Aku sangat setuju dengan Bung Nizami, pornografi dan jangan lupa tayangan kekerasan (iklan, sinetron dan juga berita kriminal) merupakan trigger yang sangat kuat terjadinya kekerasan fisik maupun seksual. Jadi jelas trigger2 tersebut harus dilokalisir dan dimusnahkan. Sepanjang yang aku ketahu pemusnahan trigger2 tersebut hanya bisa terjadi setelah hal tsb dilegalisir dan dilokalisasi. (bagaimana dgn tayangan pornografi dan kekerasan dari internet???) Namun itu "hanya" faktor trigger, pemicu. Kita mesti juga memperhatikan faktor yang lebih menentukan, yaitu si subyek yg mudah terpicu. Sebgai contoh di Arab walaupun sudah berjilbab dan sangsi yg juga keras, masih banyak saudari2 kita yg bekerja di sana diperkosa. Demikian dengan terungkapnya pelecehan seksual oleh Pastor2 di Amerika maupun di Eropa. Sementara di suku-suku pedalaman misalnya, jarang atau hampir tidak pernah dilaporkan adanya pelecehen seksual. Tampaknya masalahnya jadi makin kompleks. Bahkan memerlukan pendekatan beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti psikolgi, sosiologi, dan antropologi. Aku pernah dengar dari seorang antropolog bahwa di suku-suku yg masih asli, yang (maaf) belum mengenal kutang alias buah dadanya terbuka, tidak pernah dilaporkan terjadi pemerkosaan. Namun jelas bahwa kita tidak mungkin mengikuti kaum Nudis untuk tampil di publik tanpa sehelai benang pun. Selain mengganggu kesopanan, kesehatan, ini bisa membuat indsutri tekstil Indonesia yg sudah keteteran menghadapi India dan China makin nyungsep. Jadi bagaimana solusinya, jawaban gampangnya lewat pendidikan sex yang lebih jujur. Jawaban yg populer tapi kurang memadai adalah dengan punishment/hukum/undang-undang. Untuk hal-hal yg sudah setua umur umat manusia tampaknya hukum sering kali malah menjadi faktor perangsang. Makin dilarang makin merangsang!!. Pemerkosaan konon khabarnya hanya bisa dilakukan oleh jiwa yg penuh kekerasan, yg masa kecilnya juga pernah mengalami pelecehan ataupun penuh kekerasan. Jiwa yg tumbuh berkembang dalam kebebasan dan cinta kasih tak akan melakukan pemerkosaan. Repotnya di Indonesia pendidikan yang membebaskan jiwa masih kurang populer. Yang lebih populer di Indonesia adalah pendidikan "harus ini, harus itu". Jadinya lahirlah manusia-manusia yang berlagak harus ini harus itu, tapi melakukan sesuatu yg harusnya tidak dilakukan. Tidak bisa jujur dan Munafik. Karena tidak jujur dan munafik, mereka tidak mau melihat seusatu secara obyektif, mereka makin sombong dan makin keranjingan memakai simbol-simbol agama. Bahkan mobil pun ditempelin sticker "Islam is the only way", "Jesus is the best" etc. etc... Namun itu tidak mengobati melainkan mengalihkan perhatian mereka pada kenyataan diri sendiri, untuk lebih mengenali diri sendiri. Erich Fromm dalam bukunya "seni mencinta" (the art of loving) menjelaskan mencinta mengandaikan suatu sifat menyukai obyektifitas, juga ttg dirinya sendiri. Tidak heran pepatah kuno mengatakan: Kenaliah Dirimu Sendiri, Maka Engkau Akan Berbahagia. Lawan dari pribadi mencinta adalah pribadi narsis. Pribadi narsis ditunjang oleh pendidikan otoriter. Fromm bahkan percaya represi, otoriterisme di masa kecil adalah sumber penyakit-penyakit jiwa, baik yg ringan maupun yg akut. Pendidikan otoriter tidak memberikan ruang untuk hal yang nyeleneh, Pendidikan otoriter tertutup untuk sesuatu yg baru, takut sesuatu yg lain. Ia tidak mengenal, tidak memahami kata-kata : "belajarlah sejauh mungkin, ke negeri cina kalau perlu". Tidak heran seorang Profesor Tu Weiming dari Harvard, mengatakan dalam sebuah dialog di UIN Syarif Hidayatullah: "Hanya tradisi terbuka yang bisa bertahan" Akankah Indonesia akan bertahan???? Wassalam Bobby B
A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Hukuman yang lembek adalah 1 faktor. Faktor lainnya, ya gambar/video porno. Setelah calon pemerkosa terangsang birahinya oleh gambar/video porno tsb, kemana menyalurkannya? Kalau tidak ke pelacur, ya memperkosa wanita/balita jadinya. Jadi faktor pemicu/trigger seperti merajalelanya pornografi juga harus diberantas. --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > seribu macam alasan pemerkosa: terangsang setelah > melihat foto2 > inilah itulah, trangsang nonton film inilah itulah, > gak akan habis > akal buat cari alasan...habis berbuat lalu ketangkap > polisi masuk bui > paling2 cuma berapa tahun sih? keluar bui berbuat > lagi. enak > banget!!! hukuman macam mana yg pantas?? (( sunat > abisss ! )) > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Baru2 ini di TV saya lihat ada anak umur 15 tahun > yang > > memperkosa balita yang dititipkan kepadanya. > > Alasannya, dia terangsang ketika melihat foto2 > wanita > > berpakaian minim yang ada di koran2...:) > > > > --- Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > Saya baru dikirimi teman, foto2 Artika dan > finalis > > > lainnya berbikini > > > ria. Yang tambah heboh ada foto didalam satu > ruang > > > untuk dandan dan > > > ganti baju, para finalis pada bertelanjang > > > dada..(gak tau sampe > > > kebawah apa gak?)bercampur baur dengan para > beauty > > > advisornya yang > > > kebanyakan laki-laki... > > > > > > astaghfirullah...estetis sekali...:-) > > > > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" > <[EMAIL PROTECTED]> > > > wrote: > > > > > > > > > > http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/5/26/op1.htm > > > > Kamis Pon, 26 Mei 2005 > > > > Artikel > > > > > > > > > > > > Apa yang terjadi sekarang ini adalah > > > ''peperangan'' antara nilai- > > > nilai lama yang sudah mapan di masyarakat dengan > > > nilai-nilai baru > > > yang mengancam kemapanannya. Nilai-nilai moral > yang > > > diadaptasi dari > > > agama dibenturkan dengan kejadian yang dibungkus > > > (kamuflase) atas > > > nama estetika, seni, atau konsep B3 (beauty, > brain, > > > behaviour) dalam > > > kontes Miss Universe. Yang menjadi pertanyaan > > > selanjutnya adalah > > > seberapa dominan faktor tersebut diperhatikan > > > dibanding faktor > > > kepentingan material, sehingga orang kemudian > > > mendefenisikan > > > estetika, seni, atau konsep B3 secara bebas. > Atau > > > adakah korelasi > > > rasional antara B3 dengan sesi swimsuit? > > > > > > > > Bikini dan Wajah Bangsa Kita > > > > Oleh Insaf Albert Tarigan > > > > > > > > > > > > BERBAGAI reaksi yang menyulut kontroversi > muncul > > > menyusul > > > keikutsertaan Artika Sari Devi yang mewakili > > > Indonesia di ajang > > > pemilihan perempuan tercantik seantero jagat, > Miss > > > Universe, yang > > > sedang berlangsung di Thailand. Adapun ''biang > > > kerok'' kontroversi > > > itu adalah sesi swimsuit yang menampilkan > peserta > > > dengan busana > > > minimalis, sehingga ''keindahan'' tubuhnya > terlihat > > > jelas oleh > > > jutaan orang di seluruh dunia melalui media > massa. > > > Artika adalah > > > satu-satunya peserta yang menggunakan busana > yang > > > berbeda dari > > > peserta lainnya. Pakaian yang ia kenakan dibuat > > > lebih tertutup (one- > > > piece) oleh panitia karena menghormati negara > asal > > > Tika yang > > > berpenduduk mayoritas muslim. > > > > > > > > > > > > Namun, seperti yang kita lihat reaksi dari > > > sebagian masyarakat > > > tetap saja beragam, ada yang mendukung tetapi > tak > > > sedikit juga yang > > > mengecam. Kelompok yang mengecam keikutsertaan > Tika > > > menganggap ajang > > > tersebut tidak sesuai dengan budaya Timur > terutama > > > dengan nilai- > > > nilai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk > > > Indonesia. Saya di > > > sini tak bermaksud mendukung atau menentang > > > keikutsertaan Artika, > > > namun sekadar mencoba sejenak merenungkan esensi > > > dari realitas yang > > > ada. > > > > > > > > Pertama, keikutsertaan Artika dalam kontes > > > tersebut tidak terlepas > > > dari kepentingan berbagai pihak di dalamnya > termasuk > > > Artika sendiri. > > > Sebut saja pemerintah dalam hal ini memiliki > > > kepentingan untuk > > > menggunakan Tika sebagai agen untuk > mempromosikan > > > berbagai hal > > > tentang Indonesia di luar negeri, terutama > bidang > > > pariwisata yang > > > bermuara pada kemunculan citra positif Indonesia > di > > > luar negeri yang > > > selama ini lebih terkenal oleh hal-hal negatif > mulai > > > dari sarang > > > teroris sampai negara terkorup. Meskipun > keefektifan > > > seorang Tika di > > > sini masih perlu diperdebatkan. Selanjutnya yang > > > berkepentingan > > > tentu saja para pemilik modal yang memberi > support > > > kepada Tika, baik > > > secara moral maupun material. Artika sendiri > > > memiliki kepentingan > > > untuk memenuhi ambisi pribadinya, misalnya > menjadi > > > terkenal. > > > > > > > > Kedua, kontroversi yang muncul merupakan > potret > > > dari masyarakat > > > kritis yang menolak, menyaring dan memprotes > segala > > > sesuatu yang > > > terjadi di sekitar mereka maupun realitas yang > > > disuguhkan media > > > dengan satu standar moral, baik nilai-nilai > agama > > > ataupun nilai > > > luhur suatu kebudayaan. Namun, standar yang > > > digunakan oleh > > > sekelompok orang tersebut tampaknya tidak > berlaku > > > bagi masyarakat > > > lainnya atau tidak memiliki kekuatan > (powerless). > > > > > > > > Hal ini diakibatkan oleh nilai-nilai moral itu > > > sendiri sudah > > > mengalami sekian pergeseran dan dekonstruksi > > > sebagaimana yang > > > dikemukakan Baudrillard, bahwa segala asumsi > > > (termasuk asumsi moral) > > > kini telah didekonstruksi, telah dihancurkan. > Tidak > > > ada lagi > > > referensi moral. Seluruh jagat moral telah > > > didekonstruksi. Apa yang > > > tersisa hanyalah puing-puing. Yang masih tersisa > > > untuk dilakukan > > > adalah bermain-main dengan puing-puing > (moralitas) > > > ini. Bermain-main > > > dengan puing-puing-itulah posmodernisme (dikutip > > > dari Y.A. Piliang; > > > 352-353). > > > > > > > > Realitas yang ada ini mengarah kepada > degradasi > > > nilai-nilai yang > > > mengikat individu ke dalam masyarakat selama > ini. > === message truncated === Bacalah artikel tentang Islam di: http://www.nizami.org __________________________________ Do you Yahoo!? Yahoo! Mail - Helps protect you from nasty viruses. http://promotions.yahoo.com/new_mail *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] --------------------------------- Yahoo! Groups Links To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --------------------------------- Do You Yahoo!? Yahoo! Small Business - Try our new Resources site! [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> What would our lives be like without music, dance, and theater? Donate or volunteer in the arts today at Network for Good! http://us.click.yahoo.com/MCfFmA/SOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/