Berita selengkapnya dari yg diposting mbak Zalwa.
Doposting oleh mas Ambon ke ppiindia tanggal
23 Maret 2005 yang lalu.

salam,
Ari Condro

----- Original Message -----
From: "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <Undisclosed-Recipient:;>
Sent: Wednesday, March 23, 2005 4:19 PM
Subject: [ppiindia] "Overdosis" Agama


http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=773

Editorial
"Overdosis" Agama
Oleh Novriantoni
07/03/2005
Sebatas itu tidak jadi soal. Hanya saja, Fulan tidak mencukupkan versi
kebenaran yang ia terima untuk dirinya sendiri, tapi berkali-kali
menyalahkan pihak lain yang tidak sepaham dengannya secara sengit. Dalam
fantasinya, hanya dia yang konsisten mengikut jejak para leluhur Islam yang
saleh (salafush shâleh)-dan dengan begitu cukup dia saja yang punya tiket ke
surga-sementara yang lain tidak.

 adalah lulusan perguruan tinggi negeri yang sempat menjadi karyawan sebuah
kantor pemerintah. Beberapa bulan lalu, dia dipecat kantornya karena
terlampau sering bertengkar (bukan berdiskusi) soal-soal agama dengan teman
sesama kantor, bahkan beberapa kali adu jotos. Pemegang kebijakan di kantor
melihat kelakuan Fulan sudah tidak dapat ditolerir, dan menganggapnya sudah
tidak pantas dipertahankan lagi sebagai karyawan.
Usut punya usut, persoalan bermula ketika belakangan si Fulan aktif terlibat
dalam kegiatan agama yang terlampau banyak menjejalkan klaim-klaim kepada
jemaahnya. Fulan terlampau sering mendengar indoktrinasi klaim-klaim
kebenaran agama yang tidak memberi peluang buat orang lain mendebatnya.
Agama yang dikenal Fulan adalah agama yang penuh klaim, bukan agama yang
menyapa akal sehatnya.

Sebatas itu tidak jadi soal. Hanya saja, Fulan tidak mencukupkan versi
kebenaran yang ia terima untuk dirinya sendiri, tapi berkali-kali
menyalahkan pihak lain yang tidak sepaham dengannya secara sengit. Dalam
fantasinya, hanya dia yang konsisten mengikut jejak para leluhur Islam yang
saleh (salafush shâleh)-dan dengan begitu cukup dia saja yang punya tiket ke
surga-sementara yang lain tidak. Itulah yang berulang-ulang dipersoalkan
Fulan.

Tidak hanya teman kantor yang merasa kejanggalan mental dan kejiwaan Fulan.
Isterinya pun heran karena Fulan tak pernah menyesal kehilangan mata
pencarian. Dia tetap kokoh, dan menafsirkan semua petaka itu sebagai
konsekuensi jihad yang tak akan luput dari cobaan duniawi. Baginya itu bukan
soal, sampai pun isteri dan anaknya harus ikut menanggung akibat. Isterinya
mengeluh, karena perlakuan Fulan terhadap dirinya kini semakin otoriter,
bahkan Fulan semakin ringan tangan. Tapi Fulan tak perduli; dia tetap
berkelana membawa paham agamanya; makin jarang tinggal di rumah, apalagi
memberi nafkah.

Sulit mencari istilah yang tepat untuk menjelaskan apa yang terjadi pada si
Fulan. Penjelasan psikologi agama mungkin membantu. Agama bagi para
psikolog, ada kalanya menjadi sumber penyakit mental, dogmatisme, prasangka
rasial, dan tindakan kekerasan. Bahkan, agama yang dogmatis, ortodoks, dan
taat (atau yang mungkin kita sebut sebagai kesalehan) berkorelasi sangat
signifikan dengan gangguan emosional. Sebaliknya, orang yang sehat secara
emosional, sebagaimana ditulis Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi Agama,
selalu bersifat lunak, terbuka, toleran, dan bersedia berubah. Sedangkan
orang yang sangat religius cenderung kaku, tertutup, tidak toleran, dan
tidak mau berubah.

Pendapat di atas tentu mewakili fase tertentu ketika para psikolog
berpandangan sangat ekstrem dan negatif terhadap agama. Tapi pendapat itu
mungkin relevan menjelaskan kondisi si Fulan. Pada masa-masa tertentu,
kondisi seperti Fulan juga banyak dialami sebagian penganut agama apapun.

Dengan meminjam istilah kedokteran, kita dapat mendiagnosis pengalaman si
Fulan sebagai gejala overdosis agama. Itulah yang menyebabkan perubahan yang
ekstrem pada cara pandang, sikap, dan perilaku beragamanya. Pada kasus
Fulan, agama yang mestinya menjadi obat (syifa), justru meracuni karena
dikonsumsi terlampau banyak, tanpa proses penalaran yang sehat. Gejala
inilah yang menjadi salah satu agenda diskusi ulang tahun Jaringan Islam
Liberal yang ke-4, Rabu lalu. Fenomena overdosis agama, tidak hanya dilihat
dari sudut pandang dan pengalaman umat Islam, tapi juga dari sudut pandang
dan pengalaman umat Kristen.

Rupanya, overdosis agama tidak hanya gejala individual. Dia bisa juga
menjadi sindrom yang mewabah secara sosial, bahkan bencana bagi dunia
internasional. Kasus Zionisme Kristen yang dibahas Ioanes Rakhmat, salah
seorang narasumber diskusi tersebut menguatkan anggapan ini. Gerakan Zionis
Kristen, kata Rakhmat, telah mengalami overdosis keagamaan karena menjadikan
agama sebagai politik dan ideologi untuk perang dan kebencian terhadap agama
dan ras lain di dunia ini.

Makanya, jangan heran kalau efek destruktif overdosis agama juga akan luar
biasa. Lies Marcous, narasumber lain dalam diskusi tersebut, menegaskan
bahwa overdosis agama-sebagaimana overdosis obat-obatan-juga dapat membuat
sakaw, bahkan mematikan nurani korbannya. Overdosis agama juga punya dampak
lain, seperti hilangnya kepekaan akan urgensi hidup berdampingan secara
toleran, dan kentalnya penampilan agama sebagai pembeda identitas
primordial.

Mungkin karena efek-efek destruktif seperti itulah, jebakan overdosis agama
sudah sejak lama diwanta-wanti agama sendiri. Di Islam, Qur'an dan Hadis
sudah sejak dini mengingatkan untuk tidak keterlaluan dalam beragama. Ayat
lâ taghlû fî dînikum, lebih kurang dapat diartikan sebagai larangan
overdosis dalam beragama. [Novriantoni].


----- Original Message -----
From: "zalwa setiyadi" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <ppiindia@yahoogroups.com>
Sent: Friday, June 03, 2005 3:05 AM
Subject: [ppiindia] 1 lg ttg JIL


> Overdosis Agama: Pandangan Lintas Agama
> 03/03/2005
> Agama adalah panacea yang akan menyembuhkan segala jenis penyakit.
> Ketika krisis multidimensi terjadi di negeri ini, agama diminta untuk
> turun tangan untuk menyelesaikan pelbagai problem, bukan hanya
> problem keagamaan melainkan juga problem ekonomi dan politik. Agama
> telah difungsikan di luar kapasitasnya. Agama yang lazimnya bergerak
> pada domain yang privat, sunyi, dan syahdu serta merta ditagih untuk
> turut bertanggung jawab mengatasi problem-problem publik yang jauh
> lebih rumit, struktural, dan sistemik. Tentu saja agama tidak akan
> mampu menghadirkan solusi. Kini upaya untuk menjadikan agama sebagai
> solusi itu terus menggema. Akan efektifkah?
> >>Nah, lho? Mungkin mestinya nulisnya 'solusi yang dicari dari otak-
> otak yang tak 'beragama'??? (Ini tanpa membaca artikel lengkapnya.
> Buat yg sudah baca, silahkan-silahkan. Anda sebebas saya beropini.
> Dijamin baca, alias gak DITOLAK)
>
>
>
> Get your Free E-mail at http://balita.zzn.com
> ___________________________________________________________
> Get your own Web-based E-mail Service at http://www.zzn.com
>
>
>
>
***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia
yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
>
***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>
>
>





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Does he tell you he loves you when he's hitting you?
Abuse. Narrated by Halle Berry.
http://us.click.yahoo.com/aFQ_rC/isnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke