitatif semacam pemberian materi atau waktu gilir antar-istri, > tapi mencakup keadilan kualitatif (kasih sayang yang merupakan fondasi dan > filosofi utama kehidupan rumah tangga). Itulah mengapa di ujung ayat yang > sering dijadikan dasar bagi kebolehan (mubahah) praktik poligami Tuhan > mewanti-wanti, "Dan apabila kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka > nikahilah seorang saja" [QS. 4:3]. Itu berarti ideal moral yang dicanangkan > al-Quran adalah praktik monogami. > > Alasan dibolehkannya poligami di masa awal generasi Islam, seperti yang > diungkap Muhammad Abduh (1849-1905), karena saat itu jumlah laki- laki lebih > sedikit dibandingkan perempuan akibat banyak yang mati di medan > pertempuran. Dengan dalih melindungi dan mengayomi, laki-laki dibolehkan > menikahi perempuan lebih dari satu. Juga dengan begitu penyebaran Islam > semakin cepat dengan terus menambah jumlah pemeluknya. Sebab perempuan yang > dinikahi diharapkan masuk Islam beserta keluarganya. Selain itu, dengan > poligami kemungkinan pecahnya konflik antar-suku dapat dicegah. Saat ini, > keadaan sudah jelas banyak berubah. Poligami, lanjut Abduh, justru > melahirkan banyak persoalan yang mengancam keutuhan bangunan mahligai rumah > tangga. Sering timbul percekcokan. Belum lagi efek domino bagi perkembangan > psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa > kurang diperhatikan, haus kasih sayang dan, celakanya, secara tidak > langsung dididik dalam suasana yang kedap perselisihan dan percekcokan > tersebut. Karena itulah Abduh jelas-jelas melarang praktik poligami > mengingat syarat adil yang diminta teks tidak mungkin bisa dipenuhi. > (Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar IV, tt. h. 347-350). > > Tradisi poligami, seperti yang dipahami dalam teks itu, tidak lebih > pantulan realitas sosial yang mengemuka saat itu. Faktanya ialah perempuan > kala itu dalam kondisi terpinggirkan. Dalam hal poligami, Alquran merekam > praktik itu sebab ia adalah realitas sosial masyarakat saat itu. Tak > terlalu salah jika Thaha Husein (1889-1950) dalam Fi Syi'r al- Jahili (tt. > h. 25-33), dengan berani mengambil hipotesa bahwa Alquran pada dasarnya > adalah cermin budaya masyarakat Arab Jahiliyah (pra-Islam). Karena itu, > seruan poligami dalam teks itu harus dipandang sebagai sebuah proses yang > belum final dan masih terbuka bagi "pembacaan lain" sesuai dengan konteks > sosial kontemporer. Jika hipotesa Husein dikembangkan, akan dijumpai > pemahaman bahwa Alquran sesungguhnya adalah respon terhadap berbagai > persoalan umat kala itu. Sebagai respon, tentu saja Alquran menyesuaikan > dengan keadaan setempat yang saat itu dipenuhi dominasi budaya patriarkhi. > > Momentum Hari Kartini sudah sepantasnya dijadikan media refleksi untuk > merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 > Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami > selama mengantongi ijin istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU > RI No. 7/1989 pasal 49 yang menugasi Pengadilan Agama untuk menangani > poligami. Pemerintah seharusnya memikirkan nasib kaum perempuan yang > hak-hak kebebasan dasarnya terancam oleh tradisi poligami. Sebab sampai > saat ini masalah poligami seolah-olah tidak ditangani serius dan tenggelam > dalam gelombang besar masalah yang silih berganti menerpa bangsa ini. > Asumsi melindungi dan mengayomi sebagai pijakan fungsi sosial poligami > sudah sepantasnya dikaji ulang sekaligus dialihkan pada hal-hal lain yang > kebutuhannya lebih mendesak. > > Dengan kata lain, UU anti-poligami mendesak untuk segera direalisasikan > demi melindungi kaum perempuan dari golongan tertentu yang ingin mereguk > keuntungan dengan memelintir seruan teks untuk kepentingan poligami. > Keberanian pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Musthafa Kemal Ataturk > mensahkan UU yang melarang poligami di tahun 1926 perlu dijadikan teladan. > Juga pemerintah Tunisia di bawah presiden Bourguiba pada tahun 1956 yang > melakukan hal serupa layak ditiru. Dan di sisi lain, mandat perjuangan > emansipasi dan pemberdayaan perempuan yang menjadi cita-cita agung Kartini, > dengan demikian, akan menemukan titik terang. Dan beginilah sesungguhnya > salah satu aspek substansial untuk menghormati kebesaran Kartini, bukan > dengan retorika semata. [] > > Faizah SA, staf pengajar di Ponpes Krapyak, aktif sebagai peneliti Lembaga > Studi dan Pengembangan Santri dan Masyarakat (LeSPiM) Yogyakarta > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > ********************************************************************** ***** > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg > Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org > ********************************************************************** ***** > ______________________________________________________________________ ____ > Mohon Perhatian: > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. > 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; > 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] > 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] > 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] > > Yahoo! Groups Links > > > > > > > > > > > > > > > ______________________________________________________________ > > Disclaimer : > - This email and any file transmitted with it are confidential and > are intended solely for the use of the individual or entity whom > they are addressed, if you are not the original recipient, please > delete it from your system. > - Any views or opinions expressed in this email are those of the > author only. > ______________________________________________________________ > > > ********************************************************************** ***** > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg > Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org > ********************************************************************** ***** > ______________________________________________________________________ ____ > Mohon Perhatian: > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. > 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; > 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] > 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] > 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] > > Yahoo! Groups Links *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/