Dari milis sebelah:

ANTIKLIMAKS DUKUNGAN PRESIDEN PADA PENUNTASAN KEMATIAN MUNIR

Oleh
Mega Christina

JAKARTA??Saya kenal Munir sebagai orang yang kritis, yang vokal. Kadang-kadang 
kritiknya bikin telinga panas. Tapi kita memiliki Munir sebagai alat kontrol 
yang mencerahkan pikiran kita. Ia mengingatkan kalau kita ini keluar dari 
nilai-nilai demokrasi,? kata Susilo Bambang Yudhoyono ketika masih menjadi 
calon presiden (capres) dalam diskusi ?Indonesia untuk Semua? di Jakarta, 
Selasa (7/9) setahun yang lalu.
Tepat satu tahun kematian Munir masih meninggalkan pertanyaan tentang komitmen 
pemerintah. Apalagi Susilo Bambang Yudhoyono kini menjabat sebagai Presiden. 
Aroma ketidakberesan itu sebenarnya sudah tercium mulai dari hasil otopsi 
terhadap jenazah Munir. Tepatnya sekitar seminggu setelah pelantikan, Presiden 
Yudhoyono telah menerima kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) Belanda, Bernad 
B. Bot di Kantor Presiden, Jakarta, akhir Oktober 2005. 
Ketika itu, sebenarnya Menlu Bot sudah memberitahukan Menlu Hassan Wirajuda 
mengenai penyebab kematian Munir. Dari otopsi tanggal 1 dan 13 Oktober, 
Nederlands Forensich Instituut (NFI) menemukan arsen dalam dosis yang mematikan 
di tubuh Munir. 
Sementara rakyat Indonesia baru mengetahui penyebab kematian Munir, ketika 
Dirjen Eropa membocorkan laporan otopsi itu ke sebuah koran Belanda. Lebih 
parah lagi, keluarga korban baru mendapat salinan dokumen otopsi pada awal 
Desember, satu bulan setelah Pemerintah Indonesia mengetahuinya. 
Tapi itu segera tertepis ketika Desember 2004, Presiden Yudhoyono mengeluarkan 
Keputusan Presiden (Keppres) No 111/2004 tentang pembentukan Tim Pencari Fakta 
(TPF) Kasus Munir. Kendati demikian tim sempat kecewa, pasalnya susunan dan 
kewenangan TPF berbeda dengan kesepakatan rapat di Mabes Polri, 21 Desember 
2004. 

Walaupun begitu, TPF tetap bekerja sesuai Keppres sebagai ?pembantu? pihak 
kepolisian. Kerja mulai seru ketika TPF meminta keterangan dari semua 
institusi, termasuk oknum Badan Intelijen Negara (BIN). 
Apalagi saat menerima TPF Kasus Munir di Kantor Presiden, Kamis (3/3), Presiden 
Yudhoyono menyatakan pengungkapan kasus Munir akan menjadi indikator apakah 
bangsa Indonesia telah berubah atau tidak. Presiden mendukung sepenuhnya 
pengungkapan kasus pembunuhan Munir dan memperpanjang masa kerja TPF tiga bulan 
ke depan.
?Tidak ada yang ditutup-tutupi, karena Presiden mengharapkan kasus meninggalnya 
Munir dapat terungkap jelas, dan diproses secara hukum melalui penuntutan di 
peradilan,? tegas Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Yusril Izha Mahendra 
usai mendampingi Presiden.

Konspiratif 
Ini mencapai klimaksnya ketika dengan lantang di Kantor Presiden, TPF Kasus 
Munir menyatakan terdapat cukup bukti kuat peristiwa pembunuhan Munir sebagai 
hasil kejahatan konspiratif. Indikasi itu merupakan laporan awal hasil 
investigasi TPF selama satu bulan terakhir. 
?Kepada Presiden, kami laporkan bahwa dari dua kali pertemuan TPF dengan pihak 
manajemen Garuda, terdapat cukup bukti kuat bahwa peristiwa itu (pembunuhan 
Munir) itu hasil kejahatan konspiratif. TPF tidak melihat bukti-bukti kejahatan 
dilakukan perseorangan atau berdasarkan motif pribadi,? kata Ketua TPF Kasus 
Munir, Brigjen Pol. Marsudi Hanafi dalam jumpa pers. 
Lebih lanjut ia menegaskan, terdapat indikasi kuat di dalamnya terlibat oknum 
dan pejabat direksi PT Garuda Indonesia, baik langsung maupun tidak langsung. 
Marsudi menyebutkan, dari hasil investigasi mereka terdapat bukti materiil 
untuk menunjukkan pejabat tersebut yang bersekongkol dengan cara mengeluarkan 
surat khusus untuk menutupi kejanggalan-kejanggalan dari hasil penemuan. 
?Kini TPF tidak lagi berkutat pada ring satu atau pelaku langsung di lapangan, 
tapi sudah maju pada ring dua yang berkaitan dengan siapakah di balik pelaku di 
lapangan,? tambah anggota TPF Kasus Munir, Usman Hamid secara terpisah. 
Saat itu memang sudah beredar beberapa nama yang disebut-sebut sebagai oknum 
BIN terkait dengan kasus ini. Bahkan TPF Munir mengakui ada satu mantan pejabat 
BIN yang melakukan hubungan telepon terus-menerus dengan Pollycarpus, terdakwa 
pembunuh Munir di lapangan. 

Tanda-tanda Antiklimaks
Meski tersendat-sendat, harapan masih bersemi ketika Presiden Yudhoyono 
memperpanjang masa kerja TPF dari 24 Maret ke 23 Juni 2005. Yudhoyono pun 
merasakan pengungkapan kasus kematian Munir berjalan lamban. Lantas Presiden 
memanggil Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) 
Widodo A.S, Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh, serta Menteri Hukum dan Hak Asasi 
Manusia (Menkum & HAM) Hamid Awaluddin. 
Pada pertemuan dengan Presiden yang kedua, Rabu (11/5), TPF Kasus Munir pun 
sudah tidak lagi tegas soal konspirasi. Anggota TPF, Rachland Nashidik, 
mengelak dengan mengatakan pengungkapan kasus Munir bukan soal yang sederhana. 
Namun ia mengakui dalam mencari keterangan dan informasi, tim mengalami 
berbagai hambatan. 
Sampai habis masa kerjanya, TPF pun menyerahkan kepada Presiden Yudhoyono 
laporan beserta rekomendasi sejumlah nama untuk diperiksa. Terhadap rekomendasi 
itu, Kepala Negara memutuskan tidak lagi memperpanjang kerja TPF dan 
mengembalikan kepada instansi terkait, yaitu kepolisian dan kejaksaan. 
Bahkan terhadap laporan TPF hingga detik ini Presiden tidak mengeluarkan 
pengumuman apapun. Padahal Pasal 6 Keppres No. 111/2004 berbunyi TPF melaporkan 
hasil kerjanya kepada Presiden dan pemerintah mengumumkannya ke masyarakat. 
Jajak pendapat Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda menunjukkan 78,8 
persen memilih Pemerintah Indonesia tidak capable dalam mengungkap kasus 
kematian peraih Livelihood Award (Nobel alternatif) ini. Sekali lagi, 
pengungkapan kasus Munir akan menjadi indikator apakah bangsa Indonesia telah 
berubah atau tidak. Anda lah yang bisa menjawab! (*) 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke