Kini tiba saatnya kami memberikan sedikit jawaban yang sudah 
dipersiapkan berkenaan dengan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan 
kepada Ahmadiyah.

Tulisan-tulisan sebelumnya hanya bermaksud memberikan pengertian 
bahwa sebesar apapun perbedaan keyakinan yang ada selama tidak 
melakukan TINDAK KRIMINAL maka semua pihak harus dapat menahan diri 
dan bersabar. Siapapun yang memulai tindakan KRIMINAL inilah yang 
harus segera ditindak untuk memberikan kejelasan hukum kepada 
masyarakat.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk mempromosikan Ahmadiyah, namun 
untuk mengetuk hati rekan-rekan islam lainnya untuk berhati-hati 
dalam memberikan fatwa apalagi bila diumumkan ke publik. Sebab kalau 
ternyata yang dituduhkan itu tidak benar, apa yang akan 
dipertanggung jawabkan nanti di depan Tuhan. Menuduh sesuatu yang 
tidak pada seseorang......

Berkali-kali kami hanya mengatakan bahwa perbedaan yang terjadi 
antara Ahmadiyah adalah masalah penafsiran terhadap Al Quran dan 
Hadis Nabi Muhammad saw. 

Memang benar terjadi perbedaan yang cukup besar dalam beberapa hal 
tetapi semata-mata itu hanyalah konsekuensi dari perbedaan 
penafsiran tersebut yang diambil dari dsar hukum yang sama, yang 
tentu saja harus diterima secara lapang dada oleh semua pihak. Wong 
Ahmadiyah aja juga memahami perbedaan tsb kok....

Berikut jawaban tulisan M. Amin Djamaluddin cs (LPPI)
yang barusan tgl 9 dan 15 Juli mengkoordinir dan melakukan aksi
kekerasan & pelanggaran HAM di Kampus Mubarak Jemaat Ahmadiyah
Indonesia. Dan kemudian merambah ke bebrapa wilayah di Indonesia.


Membongkar kesesatan dan kedustaan Ahmadiyah

1.Aliran Ahmadiyah-Qadiyani itu berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam
Ahma adalah Nabi dan Rasul, kemudian barangsiapa yang tidak
Mempercayainya adalah kafir murtad.

Jawab :
Ahmadiyah meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu Nabi dan Rasul 
adalah berdasar pengakuan bahwa beliau mendapat wahyu dan diangkat 
oleh Tuhan sebagai nabi/rasul. Jadi, bukan atas kemauan beliau 
sendiri. Tuhan mempunyai wewenang mengangkat siapa saja diantara 
hamba-hamba
yang dipilih-Nya untuk dijadikan utusan-Nya. Ternyata Allah Ta'ala 
berfirman: "Allah maha mengetahui dimana Dia akan menempatkan 
risalat-Nya." (Al-An'aam:124) Allah Ta'ala pasti memberi hukuman 
yang sekeras-kerasnya kepada siapa yang berani-berani mengaku 
menjadi nabi, padahal dia bukan nabi. Ternyata Dia 
berfirman: "Seandainya dia mengada-ada sebagian perkataan atas nama 
Kami, niscaya Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian, 
tentulah Kami memutuskan urat lehernya" (Al-Haqqah:44-46)

Mengenai masalah kafir, tidak selamanya sebutan kafir ditujukan 
kepada siapa yang mengingkari Tuhan, nabi, rasul, kitab dan 
sebagainya. Ternyata istilah itu beragam pemakaiannya. Contohnya:
a. Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kamu menjadi KAFIR
   dibelakangku, sehingga sebagian dari kamu memancung leher yang 
lain" (Misykat Jilid 1, hal. 37)Yang dimaksud dengan kafir oleh 
Rasulullah s.a.w. disini adalah orang-orang mukmin jangan saling 
perang-memerangi, sebab perbuatan
 itu kafir.

b. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Siapa diantara budak-budak yang lari
meninggalkan tuannya, maka sesungguhnya ia telah menjadi KAFIR
sebelum ia kembali kepada tuan mereka" (Muslim, jld. 1, hal. 37)

c. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada dua sifat yang masih terdapat di
kalangan umatku, mereka masih KAFIR dalam dua sifat itu, yakni
mencela kebangsaan orang lain dan meratapi mayit" (Muslim, jld.1,
hal.37)

d. Rasulullah s.a.w. bersabda : "Perjanjian teguh yang membedakan
kita dengan mereka (orang-orang kafir dan musyrik)adalah sembahyang,
maka barangsiapa meninggalkan sembahyang niscaya KAFIRlah dia"
(Misykat, hal. 58).

Jadi, andaikata ada sebutan kafir, maka yang dimaksud di situ ialah  
tak lain hanya menyatakan, tanpa sekelumit pun rasa benci atau tidak
bersahabat, bahwa orang itu tidak beriman dan mengingkari kebenaran
seorang nabi atau rasul.

Dalam kaitan ini perlu untuk memperhatikan tulisan Pendiri Jemaat
Ahmadiyah berikut ini:

"Cobalah perhatikan kebohongan para alim-ulama, betapa mereka
menuduh kami telah mengkafirkan dua ratus juta kaum muslimin,
padahal bukanlah kami yang memulai hal ini, bahkan para ulamalah
yang mula-mula mengkafirkan kami dan mereka pulalah yang telah
menimbulkan kiamat dengan menghamburkan fatwa-fatwa mengkafirkan
kami, dan dengan fatwa-fatwa itu mereka telah menimbulkan 
kegemparan  di seluruh India ..." (Haqiqatul Wahyi, hal.120-121)

Selain itu, menurut Ahmadiyah kafir ada 2 macam. Mengingkari nabi
tasyri'i (nabi pembawa Syari'at) adalah hal yang berbeda dan
mengingkari nabi ummati (nabi pengikut) adalah lain lagi statusnya.
Dikarenakan Rasulullah s.a.w. adalah nabi pembawa Syari'at, maka
mengingkari Islam atau mengingkari Rasulullah s.a.w., langsung
membuat seseorang itu menjadi kafir, dalam arti menjadi non-muslim.

Dalam kondisi di mana seseorang menerima Rasulullah s.a.w. dan Al-
Qur'an sebagai Kalamullah, namun ia mengingkari Masih MAU'UD (Al
Masih yang Dijanjikan), maka keingkarannya itu bukanlah suatu ke-
kafir-an yang dapat membuatnya menjadi non-muslim. Dikarenakan Masih
Mau'ud adalah nabi ummati, maka mengingkari beliau berarti membuat
seseorang menjadi kafir/ingkar terhadap nabi ummati. Sebagai anggota
di dalam umat Rasulullah s.a.w., orang itu dapat disebut MUSLIM.
Akan tetapi dia menjadi "kafir" dalam hal mengingkari Masih Mau'ud
a.s.
 
Mengingkari Masih Mau'ud a.s. bukanlah kekafiran secara langsung,
melainkan kekafiran secara tidak langsung - sebagaimana bahwa halnya
kenabian Masih Mau'ud itu adalah kenabian yang tidak langsung.
Inilah yang merupakan ruh daripada tulisan pendiri Jemaat Ahmadiyah
berikut ini:

"Poin ini perlu diingat bahwa menyatakan orang-orang yang mengingkari
pendakwaannya sebagai kafir hanyalah ciri nabi-nabi yang membawa
Syari'at serta hukum-hukum baru dari Allah Ta'ala. Akan tetapi,
selain daripada pembawa Syari'at, segenap mulham (penerima ilham)
dan muhaddats (yang bercakap-cakap dengan Allah Ta'ala) - tidak
perduli betapa mulianya kedudukannya disisi Allah dan memperoleh
anugerah bercakap-cakap langsung dengan Allah - dengan mengingkari
mereka tidak ada yang menjadi kafir" (Taryaqul Qulub, cat.kaki hal.
130, Rohani Khazain Jld. 15, cat. kaki hal. 432)

  2.Ahmadiyah-Qadiyani memang mempunyai Nabi dan Rasul sendiri yaitu
  Mirza Ghulam Ahmad dari India
 
 Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. bukan satu-satunya wujud yang dipercayai
 sebagai Nabi dan Rasul, bahkan Ahmadiyah mempercayai semua nabi dan
 rasul, baik yang disebut maupun yang tidak disebut (An-Nisa:164) dan
 Ahmadiyah tidak membeda-bedakan mereka (Al-Baqarah:285). Namun, nabi
 anutan dan junjungan Ahmadiyah yang utama dan satu-satunya adalah
 Nabi Muhammad s.a.w., sebagaimana yang kami ikrarkan dalam kalimat
 Syahadat kami: "asyhadu alla ilaaha Illallah wa asyhadu anna
 Muhammadar-rasulullah."
 
 Adanya nabi sesudah nabi Muhammad s.a.w. tidak mengurangi kemuliaan
 serta keagungan beliau, bahkan meningkatkan martabat serta derajat
 beliau. Kaum Bani Israil sebelum datangnya Islam mengikuti Syari'at
 Nabi Musa a.s. dan banyak nabi-nabi telah lahir ditengah-tengah
 mereka. Mengapa pula Syari'at nabi Muhammad s.a.w. yang jauh lebih
 tinggi kedudukannya tidak dapat melahirkan seorang pun diantara
 hamba-hamba Rasulullah s.a.w. yang mencapai kedudukan rohani tinggi
 sehingga berhak meraih martabat nabi - suatu martabat/status/derajat
 rohani yang merupakan nikmat Allah yang peringkatnya tertinggi (An-
 Nisa:69) berkat gebyar pancaran sinar Syari'at Nabi Muhammad s.a.w?
 
 Akan tetapi, nabi sesudah beliau s.a.w. hanyalah nabi ummati (nabi
 umat/pengikut) dan sekali-kali tidak membawa Syari'at baru,
 melainkan membawa misi untuk menegakkan kembali Syari'at Rasulullah
 s.a.w. tanpa sedikit pun menambah atau menguranginya.
 
  3.Ahmadiyah-Qadiyan mempunyai kitab suci sendiri yaitu kitab
 suci "Tadzkirah"
 
 Tidak diragukan lagi bagi Jemaat Ahmadiyah bahwa tidak ada kitab
 suci lain kecuali Al-Qur'an. Dan nama Tadzkirah yang disebut-sebut
 sebagai kitab suci baru muncul sekitar tahun 1992, ketika salah
 seorang penulis buku yang terbit di Indonesia yaitu M. Amin
 Djamaluddin mengarang buku berjudul Ahmadiyah & Pembajakan Al-
 Qur'an . Jadi, istilah kitab suci yang melekat pada buku Tadzkirah
 diciptakan oleh M. Amin Djamaluddin, bukan oleh Jemaat Ahmadiyah.
 
 Di dalam literatur-literatur Ahmadiyah apapun, sejak masa hidup Hz.
 Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908) sampai dengan hari ini, tidak
 pernah ditemukan istilah kitab suci untuk Tadzkirah.
 
 Tadzkirah bukanlah kitab suci bagi Jemaat Ahmadiyah. Kitab suci
 Ahmadiyah adalah Al-Qur'an Karim yang diturunkan kepada junjungannya
 Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikutnya, yaitu Nabi Besar Muhammad
 s.a.w.
 
 Tadzkirah adalah sebuah buku yang berisi kumpulan wahyu-wahyu,
 kasyaf-kasyaf serta mimpi-mimpi yang diterima oleh Hz. Mirza Ghulam
 Ahmad dalam hidupnya selama lebih dari 30 tahun. Selama Hz. Mirza
 Ghulam Ahmad hidup, tidak ada buku yang bernama Tadzkirah dalam
 lingkungan Jemaat Ahmadiyah dan Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. tidak
 pernah menulis buku yang berjudul Tadzkirah.
 
 Buku Tadzkirah ini dibuat kemudian atas prakarsa Hz. Mirza
 Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a.. Pada sekitar tahun 1935, beliau
 menginstruksikan kepada Nazarat Ta'lif wa Tashnif, sebuah biro
 penerangan dan penerbitan Jemaat Ahmadiyah pada waktu itu untuk
 menghimpun wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf serta mimpi-mimpi yang
 diterima Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagaimana terdapat dalam
 berbagai macam terbitan (buku-buku, jurnal-jurnal [selebaran,
 majalah] dan surat kabar-surat kabar) yang mana materi terbitan itu
 telah disebarkan kepada umum pada saat itu. Selain itu, dari 
catatan-
 catatan harian Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. juga ditemukan keterangan
 mengenai pengalaman ruhani beliau. Dan juga adanya kesaksian dari
 para Sahabat, anggota keluarga, kerabat dan lainnya, di mana mereka
 diberitahu oleh Hz. Mirza Ghulam Ahmad mengenai wahyu, kasyaf, mimpi
 yang beliau terima dari Allah Ta'ala.
 
 Untuk maksud ini dibentuklah sebuah panitia yang terdiri dari
 Maulana Muhammad Ismail, Syekh Abdul Qadir dan Maulvi Abdul Rasyid.
 Panitia tersebut menyusun buku Tadzkirah secara sistematis dan
 kronologis. Setelah pekerjaan tersebut selesai, maka buku tersebut
 diberi nama Tadzkirah. Nama Tadzkirah sendiri mempunyai arti
 kenangan atau peringatan. Buku ini dicetak dalam jumlah yang
 terbatas. Di Indonesia pun jumlahnya sangat terbatas dan hanya
 dimiliki oleh mereka yang mengerti bahasa Urdu.
 
 Jadi, apa yg dikatakan dan ditulis LPPI itu merupakan fitnah belaka





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
<font face=arial size=-1><a 
href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12htfcl35/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1122821151/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html";>Help
 tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now</a>.</font>
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke