http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=175643
Senin, 13 Juni 2005,



Penyakit Busung Lapar
Masalah Klasik Kesehatan Anak 
Oleh Widodo Judarwanto *



Belum lagi kekawatiran tentang penyakit polio reda, masyarakat Indonesia 
kembali tersentak ketika ratusan anak di bawah lima tahun (balita) dilaporkan 
mengalami busung lapar di Nusa Tenggara Barat (NTB). Bahkan, beberapa di 
antaranya meninggal dunia. Kasus tersebut kemudian dilaporkan meluas ke 
provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Lampung, dan banyak provinsi [EMAIL 
PROTECTED]


Penyakit busung lapar termasuk gangguan kurang energi protein (KEP) atau kurang 
kalori protein (KKP). Sebenarnya, KEP merupakan masalah kesehatan anak yang 
klasik dan sudah berlangsung lama di Indonesia atau di negara berkembang 
lainnya. 


Masalah itu mulai mengusik emosi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. 
Kegerahan mulai dirasakan pelaksana pemerintahan atau instansi yang terkait, 
baik tingkat pusat maupun daerah. 


Lalu kenapa baru sekarang masalah itu menjadi semakin dramatis. Padahal, hal 
itu merupakan masalah klasik yang sering dihadapi tenaga kesehatan di lapangan 
sejak dulu. 


Menurut survei kesehatan nasional (susenas) 1989, gizi kurang diderita 37,5% 
anak balita. Pada 2000, prevalensi gizi kurang adalah 24,6%. Yang menjadi 
masalah adalah penderita gizi buruk, yang terlihat tidak terjadi penurunan 
prevalensi. Prevalensi gizi buruk pada anak balita meningkat dari 6.3% pada 
1989 menjadi 11,5% pada 1995.


Tapi kemudian turun menjadi 7,5% pada 2000. Terlepas dari kejadian krisis 
ekonomi 1997, memasuki 2000, masalah gizi kurang ditemui pada sebagian besar 
penduduk. Masih ditemukan 20 kabupaten dengan prevalensi gizi kurang pada anak 
balita di atas 40%, 60 kabupaten dengan prevalensi antara 30-40%, dan 141 
kabupaten dengan perevalensi antara 20-30%. Pada 2003, gizi buruk masih 
berkisar 8%. 


Dalam era keterbukaan dan semakin pesatnya kemajuan informasi dan teknologi, 
kasus tersebut semakin jelas dan transparan. Ditambah lagi kepiawaian media 
dalam mengungkapkan dan mengemas berita sehingga masalah itu menjadi topik 
hangat dalam semester awal tahun ini.


Tidak Fokus

Dalam perkembangannya, kasus itu menjadi tidak terfokus dalam penyelesaian 
masalah. Semua pihak merasa paling benar dan kecenderungan saling menyalahkan. 
Dari seorang menteri sempat terdengar komentar, ini bukan sekadar kemiskinan, 
tapi masalah pengetahuan dan ketidaktahuan orang tua dalam pemberian nutrisi. 


Sebagian pakar kesehatan menimpali, masalah itu terjadi akibat pelaporan asal 
bapak senang dari instansi kesehatan daerah. Teknokrat kesehatan dari kampus 
bereaksi, kenapa tak dilakukan pendekatan ilmiah dalam penanganannya. Politisi 
di DPR tidak kalah garang, mereka langsung menuntut dua menteri terkait untuk 
mundur karena terlalu sibuk mengurus partainya. 


Beberapa individu masyarakat pun mulai berkomentar, mengapa di abad milenium 
ini busung lapar masih ada. Pasti ada yang kurang beres dalam pemerintahan kita.


Mungkin saja beberapa komentar, caci maki, dan umpatan beberapa pihak tersebut 
ada benarnya. Penyebab KEP sangat banyak dan kompleks. Beberapa faktor bisa 
berdiri sendiri atau terjadi bersama-sama. Faktor tersebut adalah penyebab 
primer seperti faktor ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. 


Penyebab sekunder berupa gangguan metabolisme, penyakit infeksi kronis, 
penyakit jantung bawaan, atau penyakit bawaan lainnya. Di daerah pedesaan, 
biasanya faktor sosial, ekonomi, dan pendidikan sering berpengaruh. Pengetahuan 
dan keadaan ekonomi yang minimal mempengaruhi gangguan dan penyimpangan 
pemberian asupan gizi pada anak. 


Ibarat Pepatah

Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Pepatah itu 
mungkin menggambarkan perilaku pelaksana pemerintahan, teknokrat kesehatan, 
politisi, partai politik, dan aktivis LSM . 


Bila semua berpikir jernih dan berorientasi untuk menyelesaikan masalah, saling 
menuding bukanlah tindakan yang bijaksana. Masalah klasik gizi buruk yang sudah 
lama terjadi itu, bila direnungi lebih dalam, sebenarnya adalah kesalahan dan 
kelemahan kita semua. 


Mengapa kasus yang demikian lama menggejala di masyarakat baru kita sadari 
sekarang. Selanjutnya, upaya yang harus dilakukan bersama ialah menyelamatkan 
jutaan anak yang masih bisa jatuh dalam gizi buruk. 


Kepekaan dan kepedulian semua lapisan dan unsur masyarakat harus lebih 
ditingkatkan. Ke depan, segala kelemahan dan kekurangan yang ada seharusnya 
tidak ditutupi dengan menyalahkan pihak lain.


Aparat pemerintahan di daerah dan pusat yang terkait dengan bidang kesehatan 
banyak dituding sebagai biang kesalahan. Kesulitan ekonomi Indonesia sebaiknya 
bukan dijadikan alasan. Tapi, itu harus dijadikan motivasi untuk menghindari 
masyarakatnya dari berbagai akibat yang menyengsarakan. Aparat pemerintah 
bidang kesehatan di lapangan harus mepantau dan berkoordinasi dengan pusat. 
Diperlukan kerja keras untuk memprioritaskan pencegahan kasus ini sebelum lebih 
parah.


Dokter, organisasi profesi dokter, dan praktisi klinisi lainnya harus mawas 
diri. Mereka adalah ujung tombak dalam melakukan komunikasi, informasi, dan 
edukasi kesehatan terhadap masyarakat. Deteksi dini kasus yang berpotensi 
menjadi gizi buruk adalah tanggung jawab dokter serta klinisi lainnya. 

" Widodo Judarwanto, dokter bekerja di salah satu rumah sakit di Jakarta

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to