http://www.suarapembaruan.com/News/2005/06/09/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Tajuk Rencana I

Teror dan Aksi Mengalihkan Perhatian
SEBUAH bom meledak di halaman rumah kontrakan Abu Jibril di Kompleks Witana 
Harja, Pamulang, Tangerang, Banten, Rabu (8/6) pagi. Mengapa teror terus 
berlangsung di negeri ini? Sebelumnya, aksi teror membuat panik penduduk di 
sebuah pasar yang tengah ramai di Tentena, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 
menewaskan 19 orang dan puluhan lainnya luka-luka. Juga, teror melalui surat ke 
pengadilan dan kejaksaan di Denpasar, Bali, serta Kedutaan Besar Indonesia di 
Canberra, Australia. 

Dalam tiga pekan terakhir, penduduk di Jakarta dan sekitarnya juga dibuat 
waswas oleh berita akan ada serangan bom. Bahkan, informasi ini sudah 
menyebutkan tentang kendaraan berisi bom yang tengah berkeliling di Jakarta dan 
sekitarnya untuk mencari sasaran. Setiap hari, ada berita tentang kantor yang 
menerima ancaman bom yang disampaikan melalui telepon. Meskipun belum terbukti, 
kepanikan telah terjadi. 

PERISTIWA tersebut, dan juga sejumlah aksi teror mematikan yang terjadi di 
beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan jaringan 
teroris masih leluasa bergerak. Polisi yang menjanjikan menangkap gembong 
teror, Dr Azahari dan Noordin Moh Top, dalam 100 hari pertama pemerintahan 
Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, ternyata belum ditepati. Sebaliknya, 
masyarakat terus hidup dalam ketakutan oleh ancaman kosong untuk menimbulkan 
kepanikan maupun ledakan yang mematikan. 

Fakta bahwa aksi teror masih terjadi harus menjadi bahan refleksi bagi aparat 
yang bertanggung jawab pada keamanan, khususnya polisi. Harus ada keberanian 
mengevaluasi strategi yang digunakan selama ini. Hal yang paling menonjol 
adalah tindakan pengamanan terlihat tidak konsisten dan reaktif. Polisi 
bergerak setelah teroris beraksi. Pengamanan diperketat setelah bom meledak. 
Begitu suasana mereda, pengamanan kembali kendor, dan ini bisa menjadi 
kesempatan para teroris merancang aksi mereka. 

Masyarakat yang hidup dalam sekat-sekat, dan lemah ikatannya sebagai suatu 
komunitas, juga menjadi titik lemah sehingga teroris bisa leluasa beraksi dan 
tinggal di antara warga tanpa kecurigaan. Aksi teror yang terus-menerus juga 
tidak banyak mendorong berbagai pihak untuk lebih bersinergi membangun kekuatan 
menghadapi kelompok yang anti perdamaian ini. 

Dalam kasus ledakan di rumah Abu Jibril, berbagai pertanyaan kemudian muncul 
berkaitan dengan waktu ledakan (pukul 04.30 pagi) yang secara teori menyulitkan 
untuk mengidentifikasi motif tindakan kriminal itu. Demikian juga dengan lokasi 
ledakan di halaman rumah, serta kemungkinan keterlibatan dua orang pengendara 
motor. 

JIKA dikaitkan dengan begitu banyak teror melalui pesan telepon yang tidak 
terbukti adanya bom, sangat mungkin berbagai aksi tersebut merupakan cara-cara 
untuk mengalihkan kewaspadaan aparat keamanan dan masyarakat terhadap aksi 
besar yang sebenarnya mereka rancang. Kita tidak bisa mengesampingkan begitu 
saja informasi tentang adanya mobil berisi bom yang tengah berkeliling di 
Jakarta dan sekitarnya. 

Polisi justru harus lebih waspada dan intensif mengejar gembong teroris di 
Indonesia. Kita juga mengajak berbagai pihak dalam masyarakat untuk tidak 
lengah, dan membangun kebersamaan dalam komunitas untuk melawan kejahatan 
kemanusiaan ini. Sebab, kenyataannya di tengah-tengah kita hidup para teroris 
yang bergerak leluasa. Di atas semua itu, kita harus membangun keyakinan bahwa 
kekuatan pendamba kedamaian lebih besar dan mampu menghentikan teror. 


Last modified: 9/6/05 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke