betul sekali mas Indra, anda tentu kenal dgn yang namanya Selamat 
Nurdin anggota DPRD yang sekarang tambah gemuk makmur serta 
konco2nya.
Saya pernah tanya ke kawan saya itu ttg apa hasil PKS bagi 
masyarakat?yang dijawab hasil PKS contohnya Undang Undang Perda Anti 
Rokok.

Wah? bisa dibayangkan gak Perda anti rokok bisa dibangga bangga 
sedemikian rupa? idiot banget nich orang dalem hati saya? memangnya 
apa bagusnya perda tanpa feasibilitas atau law enforcement nya?

memang orang2 gembel miskin kudisan di kampung2 kumuh Jakarta 
menjadi lebih baik dgn Perda tsb? 
bukannya lebih urgent dan berpengaruh apabila PKS memperjuangkan 
hal2 lain yang lebih membumi dan nyata seperti menentang perubahan 
RS Umum Daerah  menjadi swasta?
atau  meng evaluasi ketepatan alokasi budget RAPBD DKI Jakarta yg 
lebih accountable dan tepat guna?

kok ya sepertinya tidak ada perubahan apa2 yah? 

Jangan2 yg dijadikan isu bersama selalu halal haram, 
pemurtadan,fundamentalis kristen, atau paling banter pornografi.

yang jelas berubah ya si Selamat Nurdin ini seperti kawan2nya yang 
lain baik di DPR or DPRD, dari naik motor butut jadi naik mobil 
sekelas kijang.


KALAU ADA  KAWAN2 DARI PKS TOLONG DI JAWAB KRITIK INI


'salam





--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> MEDIA INDONESIA
> Rabu, 27 Juli 2005
> 
> 
> Manusia dan Politik PKS
> Indra J Piliang, peneliti pada Centre for Strategic and 
Interntional Studies, Jakarta
> 
> 
> 
> POLITIK itu kotor, puisi yang membersihkannya. Demikian adagium 
terkenal dari Vaclav Havel, Presiden Ceko. Sebagai seseorang yang 
berkecimpung di dunia seni dan budaya, Havel betul-betul menyadari 
betapa sulitnya menyangga negerinya yang kemudian pecah menjadi dua 
negara, Ceko dan Slovakia.
> 
> Banyak orang yang memang mencibir kepada politik. Cibiran itu 
muncul karena dandanan politikus yang meriah, lalu saling menyikut 
yang kentara, ditambah dengan pengkhianatan terhadap kolega 
dekat. ''Musuh dari kawanku, adalah kawanku,'' begitulah anomali 
dunia politikus. Setiap celah akan dimanfaatkan untuk mendapatkan 
keuntungan maksimal bagi kepentingan kekuasaan dan penguasaan.
> 
> Ketika Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dulunya bernama Partai 
Keadilan (PK) muncul ke permukaan, kesan pertama yang muncul adalah 
partai politik ini tidak akan mampu bertahan dalam kancah politik. 
Libido kekuasaan yang tidak begitu kentara dalam partai ini 
memunculkan bentuk kepemimpinan politik yang khas, yaitu 
khas 'ndeso'. 'Ndeso' yang mana? Tentu 'ndeso'nya kaum santri. 
Kemunculan PKS memang diiringi juga dengan kebangkitan lagu-lagu 
padang pasir, atau lebih dikenal sebagai nasyid. Seandainya PKS 
tidak lahir, mungkin sulit menghidangkan sesuatu yang baru dalam 
ranah politik Indonesia kontemporer.
> 
> Sekalipun digerakkan oleh para ustaz lulusan universitas-
universitas di Timur Tengah, juga dari Mesir, PKS dalam waktu yang 
tidak lama berhasil membangun sebuah sinergi dengan gelombang 
generasi politik baru yang dulu ikut menyumbang bagi jatuhnya rezim 
Orde Baru. Ketika partai-partai politik lain makin digerakkan oleh 
klan, PKS justru membuka pintunya lebar-lebar kepada kalangan anak-
anak kampus yang dulu lebih banyak aktif di musala dan organisasi 
intrakampus.
> 
> Selain para ustaz, PKS juga mempunyai lapisan intelektual dan 
ilmuwan yang rata-rata lulusan ilmu eksakta. Mereka berasal dari 
kampus-kampus sekuler di dalam dan di luar negeri. Puritanisme 
menjadi tidak terelakkan, ketika lingkungan politik di Indonesia 
begitu lemahnya dalam hal ideologi perjuangan. Walaupun pernah 
disebut sebagai wujud dari kebangkitan wajah Masyumi dalam ranah 
politik modern, PKS justru tidak terikat dengan simbol-simbol 
Masyumi itu, sebagaimana terjadi dalam sejumlah partai-partai Islam 
yang mencoba berebut tongkat 'kesaktian' Masyumi, seperti Partai 
Bulan Bintang.
> 
> Dalam sebuah kesempatan, Tifatul Sembiring menyebut bahwa 80% 
lebih kader PKS terdiri dari para sarjana perguruan tinggi. Satu hal 
yang tidak disampaikan oleh Tifatul adalah hampir 100% para 
penggeraknya juga berasal dari para mahasiswa yang juga mempunyai 
jaringan ke kalangan siswa-siswa kelas menengah. Merekalah dengan 
caranya sendiri memengaruhi orang tuanya, lingkungannya, dan 
masyarakat di sekelilingnya untuk menjadi simpatisan PKS dalam 
setiap pemilu. Inspirasi ini boleh jadi muncul dari Anwar Ibrahim 
yang dulu menggerakkan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) yang 
kemudian bergabung ke dalam United Malay National Organisation 
(UMNO).
> ***
> 
> Manusia PKS, kalau boleh saya menyebutnya begitu, yang muncul hari 
ini kebanyakan berasal dari anak-anak muda belia itu. Mereka 
bergerak seperti kumpulan lebah-lebah pekerja dalam medan-medan 
pengabdian yang sulit, seperti daerah bencana dan daerah konflik. 
Pergerakan mereka pelan-pelan mampu mengambil alih organisasi 
korporatisme negara yang dulu dibentuk oleh Orde Baru, seperti 
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Ketika organisasi 
kepemudaan lain makin mengandalkan kedekatan ke kalangan penguasa 
dan pengusaha, manusia-manusia PKS ini justru menyandarkan diri 
kepada ideologi yang mereka perjuangkan, entah itu revivalisme 
Islam, atau sekadar semangat untuk tidak mau didikte oleh 
kepentingan kapitalisme internasional yang digerakkan oleh jaringan 
Hollywood, sampai Perserikatan Bangsa-Bangsa.
> 
> Tidak heran kalau 'pengetahuan' manusia-manusia PKS atas dunia 
luar di atas rata-rata penduduk Indonesia lainnya. Manusia PKS ini 
mampu mendeteksi dengan tepat apa yang terjadi di Palestina, sampai 
di Khasmir. Terdapat banyak sekali sumber informasi yang berasal 
dari sejumlah majalah, tabloid, sampai buku-buku tebal sampai tipis. 
Ketika televisi, radio atau koran-koran di Indonesia 'dianggap' 
hanya menyampaikan berita dari dunia sekuler, justru media massa 
yang digandrungi manusia-manusia PKS menyampaikan apa yang terjadi 
di luar menurut versi dan perspektif mereka, yakni Islam yang terus-
menerus menghadapi berbagai cobaan.
> 
> Yang mengagetkan, dalam perjalanannya yang belum terlalu panjang 
sebagai satu kekuatan politik di Indonesia, PKS justru mulai 
terlihat sebagai pemain di level elite. Ketiba-tibaan itu justru 
mengurangi semangat puritan (atau dalam sebutan pengamat lain 
disebut sebagai semangat radikal) yang menjadi ciri khasnya. Contoh 
paling baik adalah kemenangan PKS di DKI Jakarta yang sampai setahun 
ini seperti tidak memberikan perbaikan apa-apa. Prioritas penggunaan 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta terlihat 
belum menyentuh kepentingan kaum dhuafa dan kaum mustad'afin yang 
bertebaran di Jakarta ini. Ke mana suara PKS yang vokal itu?
> 
> Sehingga ada yang menduga betapa PKS hanya besar dalam isu-isu 
besar, namun PKS tiba-tiba kerdil untuk isu-isu kecil dan detail. 
Padahal, ketika sistem politik di Indonesia kian terbuka dan 
liberal, justru setiap pengambilan keputusan kecil akan sangat besar 
pengaruhnya bagi kepentingan publik.
> 
> Memberikan makna atas kemenangan, itulah yang menjadi tantangan 
manusia-manusia PKS hari ini. Berapa pun jumlah kemenangan yang 
diraih tidaklah akan menjadi persoalan, apabila setiap kemenangan 
itu, setiap suara itu, pada akhirnya dapat dikelola menjadi sesuatu 
yang bermanfaat. Dari sana, justru tantangan PKS sekarang adalah 
bukan mencapai kemenangan yang lebih besar, entah 15% sampai 20%, 
melainkan bagaimana mengelola setiap suara yang dititipkan ke PKS 
dalam pemilu lalu sebagai sebuah amanah dan pekerjaan besar.
> 
> Sebagai partai politik yang banyak diminati oleh kelas menengah 
Muslim, PKS juga terlihat mulai membangun aliansi taktis dan 
strategis dengan partai-partai politik lain dalam pemilihan langsung 
kepala daerah (pilkada) 2005 ini. Aliansi ini tentu sah-sah saja, 
namun, semakin besar aliansi yang dibangun, semakin banyak peserta 
aliansinya, justru PKS bisa semakin lebur ke dalam politik praktis 
yang sebenarnya. Partai politik mana yang sebetulnya menjadi 'lawan' 
PKS tidak begitu terlihat, karena PKS berkoalisi hampir dengan 
setiap partai politik, terutama di daerah-daerah yang perolehan 
suaranya sedikit dalam Pemilu 2004.
> 
> Ketika PKS mengusung good governance, misalnya, sebetulnya tema 
itu sudah menjadi tema universal yang juga digerakkan oleh lembaga-
lembaga keuangan dan bantuan internasional. Tema itu seolah telah 
menjadi alibi semua pihak, betapa Indonesia akan menghadapi masa 
depan yang lebih baik apabila mampu menerapkan sembilan standar good 
governance yang dirumuskan oleh United Nations Development Programme 
(UNDP). Padahal, untuk kepentingan yang lebih luas, penerapan 
standar itu saja tidak cukup kalau tidak diikuti dengan prioritas 
dan kepedulian atas soal-soal yang lebih mendasar di kalangan 
penduduk miskin Indonesia. Kejelian dan genuinitas dari program-
program PKS lebih dibutuhkan, ketimbang melakukan duplikasi dengan 
bahasa-bahasa universal yang mulai menjadi jargon baru.
> 
> Tentu dengan cara itu PKS sedang mulai mengikatkan diri dengan 
program-program yang memang mempunyai korelasi dengan kepentingan 
Indonesia, secara khusus, dan dunia, secara umum. Namun, dalam 
artian apa pun, politik selalu saja bergerak mencari hal-hal yang 
unik dan menarik. PKS sudah membuktikannya. Apabila PKS beranjak 
keluar dari ruang edarnya, juga dari ciri khasnya selama ini, justru 
yang terlihat adalah PKS yang lain yang tidak ada bedanya dengan 
partai-partai politik lain. PKS yang seperti ini akan sulit 
bertahan, karena kehilangan identitasnya yang puritan.
> 
> Ketika politik itu kotor, dalam ranah publik yang tidak mengenal 
puisi dengan baik, justru dibutuhkan seuntai nada dan irama. PKS 
mengemasnya dengan menyebut diri sebagai partai dakwah yang dikelola 
para dai. Tetapi itu saja tidak cukup. Diperlukan sumber daya 
manusia yang mampu mengubah dakwah menjadi regulasi, ketika PKS ada 
di parlemen. Namun, pada akhirnya, politik adalah persepsi. Jangan 
sampai justru ketika persepsi mengendalikan kehidupan politik, 
lantas PKS berubah ke arah persepsi itu. Bukan sebaliknya, mengubah 
persepsi orang lain, sesuai dengan ciri khas dan karakter dasar dari 
manusia dan politik PKS selama ini.***
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]




***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke