Terima kasih, pak Danar, atas tanggapan dan masukannya. Akan semakin menarik 
jika kemudian diskusi ini akan banyak mendapat tanggapan dari kawan-kawan yang 
lain.

Istilah agama tentu saja sangat menarik. Kalau istilah ini kita kerucutkan pada 
agama samawi maka sudah secara pasti kita katakan bahwa agama pada dasarnya 
adalah wahyu. Atau kita pandang saja dari sudut lain, kitab-kitab suci atau 
pedoman inti agama seperti Hindu dan Budha (dan yang lainnya) juga kita sebut 
wahyu. atau whatever, seperti kata Pak Danar. Yang pasti, petanda dari kata 
agama itu sendiri sudah bisa kita maklumi, baik yang komplit hingga urusan 
paling kecil atau yang hanya pada persoalan-persoalan besar. whatever.

Namun yang paling mendasar dalam agama adalah keterikatan antara pemeluk dengan 
apa yang ia percayai. Dan yang lebih rumit lagi, bahwa keterikatan pemeluk 
dengan apa yang ia percayai itu (keyakinan) pada konsep intinya yang paling 
dasar berada dalam ruang metafisis. Sisi ini yang mempertemukan antara agama 
dan filsafat, yaitu menyingkap misteri ADA. Menyingkap rahasia ADA ini juga 
yang mendominasi pemikiran-pemikiran purba yang menjelma ke dalam mitos-mitos. 
Atau dengan kata lain, mitos pada dasarnya adalah upaya manusia-manusia dulu 
dengan cara yang sederhana dan mendalam untuk menafsirkan berbagai fenomena ADA 
yang mereka hadapi dalam kehidupan. Kita sekarang menyebutnya mitos.. sesuatu 
yang tidak berdasar.. tidak logis.. tidak rasional, tapi orang-orang dulu 
mempercayainya. Persoalannya tidak terpaku pada apakah rasional atau logis, 
karena nyatanya berbagai fenomena itu sendiri sangat susah ditangkap kekuatan 
akal dan di atas penafsiran logis. Yang menjadi poin terpenting kita, mereka 
mempercayainya. Kepercayaan dan keyakinan itu ada.

Kepercayaan metafisis, itu didukung oleh agama lewat wahyu-wahyu. Dan bahkan 
menajamkannya. Kalau orang-orang filsafat hanya bisa menyatakan keberadaan 
WUJUD MUTLAK dari segala ADA, maka agama menegaskan baik secara simbolik atau 
dengan penggambaran yang lebih spesifik tentang WUJUD MUTLAK itu. Namun tidak 
mengubahnya dari ruang metafisis, yang dalam bahasa agama Islam disebut 
al-Ghaib. Masing-masing agama dalam pembentukannya itu berjalan sesuai 
karakteristiknya tersendiri. Dalam agama samawi, adanya Nabi yang diutus dengan 
segala pembuktian dan bersamanya diberikan wahyu.

Masing-masing agama itu sudah pasti menyatakan bahwa agamanya yang benar sesuai 
dengan keterangan Nabi dan wahyu yang disampaikan. Maka jelas saja dikatakan 
sejak awal bahwa hanya ada satu agama yang benar karena wujud agama itu sendiri 
pada dasarnya adalah keyakinan dan kepercayaan di mana pemeluk mempercayai 
"Nabi" dan "wahyu" yang disampaikan sesuai dengan pencarian, daya tangkap, 
informasi-informasi dan faktor lainnya. Dan bagian yang metafisis ini tidak 
menyisakan ruang yang lebih besar bagi yang lain selain hanya percaya dan 
yakin. Dan faktanya, agama lain itu juga ada. Yaitu bentuk keyakinan dan 
kepercayaan dalam ruang yang sama metafisis, tapi berbeda pada apa/siapa yang 
diyakininya itu. Bahkan pada orang-orang yang mengaku athies sendiri pada 
dasarnya adalah keyakinan dan kepercayaan ini. Orang-orang bijak dan pengecut. 
:) Pengecut dari persoalan metafisis yang ADA, tapi bijak karena lebih 
memfokuskan pada bagian fisik (sandingan dari metafisis) kemanusian. Namun 
bagaimanapun juga itulah keyakinan mereka untuk tidak bertuhan.

Dengan demikian,  Kalau dikatakan, "dikau agamamu, daku agamaku", maka ini juga 
mengandung makna "agama-agama ini adalah benar semua, hanya aku anut agamaku, 
sedangkan dikau agamamu," karena kita memandang agama yang kita maksud ini 
adalah keterikatan antara pemeluk dan agamanya pada bentuk paling dasarnya 
kepercayaan dan keyakinan. Dan hanya itu yang menempati ruang yang lebih besar 
pada agama. Kalaupun misalnya kita konfrontasikan agama satu dengan agama lain 
untuk mencapai satu-satunya agama yang benar. Lalu kemudian kita dapatkan 
kesimpulan satu agama ini saja yang benar. Buat apa jika tidak ada yang 
mempercayai dan meyakininya?

Karena itu ketika al-Qur`an menjelaskan bahwa Agama di sisi Allah swt hanya 
Islam, sudah jelas orang Islam sudah melalui keyakinan metafisis tentang Wujud 
Allah. Dan begitu juga dengan keyakinan agama yang lain. Memang benar kalau 
kita yakin bahwa ke Surabaya itu adalah ke arah Timur, kita akan 
menyampaikannya seperti itu. Tapi bagaimana dengan mereka yang meyakini kalau 
ke Surabaya itu adalah ke arah utara? Benar atau salahnya keyakinan itu memang 
akan mudah diselesaikan dengan melihat yang sebenarnya. Namun bagaimana jika 
saya yakin bahwa menuju Antah Barantah itu ke arah Timur, sedangkan menurut 
keyakinan Pak Danar ke arah Selatan? Bukankah ruang paling besar yang tersedia 
hanya untuk yakin dan percaya. Sah-sah saja saya menyampaikan keyakinan 
tersebut kepada Pak Danar, bukan?

Dan karena dasar paling utamanya adalah ruang metafisis itu, maka memang sangat 
susah untuk menerapkan rumus ilmu pasti padanya. Dan rumus itu sendiri bahkan 
tidak bisa diterapkan dalam seluruh seluk beluk kehidupan. Rumus persamaan 
paling sederhana apabila 1/2x = 1/2y maka x = y, jika kita terapkan pada bahasa 
saja dengan mengambil sampel faktual gelas yang berisi setengah. Apakah apabila 
setengah kosong = setengah penuh maka kosong = penuh? hehehe -:) Seperti juga 
halnya 1 + 1 = 2 dan 4 - 2 = 2, akan dijawab oleh komputer dalam bahasa biner 
dengan 0010 karena komputer hanya bisa memahaminya dengan itu.

Dari sudut lain, agama tidak hanya terbatas pada sudut metafisis, tapi juga 
memasuki ruang fisik dalam kancah kehidupan manusia. Di sinilah pertanyaan 
terakhir dijawab, "Kalau kita yakin, hanya agamakulah yang benar, mengapa aku 
katakan, aku agamaku dan dikau silakan beragamamu?" karena "aku" dan "kamu" 
selain masing-masing punya keyakinan yang bersifat metafisis, juga berada dalam 
ruang fisik yang ditunjukkan oleh wujud "aku" dan "kamu." Bukankah ada sudut 
lain yang masih bisa kita lakukan? Dan biarlah Antah Berantah menunjukkan 
sendiri mana arahnya. Toh kita juga akan sampai kepadanya. -:)

Salam,

Aman
http://aman.kinana.or.id
 

  ----- Original Message ----- 
  From: Danardono HADINOTO 
  To: ppiindia@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, August 09, 2005 5:12 PM
  Subject: Ant: Re: Ant: [ppiindia] Pemerintah dalam Kontroversi Fatwa MUI


  Saya kagum akan kedalaman cara pandang mas dan juga mBak Lina serta kawan 
kawan lain, yang mencoba membawakan pencerahan kedalam masalah (media res), dan 
tak asal debat debatan.

  Menarik adalah istilah "agama". Saya tak faham bagaimana dalam Kitab Taurat, 
bagi orang Israil, adakah Tuhan menyebutkan istilah agama, dalam arti agama 
mereka, yang Tuhan turunkan. 
  Kalau saya tak khlilaf (mohon dikoreksi kalau salah), dalam agama Kristen tak 
ada pula disebutkan istilah agama. Bahkan ada seorang pendeta dan akhli 
theologi yang menulis, bahwa Kristiani bukanlah agama namun wahyu. Whatever.

  Mengapa ini issue yang menarik? Karena, andaikan dalam sebuah agama, tak 
disebutkan samasekali, bahwa ada agama atau agama agama, maka ajaran itu 
dimengerti dari awalnya - a priori - sebagai eksklusif. Satu satunya.

  Kita lihat diantara umat Kristiani. Adakah hanya satu agama Kristen? Kalau ya 
yang mana? Apakah aliran aliran dalam agama Kristen adalah agama agama 
tersendiri? Ataukah ini sekedar denominasi? 

  Kalau dikatakan, "dikau agamamu, daku agamaku", apakah ini mengandung makna " 
agama agama ini adalah benar semua, hanya aku anut agamaku, sedangkan dikau 
agamamu.  Ataukah, dari awalnya, dikatakan, hanya ada satu agama yang benar. 
Karena itu ada definisi "pluralisme" ala MUI yang diharamkan. 

  Khabarnya romo Magnis juga menolaknya.

  Kalau romo Magnis menolaknya, dan mengatakan, hanya satu agama yang benar, 
tidakkah dia berwajib berjuang, agar hanya agama (yang dianggapnya) benar 
itulah, yang didukung? dan diizinkan?

  Kalau untuk jawaban nilai Y adalah satu jawaban X yang definitif dalam f(x)= 
y, untuk x dalam ruang yang tertentu, maka mana mungkin sang guru membiarkan 
adanya solusi lain dari persamaan itu?

  Kalau kita yakin, ke Surabaya dari adalah kearah timur, mengapa anda biarkan 
seseorang bertolak kearah barat? (walau tentu suatu ketika, kalau dia umur 
panjang, akan muncul ditimur, dan mendarat di Surabaya dari sisi timur?).

  Kalau kita yakin, hanya agamakulah yang benar, mengapa aku katakan, aku 
agamaku dan dikau silakan beragamamu?

  Tidakkah Ahmadiah lebih relaxed dalam pandangannya?

  Jadi?

  Salam

  danardono








  Aman FatHa <[EMAIL PROTECTED]> schrieb:
  Tulisan sangat bagus, Mbak. Dan sangat mencerahkan.
  Tapi bagian yang satu ini ada keinginan saya untuk memberikan tambahan dan 
tanggapan:

  "Sepanjang sepengetahuan saya, dalam AlQur'an tak ada penjelasan 
  AlQur'an tersirat dan tersurat tentang keberadaan agama-agama (agama 
  yang banyak) yang memang atas kehendakNya sebagaimana keberadaan 
  suku dan bangsa tsb, makanya saya menjadi tambah yakin bahwa agama 
  dimana Tuhan berkehendak atasnya itu cuma SATU meski budaya, suku, 
  dan bangsa buanyak. Kalaupun disebut Nashara dan Yahudi dalam 
  AlQur'an, itu menunjukkan pada sebuah bangsa or suku, yang telah 
  diturunkan kepada mereka Taurat dan Injil."

  Saya pikir ini bisa terjadi karena Mbak Lina mencoba melihatnya dari sudut 
pandangan al-Qur`an. Tentu saja itu jelas, karena al-Qur`an adalah kitab suci 
kaum muslimin (yang tentunya eksklusif ketika berbicara soal kebenaran agama). 
Sehingga kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh dst, digambarkan sebagai orang yang 
ingkar terhadap ajakan Nabi-Nabi. Begitu juga yang kita lihat pada Namruz dan 
anak buahnya yang kemudian membakar Nabi Ibrahim a.s. Namun kalau kita kembali 
kepada sudut istilahi, apakah mereka-mereka itu pada saat itu pemeluk suatu 
agama tertentu? Jawabannya adalah ya, seperti yang kita lihat sendiri dalam 
peninggalan-peninggalan dan prasasti sejarahnya. 

  Sekali lagi memang di dalam al-Qur`an tidak menyebut keberadaan agama 
tertentu, tapi ada satu ayat yang sangat mencukupi untuk mewakili semuanya 
(yakni semua yang tidak disebut al-Qur`an secara langsung sebagai agama). Lakum 
diinukum waliya diin; bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku. Dan itu 
secara tegas menyatakan keberadaan agama lain tanpa menyebut apa agamanya.

  Jadi saya yakin maksud Mbak Lina, "bahwa agama dimana Tuhan berkehendak 
atasnya itu cuma SATU meski budaya..dst" maksudnya adalah agama yang benar di 
sisi Allah swt hanya satu yaitu Islam (innad diina 'indallahi al-Islam). Dan 
itu yang diyakini setiap orang mu'min (eksklusif). Sedangkan keberadaan mu'min 
itu sendiri di tengah-tengah keberagaman manusia dalam dunia ini, maka "bagi 
kalian agama kalian dan bagiku agamaku" (inklusif). Setelah garis batas itu 
sudah jelas, lalu timbul kesadaran yang lebih maju tentang perlunya kebersamaan 
yang diberdayakan untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan adil.. muncullah 
ide pluralisme itu.

  Dari dua ayat itu, yang ingin selalu saya garis bawahi adalah 'indallahi 
(yakni di sisi Allah). Atau dalam postingan kemarin saya istilahkan dengan 
sudut subyektif agama. Sedangkan pada ayat kedua, saya garis bawahi "lakum" 
(yakni bagi kalian) di mana kata ini menjelaskan langsung kontek bahwa kita 
berada secara real di tangah-tengah "yang lain" (sudut obyektif). Seperti kita 
berbicara, "Saya merokok, anda tidak" yang menunjukkan adanya orang lain yang 
kita sebut sebagai "anda" itu.

  Kenapa al-Qur`an tidak menyebut sebagai agama-agama secara langsung pada 
semua bagian di mana digambarkan Nabi-Nabi yang diutus oleh Allah untuk 
mengajak kepada jalan Allah? Tentu saja karena Allah swt yang telah menurunkan 
al-Qur`an dan agama disisi-Nya hanya Islam. Sehingga semua kepercayaan dan 
penyembahan yang bukan kepada-Nya tidak disebut sebagai agama secara langsung. 
Berbeda ketika al-Qur`an menuturkan konteks secara langsung seperti pada ayat 
"Lakum diinuku waliya diin" itu. Dalam Ilmu Balaghah, yang seperti ini disebut 
Lit Tanfir.. atau Lil Iihaam biannahu syaiun la yaliiqu lahu.. atau Shaunul 
lisan 'an zikri syain imma li'azhamatihi au lihaqaritihi.. atau beberapa 
istilah lain lagi yang merujuk kepada maksud yang sama.

  Dari sudut pluralisme tidak ada yang perlu dipertentangkan karena tujuan 
utamanya adalah memberdayakan kebersamaan. Sedangkan dari sudut eksklusif 
(Innad-diina 'Indallahi al-Islam) atau dari sudut Inklusif (Bagi kalian agama 
kalian dan bagiku agamaku), bagaimana agar "kalian" di sini menjadi bagian dari 
"aku"? Ud'u ilaa sabiili rabbika bil hikmah wal mau'izhatil hasanah wajaadilhum 
billati hiya ahsan (Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan 
anjuran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik). 
Garis bawahi pada ayat ini, "kepada jalan Tuhanmu" dengan mengidhafatkan Rab 
kepada kata ganti "kamu". 

  Lalu bagaimana jika menolak ikut ke jalan Tuhanmu? Innaka lan tahdi man 
ahbabta walaakinn-allah yahdii may-yasyaa (kamu tidak akan pernah bisa memberi 
hidayah kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah yang memberi petunjuk siapa 
saja yang Ia kehendaki.) Garis bawahi lagi, "tidak akan pernah" (menggunakan 
huruf Lan). Atau pada ayat lain, Innama anta mudzakkir walasta 'alaihim 
bimushaithir (Kamu hanya mengingatkan dan bukan orang yang menguasai mereka). 
Yang perlu digaris bawahi pada ayat ini, kata Innama (Tufiidu al-Qashr)... dan 
beberapa ayat lain.

  Demikian,
  Wassalam

  Aman
  http://aman.kinana.or.id





[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
<font face=arial size=-1><a 
href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hqjs0ur/M=362329.6886307.7839373.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1123624321/A=2894324/R=0/SIG=11hia266k/*http://www.youthnoise.com/page.php?page_id=1998";>1.2
 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery</a>.</font>
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to