"Menangisi Muhammadiyah"  

Sejumlah tokoh Muhammadiyah menyuarakan seriusnya penyebaran 
virus liberalisme di tubuh Muhammadiyah. Namun banyak 
tokohnya yang justru ikut terkena. Catatan Akhir Pekan Adian 
Husaini ke-105 

Tanggal 3-8 Juli 2005 mendatang, Muhammadiyah akan 
mengadakan Muktamarnya yang ke-45 di Malang, Jawa Timur. 
Puluhan ribu warga Muhammadiyah diperkirakan akan ikut 
merayakan acara besar ini. Suasana ceria dan kesibukan 
terasa di berbagai cabang dan daerah Muhammadiyah. Beberapa 
kali saya menghadiri ceramah dan diskusi yang diadakan warga 
Muhammadiyah.

Terakhir, pada 19 Juni 2005, saya menghadiri seminar yang 
diadakan Pengurus Cabang Muhammadiyah Rawamangun, Jakarta, 
yang membahas tema "Tajdid Gerakan Muhammadiyah Dalam 
Menyikapi Pemikiran Liberal". Seminggu sebelumnya, saya juga 
diminta menjelaskan
masalah Liberalisasi Islam kepada warga Muhammadiyah di 
Masjid al-Huda Tebet Jakarta. 

Sejauh pencermatan saya dari dekat, banyak tokoh, pimpinan, 
dan warga Muhammadiyah yang mengaggap remeh masalah 
liberalisasi Islam. Padahal, masalah liberalisasi keagamaan 
adalah salah satu masalah paling serius yang dihadapi semua 
agama yang ada.

Sejumlah tokoh Muhammadiyah sudah menyuarakan seriusnya 
penyebaran virus liberalisme di tubuh Muhammadiyah. Di 
Majalah Hidayatullah edisi Juni 2005, misalnya, tokoh 
Muhammadiyah, Adaby Darban,  menyuarakan bahaya liberalisasi 
di tubuh Muhammadiyah.

Setahun lalu, bulan Maret 2005, saya juga menghadiri seminar 
tentang "Respon Muhammadiyah terhadap liberalisasi Islam" di 
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam seminar itu, 
sejumlah tokoh Muhammadiyah menceritakan dengan nada 
prihatin kondisi merebaknya pemikiran liberal di tubuh 
Muhammadiyah, khususnya di kalangan pimpinannya. 

Berbeda dengan NU yang pada Muktamar di Boyolali lalu sudah 
secara resmi menetapkan liberalisme keagamaan sebagai barang 
haram di tubuh NU, pimpinan Muhammadiyah tidak terlalu mudah 
akan mengikuti jejak NU. Tampaknya, masalah yang paling 
mendasar, adalah masalah pemahaman. Yakni, banyak yang tidak 
memandang masalah liberalisasi Islam sebagai masalah penting.

Padahal, masalah ini berkaitan langsung dengan aqidah Islam 
yang dijunjung tinggi oleh persyarikatan Muhammadiyah.  

Jika kita tengok sejarahnya, Muhammadiyah dibentuk pada 12 
November 1912, oleh KH Ahmad Dahlan, di Yogyakarta. Maksud 
didiririkannya ialah: "menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi 
Muhammad saw kepada penduduk bumiputera" dan "memajukan hal 
agama Islam kepada anggota-anggotanya.  Sekarang, sesuai 
Anggaran Dasarnya (pasal 2), Muhammadiyah menegaskan 
tujuannya: "Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, 
sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya."

Sebagai organisasi dakwah Islam, maka seyogyanya, 
Muhammadiyah menjadikan masalah keimanan atau aqidah Islam 
sebagai perhatian utamanya, lebih daripada masalah politik, 
ekonomi, pendidikan, dan masalah sosial lainnya.  Sebab, 
aqidah Islam adalah fondasi bagi tegaknya semua amal salih. 
Tidak ada amal salih tanpa landasan iman yang benar. 

Al-Quran menegaskan, bahwa amal perbuatan orang-orang kafir 
itu laksana fatamorgana. "Dan orang-orang kafir, amal-amal 
mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang 
disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila 
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa 
pun." (QS an-Nuur:39).

Siapa yang muslim, mukmin, dan siapa yang kafir sudah 
dijelaskan dalam banyak ayat Al-Quran. Bahkan, dalam 
buku "Tanya Jawab Agama IV", yang diterbitkan oleh PP 
Muhammadiyah, juga disebutkan, bagaimana cara menjawab salam 
kepada kaum non-muslim, dengan contoh kasus kaum Yahudi dan 
Nasrani. 

Disebutkan sebuah hadits Nabi saw: "Janganlah kamu memulai 
salam kepada orang-orang Yahudi dan kepada orang-orang 
Nasrani." Dan jika kaum non-Muslim itu memberi salam, maka 
jawablah "wa'alaikum" atau "wa'alaika". 

Ini menunjukkan, bahwa secara resmi PP Muhammadiyah 
sebenarnya masih berpegang kepada aqidah Islam yang 
membedakan dengan jelas, mana Islam, dan mana Yahudi, 
Kristen, dan non-Muslim lainnya. Akan tetapi, menurut akal 
sehat, kita tentu sulit memahami, jika dari tubuh 
Muhammadiyah juga keluar pernyataan dari tokoh-tokohnya yang 
aktif menghancurkan aqidah Islam, dengan menyebarkan paham 
pluralisme agama dan berbagai pemikiran yang meruntuhkan 
fondasi Islam. 

Fenomena aneh bin ajaib di tubuh Muhammadiyah ini 
sebenarnya  sudah lama terlihat. Berbagai kasus berikut ini 
bisa kita simak.  Dalam sebuah  buku "Himpunan Keputusan 
Majlis Tarjih" disebutkan, orang yang mendustakan ayat al-
Quran dan hadits Nabi yang menyatakan bahwa Nabi  Muhammad 
saw adalah Nabi terakhir, maka "kafirlah dia". Dalam buku 
ini, kata "kafirlah" dicetak tebal. Artinya, Muhammadiyah 
jelas menentang keras paham Ahmadiyah. 

Tapi, ajaibnya, dalam website www.islamlib.com muncul 
pernyataan anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dawam 
Rahardjo yang justru membela Ahmadiyah:   "Ahmadiyah sama 
dengan kita....Jadi kita tidak bisa menyalahkan atau 
membantah akidah mereka, apapun akidah mereka itu. Kita 
menyangka, akidah mereka menyimpang. Misalnya, mereka 
percaya kalau Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi. Tapi kalau 
sudah menjadi kepercayaan mereka, mau apa? Itu 'kan soal 
kerpercayaan. Itu 'kan sama saja dengan kita percaya pada 
Nabi Muhammad saw."

Hingga kini, Muhammadiyah, misalnya, belum mempunyai sikap 
resmi terhadap paham pluralisme agama. Padahal, banyak tokoh 
dan aktivisnya sudah secara terbuka menyebarkan paham ini. 
Dari Markasnya di Jalan Menteng Raya 62, keluar sebuah 
Jurnal bernama TANWIR, terbitan Pusat Studi Agama dan 
Peradaban (PSAP) Muhammadiyah.

Pada edisi 2, Vol 1, Juli 2003, Jurnal yang dicukongi oleh 
The Asia Foundation ini menerbitkan laporan utama tentang 
pluralisme agama. Di tulis di dalamnya ungkapan-ungkapan 
yang mengecilkan perbedaan fundamental antar-agama. 

Dikutip, misalnya, ungkapan seorang dosen agama di 
Universitas Muhammadiyah Malang: "Perbedaan yang dimiliki 
oleh masing-masing agama pada dasarnya bersifat 
instrumental. Sementara di balik perbedaan itu, terkandung 
pesan dasar yang sama yakni, ketuhanan dan kemanusiaan, yang 
memungkinkan masing-masing agama dapat melakukan perjumpaan 
sejati." 

Bahkan, direktur eksekutif PSAP suatu ketika menulis artikel 
di koran Jawa Pos (11 Januari 2004), yang isinya menyerukan 
agar kaum Muslim menerima paham pluralisme agama. 
Katanya: "Karena itu, mari kita memproklamasikan kembali 
bahwa pluralisme agama sudah menjadi hukum Tuhan 
(sunnatullâh) yang tidak mungkin berubah. Dan, karena itu, 
mustahil pula kita melawan dan menghindari. Sebagai muslim, 
kita tidak punya jalan lain kecuali bersikap positif dan 
optimistis dalam menerima pluralisme agama sebagai hukum 
Tuhan." 

Menurut aktivis Muhammadiyah ini, memang ada banyak 
kebenaran (many truths) dalam tradisi dan agama-agama. 
Nietzsche menegasikan adanya Kebenaran Tunggal dan justru 
bersikap afirmatif terhadap banyak kebenaran.

Mahatma Gandhi pun seirama dengan mendeklarasikan bahwa 
semua agama, entah Hinduisme, Buddhisme, Yahudi, Kristen, 
Islam, Zoroaster, maupun lainnya-adalah benar. Dan, 
konsekuensinya, kebenaran ada dan ditemukan pada semua 
agama. Agama-agama itu diibaratkan, dalam nalar pluralisme 
Gandhi, seperti pohon yang memiliki banyak cabang (many), 
tapi berasal dari satu akar (the One). 

Akar yang satu itulah yang menjadi asal dan orientasi agama-
agama."Jadi, si aktivis ini tidak mengakui bahwa satu-
satunya agama yang benar adalah Islam. Ia beriman kepada 
Nietzsche dan Gandhi, dan menafikan begitu banyak ayat al-
Quran dan sunnah Rasul yang menegaskan,
bahwa hanya Islam-lah agama yang diterima oleh Allah SWT (QS 
3:19, 85). Begitu banyak ayat Al-Quran yang menyebutkan 
tentang kesesatan ajaran dan perilaku kaum Yahudi dan 
Kristen.  

Jika ada diantara orang Muhammadiyah mengakui kebenaran 
semua agama, maka apa lagi yang akan didakwahkan  oleh orang-
orang ini. Meskipun orang-orang ini menyebarkan paham 
pluralisme agama tidak secara resmi atas nama Muhammadiyah, 
tetapi mereka selalu membawa nama Muhammadiyah. 

Anehnya, para pimpinan Muhammadiyah mentolerir penyebaran 
paham ini kepada umat Islam. Pada catatan lalu kita membahas 
buku "Islam tanpa Syariat" yang diterbitkan oleh PP Pemuda 
Muhammadiyah. 

Lebih aneh lagi adalah adanya tokoh Muhammadiyah yang 
mendukung penerbitan buku yang melecehkan Al-Quran, seperti 
yang dilakukan oleh Dr. Moeslim Abdurrahman terhadap 
buku  "Lobang Hitam Agama". 

Di tulis sebagai "cendekiawan Muhammadiyah", Moeslim 
menyatakan bahwa buku itu, "perlu dibaca oleh siapa saja 
yang ingin ber-taqarrub untuk mencari kebenaran." Padahal, 
seperti yang sudah kita bahas dalam catatan lalu, buku ini 
jelas-jelas melecehkan al-Quran, Nabi Muhammad saw, dan para 
sahabat Nabi yang mulia. 

Di tengah usianya yang semakin tua, dan merebaknya ribuan 
amal usaha Muhammadiyah, sebagai sesama Muslim, kita wajib 
memberikan taushiyah, saran, dan kritik terhadap organisasi 
Islam yang memiliki jutaan pengikut dan simpatisan ini. 
Kebesaran Muhammadiyah tidak diragukan lagi. Berbagai 
prestasi dakwah sudah dicapainya. Kini, tugas besar 
Muhammadiyah adalah melakukan introspeksi dan memperbaiki 
kondisi internalnya. 

Adalah ironi, jika warga Muhamamdiyah begitu aktif membangun 
dan merawat amal usaha, dalam rangka menegakkan dakwah 
Islam, justru sebagian tokoh Muhammadiyah mengotori 
aktivitas dakwah dengan menyebarkan paham-paham yang 
menyesatkan umat Islam.

Kondisi seperti ini tentu saja sangat serius dan tidak dapat 
dibiarkan berlarut-larut. Ibarat virus dan
penyakit, jika dibiarkan dan tidak diobati, akan dengan 
leluasa menyebar dan menggerogoti sendi-sendi pertahanan 
tubuh Muhammadiyah. 

Sebagai seorang yang lahir dari Bapak seorang aktivis 
Muhammadiyah, saya merasakan betapa pedihnya hati para 
aktivis Muhammadiyah, jika Muhammadiyah akhirnya justru 
menjadi alat penyebaran paham-paham yang destruktif terhadap 
Islam. Penyebaran paham-paham sesat adalah bentuk kejahatan 
dan kemunkaran yang sangat besar. Semoga pimpinan 
Muhammadiyah menyadari hal ini dan segera menjalankan 
kewajiban "amar ma'ruf nahi munkar"  dimulai dari dalam 
tubuhnya sendiri. 

Selain aktif dalam ribuan amal usaha (al-amru bil-ma'ruf), 
para aktivis Muhammadiyah juga wajib
menjalankan aktivitas mencegah kemunkaran (al-nahyu `anil 
munkar). Rasulullah saw sudah mengingatkan:

"Hendaklah kamu menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang 
munkar, atau (jika tidak kamu lakukan), maka Allah akan 
memberikan kekuasaan atas kamu kepada orang-orang yang jahat 
diantara kamu, dan kemudian orang-orang baik diantara kamu 
berdoa, lalu tidak dikabulkan doa mereka." (HR al-Bazzar dan 
al-Thabrani). 

Adalah sayang, jika hanya karena sebagian aktivisnya yang 
berbuat munkar, lalu sebuah organisasi atau komunitas 
terkena getahnya. Rasulullah saw menjelaskan: "Tidaklah 
(sebagian) dari suatu kaum yang berbuat maksiat, dan di 
kalangan mereka ada orang yang mampu mengingkarinya kepada 
mereka, lalu dia tidak berbuat, melainkan hampir-hampir 
Allah meratakan dengan azab dari sisi-Nya." (HR Abu Dawud, 
at-Turmudzi, dan Ibnu Majah). 

Itulah peringatan dari junjungan kita, Nabi Muhammad saw,  
tentang kewajiban melaksanakan nahi munkar. Kita patut 
menangisi Muhammadiyah, jika organisasi Islam ini 
mengabaikan peringatan  Rasulullah saw. Semoga tidak.  
Wallahu a'lam. (Jakarta, 24 Juni 2005). 

CAP Adian Husaini adalah kerjasama antara Radio Dakta 107FM 
dan www.hidayatullah.com

 






***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to