Dikutip dari milis [EMAIL PROTECTED]
Bagaimana mantan intel bercerita tentang penyusupan
dan permainan intelijen ke dalam gerakan-gerakan
Islam, serta bagaimana penangkapan aktifis dilakukan
atas pesanan Amerika... Menarik buat bacaan.

Satrio
===================================================

Y Herman Ibrahim
Mantan Intel
 
Kominda Kepanjangan Tangan Amerika                    
   

Diceritakan, ketika Orde Baru (Orba) yang dipimpin
Soeharto berjaya,  seorang anak ditanya, ingin jadi
apa? Apakah ingin menjadi Gubernur, Menteri atau orang
hebat lainnya? Maka orang tua menyarankan anaknya agar
masuk Akademi Militer. Karena lulusan akademi ini
banyak menempati jabatan strategis.

Herman Ibrahim yang terakhir berpangkat Kolonel, lulus
Akademi Militer tahun 1968,  merasakan betul masa
kejayaan itu. Apalagi pria berputra tiga ini  menempuh
semua jenjang sekolah intel. Jadi dia tahu betul sisik
melik telik sandi. Herman Ibrahim pernah bekerja di
bagian Litsus (Penelitian Khusus), sebuah lembaga yang
sangat angker di masa Orba. “Saya 
pemain!” katanya.

Kepada Eman Mulyatman, Deffy Ruspiyandy dan Fotografer
Arief Kamaluddin dari SABILI, pria yang tinggal di 
Bandung  ini  menyatakan kerisauannya sehubungan
dengan keinginan pemerintah untuk mendirikan badan
intelijen hingga ke tingkat RT/RW (Kominda). Pria yang
rambutnya sudah memutih ini  lebih risau lagi ketika
mengingat-ingat aktivitasnya di masa lalu. “Dosa saya
tidak bisa ditebus sekadar dengan shalat dan puasa.
Dengan Jihad barulah saya yakin dosa saya akan
ketebus,” katanya.

Berikut petikannya:  

Banyak pihak khawatir dengan pembentukan Kominda
(Koordinasi Administrasi Intelijen Daerah)?

Ini sebuah kepanikan negara. Apalagi dikaitkan dengan
terorisme internasional. Apa sih yang disebut
terorisme itu? Nah, kalau terorisme itu dikaitkan
dengan Islam radikal, JI (Jamaah Islamiyah) atau
al-Qaidah, lalu apa salahnya rakyat Indonesia yang
sebagian besar Muslim? Kenapa kami dianggap sebagai
ancaman? Akhirnya dikembalikan dengan cara-cara lama.

Kepanikan?    
Pengalaman saya ketika masih di Bakorinda (Badan
Koordinasi Intelijen Daerah), menunjukkan yang namanya
intelijen daerah, tidak lebih dari 
kepanjangan intelijen pusat. Informasi  tidak dari
bawah, tapi dari atas. Lalu oleh kita (di bawah)
informasi  itu  diolah kemudian dicari dan ditangkap
pelaku yang dimaksud. Hal tersebut,  sebenarnya dalam
konteks terorisme. Pembentukan Bakorinda berarti
memperpanjang jaringan atau kaki tangan agen
internasional. Seperti  yang terjadi  belakangan,
Amerika bikin statemen bahwa akan ada pengeboman di
suatu tempat, kemudian dia tutup kedubes lalu terjadi
bom. Selanjutnya dilakukan penangkapan yang juga
diinput Amerika. Pelaku-pelaku yang ditangkapi,
kemudian diadili. Begitu sampai ke daerah. 

 
Wajar kalau banyak pihak khawatir?
Sangat! Intelijen itu sangat resisten terhadap hukum.
Apalagi kalau nanti lahir Undang-Undang ISA (Internal
Security Act), bisa jadi orang 
yang ditangkap cuma berdasarkan informasi awal saja. 

 
Pihak aparat begitu gampang mencomot?
Ustadz Abu Bakar Ba’asyir mengatakan, “Saya lebih suka
zaman sekarang, meski saya tidak bersalah tetapi tetap
diadili, karena saya masih bisa diadili dengan
pendekatan hukum.” Ketika intelijen berkuasa, Anda 
ditangkap lalu dihilangkan. Ini suatu hal yang
berbahaya untuk sistem yang baru dijalankan selama
tujuh tahun reformasi. 

 
Bukankah Kominda untuk deteksi dini?
Tapi, terorisme itu sendiri belum selesai definisinya?


 
Apa ini karena sosok Mendagri Muhammad Ma’ruf dan
Presiden Susilo Bambang  Yudhoyono (SBY) yang militer?
Iya, SBY-lah yang paling bertanggungjawab, karena dia
Menkopolkam ketika itu. Bagi saya dan teman-teman—yang
 sepaham, atas kasus Ba’asyir—ketika  dulu ada
penolakan dari kita tentang terorisme, dan dikuatkan 
dengan pernyataan Wakil Presiden Hamzah Haz (ketika
itu) bahwa “terorisme tidak ada”, Amerika tidak suka.
Tiba-tiba, meledaklah bom Bali. Jadi kita masih belum
jelas terorisme dan bom-bom itu macam apa?

 
Jadi Kominda itu order penguasa?   
Persis! Seperti yang dikatakan Yusril Ihza Mahendra, 
bahwa intelijen itu fungsi presiden, fungsi
pemerintah. Karena itu tidak perlu UU, cukup 
Keppres. Yang menyangkut sekian juta manusia, dianggap
cukup hanya dengan Keppres. Padahal,  banyak dari
rakyat Indonesia, termasuk anggota dewan, 
menginginkan UU. Intelijen adalah  produsen informasi,
karena itu rakyat berhak untuk tahu. Katakanlah, untuk
keselamatan negara, belum 
saatnya Anda tahu. Tapi,  pada waktunya harus dibuka.
Sampai sekarang,  kita tidak tahu apa sesungguhnya
G30S/PKI itu, karena memang tidak ada UU-nya. Padahal
di Amerika yang negara kafir saja, setiap 30 tahun 
file-filenya dibuka. 

 

Jadi makin kacaunya, sekarang ada Kominda, padahal ada
reserse, intel kejaksaan, bea cukai, Pemda dan Kodim?

Bahkan akan mengundang keterlibatan tentara. Katanya
reformasi? Tentara jangan berpolitik lagi, bagimana
ini?

 
Apalagi punya kewenangan menangkap?
Persis! 

 
Intelijen bisa menjadi lembaga super body?
Bisa! Secara diplomatis Endriartono Sutarto (Panglima
TNI) mengatakan bahwa pimpinannya tidak harus dari
TNI. Tapi, saya yakin, Kopassus akan digunakan lagi.
Institusi militer yang punya infrastruktur operasi 
semacam itu, ya Kopassus. Maka kalau dipakai lagi,
waduh akan ada “Tim Mawar” lagi.

 
Padahal kita belum lepas dari trauma Orba. Akan
terjadi masyarakat mengawasi masyarakat dan
menimbulkan konflik horizontal?
Yang namanya informan bottom up boleh dibilang
sifatnya sesat. Orang tidak suka dengan si anu,lalu
dilaporkan dengan tuduhan macam-macam. Rakyat tidak
bisa menggugat secara hukum karena intelijen itu resis
terhadap hukum. Tapi yang pasti kerja intelijen itu
top down. Jadi intelijen itu merupakan 
kepanjangan tangan dari Jakarta. Dan Jakarta untuk
kasus terorisme kepanjangan tangan dari Amerika.
Dahsyat sekali Amerika,  punya kepanjangan tangan
sampai RT-RW, ha ha ha.... 

Apa koreksi Anda?
Pertama, harus ada UU yang mengatur, dan itu harus
berpihak pada rakyat, bukan pada penguasa. Kedua,
intelijen harus diarahkan pada ancaman dari luar,
tidak nginteli rakyat sendiri.  

Kominda ini ribut-ributnya setelah SBY pulang dari
Amerika?
Saya dengar 23 Mei menjelang SBY ke Amerika, nyaris
semua media massa Amerika memuat artikel atau
wawancara tentang Indonesia yang bisa berpotensi
sebagai ancaman terorisme. Kemudian kedutaan AS di
tutup, ada early warning. Dan dalam ulasan media massa
AS itu banyak memuat tentang Abu Jibril. Karena Abu
Jibril masuk dalam daftar terorisme yang ada 
keterkaitan dengan al-Qaidah. Dia dua  tahun ditahan
di Malaysia dan dibebaskan tanpa kejelasan hukum.  

Jadi Abu Jibril memang target?    
Saya kira itu kerja intelijen. Saya tidak terlalu
menuduh kepolisian kalau masalah Abu Jibril. Tapi ada
juga para perwira  kepolisian yang juga menjadi 
bagian dari BIN, dan mereka menjadi kaki tangan. 
 

Polisi kehabisan icon terorisme di Indonesia sehingga
Abu Jibril dijadikan sasaran (lagi)?

Indikasinya begitu. Sebelum yang lain dilepas, dua
orang itu memang diminta Amerika. Bahkan Ustadz Abu
Bakar Ba’asyir konon diminta untuk
“di-Guantanamo-kan”. Tapi Mega menolak, sehingga
membuat Amerika marah, yang menjadi sebab Mega tidak
dipilih lagi. Kalau SBY, bagi saya, dia orang yang
sangat dekat dengan pemerintahan Amerika. Dalam
pandangan saya, 
akan terjadi perubahan kebijakan yang akan menyulitkan
(khususnya Islam), tapi mudah-mudahan tidak.  

 
BIN sampai sekarang masih didominasi tokoh gaek?
Saya berpikir, kita harus kritis terhadap produk
intelijen. Tentu saja kalau di BIN itu orang-orang
lama masih bercokol. Dulu juga,  ketika almarhum ZA
Maulani masih menjabat Kepala Bakin,  dia mengalami
kesulitan saat harus melakukan pembersihan atas
orang-orang Benny Moerdani. Dia terpaksa pula
mempertahankan manusia-manusia yang memiliki posisi 
tertentu. Akhirnya terjadi disinformasi.  Anda lihat
sendiri bagaimana terjadi penyesatan terhadap Kabakin
ketika dia ditanya: “Bagaimana kalau diadakan jajak
pendapat di Timtim?” Bakin waktu itu mengatakan, akan 
dimenangkan oleh Indonesia. Menurut saya, itu
intelijen yang menyesatkan. Faktanya kita kalah.

 
Ada ketakutan  Amerika bahwa potensi terorisme yang
besar, apa mungkin pihak BIN atau asing menciptakan
boneka-boneka khusus untuk memancing aktivis?

Begini, perang intelijen itu bagian dari perang
ideologi. Jadi harus dirunutnya dari ideologic war,
Barat dan Islam, Huntington mengatakan begitu. Bukan
individu, tapi networknya memang harus dihancurkan.
Kita lihat Bush sampai punya kepentingan untuk
mengubah kurikulum pesantren. 

 
Intelijen Kominda, akan memata-matai pesantren lagi?
O, itu pasti. Karena ancaman terorisme itu identik
dengan ancaman Islam. 

 
Mereka akan lakukan penyusupan?
Itu memang sudah keahlian mereka. Bahkan Anda tahu
sendiri bagaimana MMI disusupi oleh orang-orang yang
kapasitasnya tidak diragukan. Artinya dalam keilmuan, 
dia orang yang 11 tahun di Umul Quro dan hafal
al-Qur’an, pakai jenggot lagi. 

 
Suka atau tidak, Kominda sudah jalan?            
SBY,  dalam beberapa kasus sudah terbuka aslinya.
Seperti undangan ruwatan di Solo (belakangan, menurut
sumber SABILI di Solo dan Yogya, SBY urung ke acara
ruwatan, karena, katanya, mendapat protes dari 
Muhammadiyah, MMI, dan lainnya, red). 

 
Jadi akan ada adu domba dan konflik horizontal?
Banyak orang mengatakan tidak suka. Tapi Anda harus
tahu bahwa intelijen itu bergerak atas dasar teori
konspirasi. Tidak ada intelijen yang lurus. 

Paradigmanya,  Islam tetap  sebagai musuh?
Exactly!

Sepertinya kita memang akan kembali pada teori
pendorong mobil mogok. Disisir dulu dari MMI?

Ya, mereka menghendaki agar MMI dibubarkan. Sebenarnya
itu perkara mudah, tapi Amerika menginginkan
networkingnya habis.

Akhirnya yang dianggap “moderat” seperti PKS pun akan
dihabisi?
Meski demokrasi sistem yang mereka kehendaki. Yang
pasti, Amerika menyeru kepada demokrasi, tapi begitu
Islam menang lewat demokrasi, langsung diintervensi
(kemenangannya dianulir, red). Lihat FIS (Partai Islam
di Aljazair, red) dan Refah (Partai Islam di Turki,
red). Dulu Masyumi pun begitu. Itu sejarah. 

 
Mereka pengalaman untuk ngerjain Islam?
Ingat strategi pancing jaringya Ali Moertopo, hingga
terciptanya Woyla. Mereka berbangga karena Pasukan
kita tercepat di dunia dalam mengatasi pembajakan,
cuma butuh waktu tiga menit. Padahal itu “masturbasi”,
karena dibuat, diberantas dan dinikmati sendiri. Hebat
kan, tiga menit, ha 
ha ha....!

 
Karakteristik gerakan Islam sekarang?
Kalau emosional enggak juga. Sebenarnya kalau ghazwul
fikri (invasi pemikiran, red) dibuka bebas, kita
hadapi dengan perdebatan. Tidak ada emosional. MMI
pernah dipanel, dengan siapa saja, termasuk
Paramadina. Kami hadapi dengan argumen. Kalau
organisasi gerakan Islam sekarang memang kurang bagus,
bisa karena faktor dana dan penyusupan.

Kenapa mudah diinfiltrasi?
Makanya kita tidak suka organisasi yang besar-besar.  
 Pertama, harus ada perubahan metodologi dakwah. Apa
yang didakwahkan, hanya masalah 
pembersihan hati, sementara jihad dan yang
membangkitkan ghirah tidak ada.


Ada tidak gerakan Islam yang imun (kebal) dari
penyusupan?
Tidak ada! 

Termasuk MMI?
Ya, dulu kan ada Abdul Haris yang masuk lewat sayap
Aris Munandar, mereka bikin kegiatan di Ambon. Sampai
ada link dengan Mindanao. Abdul Haris jelas orang BIN
yang ditanam. Kemudian dia melakukan penangkapan 
Al-Faruq.

Bagaimana supaya tidak lemah?
Kalau mereka melakukan cara-cara penyusupan, harus
dilawan dengan kontra intelijen juga. Karena
Rasulullah juga begitu. Pengamanan administrasi
seleksi perekrutan, latar belakang personil dan
sebagainya. Kita juga harus membangun jaringan. Kita
pun harus mengobservasi anggota. Terus terang, itu
tidak mudah.


Sampai kapan umat Islam tidak menari dengan gendang
pihak lain? 
Kapan? Itu jelas rencana Allah. Kemenangan pasti di
tangan Islam. Orang boleh saja tidak percaya. Biar
lemah kita harus tetap jalan. Tidak akan menang hanya
dengan seminar dan simposium, harus ada jihadnya! 

Tapi sering jihadnya jalan sendiri-sendiri, akhirnya
saling gunting?
Karena itu umat Islam harus punya AHWA (Ahlul Halli
wal-Aqdi, semacam MPR, red). 


Kenapa kita merasa lemah, apa karena musuhnya terlalu
kuat?
Yang membedakan itu motifnya. Abu Musa Al-Zarqawi
hanya punya 10.000 prajurit, berhadapan dengan 100.000
tentara Amerika dan 25.000 tentara 
sekutu, plus 100.000 tentara boneka Irak. Tapi Amerika
kedodoran.  

Dalam konteks Indonesia?
Sejarah kekalahannya memang cukup panjang. Tapi kalau
Islam harakah (gerakan), memang langsung disikat.
Islam itu harakah. 


Di mana titik temu MMI, PKS, HTI?
Di sini banyak teman-teman dan jadi sering tempat
kumpul. Islam hanya bisa diperjuangkan dengan harakah.
Anak muda banyaklah memakai referensi 
Islam, jangan pakai referensi barat. Back to Islam,
lakukan diseminasi, advokasi dan provokasi. Karena,
tanpa provokasi, tidak akan ada penyebaran. Indonesia
merdeka karena provokasi: Merdeka atau mati. Lihatlah 
konsistensi orang kiri, satu orang dihilangkan, mereka
kejar terus. Ketiga jenderal terus dikejar-kejar. Tapi
orang Islam ada 200 orang yang 
diculik, dituduh pengebom, tidak ada yang bela? 



Biodata

Nama:  Yeyet Herman Ibrahim 
Lahir:            Sumedang 29 Maret 1947

-Menikah dengan satu istri dan tiga orang anak 
-Jabatan Terakhir: Staf Ahli Menteri Otda
-Akademi Militer 1968, pernah mengikuti sekolah
internal Suslapa, Susjabintel, Sekolah Intelijen
Tertinggi di Angkatan Darat, Seskoad. 
Pendidikan terakhir: 
Sepati. Di sipil pernah menjabat Kepala Biro Humas
Departemen Dalam Negeri. Semua pendidikan sifatnya
reguler kedinasan.

-Karir: Komandan Peleton sampai Komandan Kompi di
Brawijaya, Komandan Batalyon di Kostrad, Perwira
Intelijen Kodam III Siliwangi, Kepala Penerangan Kodam
III Siliwangi, Kepala Biro Humas Depdagri, Staf Ahli
Menteri Otonomi Daerah 

-Aktivitas: di Majelis Mujahidin Indonesia (MMI),
sebagai Ketua Litbang Forum Ulama Ummat (FUU), Ketua
Lembaga Kajian Strategis
Menulis Artikel Pekerja di Ide Indonesia (LSM di Bawah
Wiranto, teman seangkatan)
.


                
____________________________________________________ 
Yahoo! Sports 
Rekindle the Rivalries. Sign up for Fantasy Football 
http://football.fantasysports.yahoo.com


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke