http://www.suarapembaruan.com/News/2005/07/07/index.html


SUARA PEMBARUAN DAILY 

PLN Tak Sanggup Beli BBM, Pasokan Listrik Terancam
JAKARTA - Di saat stok bahan bakar minyak (BBM) nasional pas-pasan, kebutuhan 
BBM bagi pembangkit listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus melonjak. 
Kondisi ini bukan hanya mengancam operasional pembangkit yang akan berdampak 
pada terancamnya pasokan listrik, tetapi juga menggerogoti arus kas sehingga 
PLN tidak dapat mengembangkan investasi. 

Hal itu dikatakan Direktur Utama PT PLN (Persero) Eddie Widiono dalam diskusi 
yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Energi dan Sumber Daya Mineral di 
Jakarta, Rabu (6/7) mengungkapkan, pasca kenaikan harga BBM pada 1 Maret lalu, 
dari biaya pengadaan BBM yang semula ditaksir hanya akan berkisar Rp 7 triliun 
ternyata sudah membengkak menjadi lebih dari Rp 14 triliun. 

Pasalnya, semula PLN memperkirakan total volume BBM yang dibutuhkan untuk 
operasional seluruh pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar solar 
sekitar 8,3 juta kiloliter, dengan asumsi harga solar Rp 2.200 per liter. 
Namun, sejak sekitar dua bulan terakhir menurut Eddie, pemakaian BBM untuk 
pembangkit sudah jauh melebihi perkiraan, mencapai 11,44 kiloliter sehingga PLN 
harus mengupayakan sendiri kekurangan lebih dari 3 juta kiloliter itu dengan 
membeli solar yang dipatok sesuai harga pasar (internasional), yakni Rp 4.500 
per liter. 

"Akibatnya biaya pengadaan BBM kami membengkak, menjadi sekitar Rp 14,2 
triliun, dari perkiraan sekitar Rp 7 triliun. Tentu dampak pada cash flow cukup 
berat. Kalau (membeli solar) dengan harga 2.200 rupiah per liter, sehingga yang 
harus dikeluarkan PLN sekitar 7 triliun rupiah, cash flow masih bisa 
ditangani," katanya. 

Dua bulan terakhir, sejumlah pembangkit listrik PLN terutama di wilayah Pulau 
Jawa dan Bali, yang mengandalkan bahan bakar berupa solar terpaksa dihentikan 
operasionalnya karena cadangan BBM tidak mencukupi sementara pasokan dari 
Pertamina tersendat. Akibatnya, pasokan listrik Jawa-Bali mengalami defisit 
daya yang cukup besar, hingga lebih dari 700 Megawatt. Apabila BUMN listrik ini 
tidak juga mampu menambah kas sehingga kesulitan membeli BBM, bukan tidak 
mungkin ancaman defisit listrik akan meluas ke luar wilayah Pulau Jawa dan 
Bali. 


Cari Pinjaman 

Eddie mengakui, sulit bagi PLN untuk mengharapkan dapat membeli BBM dengan 
harga subsidi. Sebab, Pertamina sebagai pemasok tunggal BBM ke PLN, tengah 
mengalami kesulitan keuangan, sehingga perusahaan minyak nasional itu nyaris 
tidak mampu memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Oleh karena itu, kini PLN 
bersiap mencari sumber pendanaan berupa pinjaman jangka pendek dari pihak 
swasta agar pasokan listrik tidak terganggu hanya karena PLN tidak mampu 
membeli BBM. Namun, dia memperkirakan upaya itu baru bisa dilakukan pada 
Oktober 2005. 

"PLN perlu mengambil langkah, mencari pinjaman uang untuk menambah cash flow 
agar biaya produksi tertutupi. Saat ini, dengan pendapatan 58 sampai 60 triliun 
rupiah, PLN hanya memegang uang kontan 4 sampai 5 triliun rupiah per bulan. 
Kalau harus mengeluarkan biaya sebesar itu untuk BBM, tentu sangat berat," 
katanya. 

Tahun 2005 PLN mematok kebutuhan BBM berkisar 9,3 juta kiloliter. Sebagian 
besar kebutuhan itu dipasok oleh Pertamina, mencapai sekitar 8,5 juta 
kiloliter. Namun, dalam beberapa bulan ini ternyata kebutuhan BBM melonjak, 
terutama jenis solar (high speed diesel/HSD) karena banyak industri yang semula 
menggunakan pembangkit sendiri (genset) beralih berlangganan listrik ke PLN 
sejak kenaikan harga BBM. (H-13) 


Last modified: 7/7/05 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke