http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/7/6/o2.htm
Penyelundupan BBM jelas merupakan penghinaan terhadap negara yang saat ini dengan tertatih-tatih mengeluarkan Rp 9,3 trilyun untuk melancarkan subsidi BBM kepada masyarakat. Jumlah Rp 9,3 trilyun tentunya diambil dari kas APBN kita, sehingga menjadi pukulan telak bagi APBN Indonesia. Oleh karena itu, Pertamina harus berusaha keras untuk mengembalikan stok BBM masyarakat hingga tiga minggu ke depan sehingga rakyat merasa aman akan kebutuhan BBM. Penyelundupan BBM ibarat dengan terang-terangan hendak membunuh warga masyarakat yang sekarang tengah kesusahan akibat kelangkaan BBM. Kelangkaan dan Penyelundupan BBM Oleh Sutimin KELANGKAAN bahan bakar minyak (BBM) masih terus melanda sejumlah daerah di Tanah Air. Di beberapa daerah, pemandangan antrean panjang masyarakat yang mencari premium maupun minyak tanah menjadi sebuah realitas hari-hari belakangan ini. Hal ini disebabkan PT Pertamina (Persero) tengah memperketat pasokan BBM yang dijual di SPBU di beberapa kota besar di Tanah Air. Pasalnya, tingkat konsumsi BBM, terutama jenis premium, telah melebihi kuota yang ditetapkan APBN. Pemerintah boleh saja mengatakan demikian. Namun beberapa waktu lalu kondisi yang sangat ironis terjadi untuk yang ke sekian kalinya di negeri ini, ketika penyelundupan 528 ton BBM tertangkap di perairan Cilacap, Jawa Tengah. Kapal berbendera Taiwan yang ditangkap tersebut kini ditahan. Sedangkan tersangka utama yaitu pemilik kapal dari Bandung. Bukan hanya ratusan ton yang akan diselundupkan, tetapi rencananya mereka akan menyelundupkan ribuan ton sebelum akhirnya mereka tertangkap. Penyelundupan merupakan masalah yang makin memprihatinkan di negeri ini. Kejahatan yang benar-benar menjijikkan ini menjadi bukti kekhawatiran sebagian masyarakat akan rawannya penimbunan dan penyelundupan BBM sebagai bagian dari skenario langkanya BBM. Hukuman yang berat harus segera ditimpakan kepada mereka. Bila perlu pertontonkan mereka di depan publik sebagai bagian dari pertanggungjawaban publik. Juga untuk menimbulkan efek jera bagi mereka, di samping sebagai tindakan pencegahan bagi orang yang akan berbuat hal yang sama. Kalau hanya sekadar krisis, orang dapat berhemat dan irit dalam pemanfaatan BBM. Hidup dengan BBM secukupnya dan memahami permasalahan yang dihadapi negara. Maka separah apa pun krisis, kita akan kuat menghadapinya. Yang membuat kita tidak kuat adalah apabila ada orang-orang di antara kita yang tidak peduli dan tidak mau tahu terhadap kepentingan saudaranya sendiri. Orang-orang tersebut bukan lagi saudara, tetapi sudah menjadi musuh negara dan musuh bersama yang harus segera dibasmi dan diberantas tuntas. Sudah terlalu lama para pencoleng tersebut menganggap rendah kewibawaan hukum negara ini. Sehingga, sudah saatnya hukum ini merasa terhina dengan tingkah polah para penyelundup, yang mungkin percaya diri dengan uangnya untuk mempermainkan hukum negeri ini. Penyelundup ribuan ton BBM ini tentulah bukan orang yang terdesak karena kemiskinan. Atau karena terkena penyakit busung lapar sebagaimana dialami oleh sebagian saudara-saudara kita. Mereka tentunya adalah orang dengan kemampuan uang yang cukup besar sehingga mampu menggerakkan sebuah pelanggaran dengan nilai nominal yang juga sangat besar. Orang-orang seperti ini jelas telah menghina rakyat yang saat ini sedang antre di mana-mana, hanya untuk mendapatkan sekian liter BBM guna menyalakan kompor di dapurnya, atau menggerakkan kendaraan untuk kelancaran aktivitas sehari-hari. Sebagian masyarakat kini sedang panik dan kebingungan jika sampai BBM habis di pasaran dan susah diperoleh. Kalaupun mereka menemukan BBM, itu pun harus menempuh jarak yang sangat jauh dan dengan harga yang mahal. Di Maluku, bahkan untuk mendapatkan beberapa liter minyak tanah, warga harus melabuhkannya lewat laut dengan risiko tumpah atau tenggelam di tengah laut. Penyelundupan BBM jelas merupakan penghinaan terhadap negara yang saat ini dengan tertatih-tatih mengeluarkan Rp 9,3 trilyun untuk melancarkan subsidi BBM kepada masyarakat. Jumlah Rp 9,3 trilyun tentunya diambil dari kas APBN kita, sehingga menjadi pukulan telak bagi APBN Indonesia. Oleh karena itu, Pertamina harus berusaha keras untuk mengembalikan stok BBM masyarakat hingga tiga minggu ke depan sehingga rakyat merasa aman akan kebutuhan BBM. Penyelundupan BBM ibarat dengan terang-terangan hendak membunuh warga masyarakat yang sekarang tengah kesusahan akibat kelangkaan BBM. Faktor Kebijakan Pelaku melakukan penyelundupan jelas bermotif mendapatkan keuntungan yang diperoleh dari selisih harga barang di dalam dan di luar negeri. Suatu komuditas yang karena alasan tertentu (misalnya pajak, bea masuk, larangan perdagangan, maupun alasan lainnya), memiliki perbedaan harga di dalam negeri dengan luar negeri sebesar tingkat yang signifikan (di atas 10-15 persen) sudah akan menciptakan insentif untuk terjadinya penyelundupan. Apabila harga di dalam negeri lebih besar dibandingkan dengan harga di luar negeri, maka tercipta motivasi untuk penyelundupan ke dalam negeri (impor) seperti kasus komuditas gula, beras, dan elektronik. Apabila harga di dalam negeri lebih rendah daripada harga di luar negeri, biasanya karena adanya subsidi, maka terjadi motif untuk menyelundupkan ke luar negeri (ekspor). Misalnya penyelundupan BBM tersebut di atas. Selain itu juga untuk barang yang memang dilarang diekspor atau ditataniagakan seperti pasir dan kayu gelondongan. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor kebijakan sangat memberikan pengaruh besar dalam penciptaan motivasi dan kesempatan untuk penyelundupan. Kebijakan subsidi yang ditujukan untuk melindungi konsumen agar mendapat harga murah menciptakan insentif penyelundupan ke luar. Ilustrasi ini menggambarkan bahwa suatu kebijakan yang menimbulkan distorsi pasar (harga) menciptakan kesempatan untuk dibajak atau disalahgunakan oleh institusi atau kelompok/oknum tertentu. Hal ini disebabkan kebijakan yang melawan kekuatan pasar mensyaratkan kemampuan institusi (aspek ketiga) untuk melaksanakan dan menerapkan aturan secara bersih dan berwibawa. Untuk Indonesia, faktor institusi menjadi faktor paling memprihatinkan. Penyelundupan di Indonesia sering terjadi dengan mudah dan aman, justru karena didukung oleh insitusi dan kekuasaan yang lebih kuat dan tinggi, seperti keterlibatan oknum-oknum aparat dan kekuasaan politik. Penulis, staf pengajar FMIPA Universitas Diponegoro Semarang [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/