SURAT SANDAKAN Ira Adikku,
Dari layar televisi pesawat, kuketahui aku sedang berada di langit negeri mana sehingga bisa memperkirakan masih berapa jauh Indonesia yang kutuju. Kau yang kucari. Mengetahui di mana dan bagaimana keadaan kita, kukira merupakan suatu pertanyaan penting dalam suatu perjalanan, entah itu perjalanan nyata ataupun suatu analogi atau metafora. Dengan pertanyaan-pertanyaan ini kita bisa menetapkan kita mau ke mana dan bagaimana menuju ke mana itu? Serta-merta suatu bandingan muncul di kepalaku .. Aku jadi membandingkan pesawat Singapore Airline yang kutumpangi dengan diriku yang "klayaban". Pesawat ini jelas arahnya, di mana dan kapan ia akan mendarat, kapan pula ia akan pergi serta menuju ke mana. Sedangkan aku? Aku yang juga sedang dalam perjalanan bahkan suatu kembara, terasa dan jelas benar bahwa perjalanan dan kembaraku tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Lebih-lebih secara pengembaraan pencarian batiniah dan pemikiran. Perjalanan dan pencarianku adalah perjalanan serta kembara yang tak punya sudah dan tak punya sampai. Kalau "sudah" dan "sampai" itu ada, maka titik demikian adalah titik yang bernama ajal yaitu malam dari kehidupanku. Matahari hidupku yang jatuh di hulu. Pertanyaan-pertanyaan selalu menggelisahkan dan membuatku seperti pinisi yang terus melaut lalu secara pasti pinisi itu, aku akan remuk dan tenggelam di laut. Aku memang bukan Boeing Singapore Airline sekalipun sama-sama sering mengalami goncangan demi goncangan hebat saat mengarungi angkasa berawan. Apalagi yang sampai sekarang kuharungi dan menggoncangkan dengan dahsyat tidak lain dari barisan awan kehidupan garang tak punya kasihan serta tak punya peduli. Tai aku makin sama tak pedulinya. Romantisme? Idealismekah ini? Dukaisme seorang masocis atau narsisiskah ini? Entahlah, tapi aku memburu yang kuburu selalu yaitu makna alias arti. Arti inilah barangkali pelampung karet yang melekat di tubuhku. Dalam goncangan demi goncangan begini, aku rasakan diriku sebagai sasaran tembak kehidupan garang dari waktu ke waktu. Sejarah pun turut menembakku. Pada keadaan psikhologis begini, di tengah perjalanan tanpa usai begini maka aku dapatkan diriku pada kata-kata Chairil Anwar: "tembus jelajah dunia ini dan balikkan ............................................................... pilih kuda yang paling liar, pacu laju, jangan tambatkan pada siangdan malam ................................................................. hilang sonder pusaka, sonder kerabat tidak minta ampun atas segala dosa, tidak memberi pamit pada siapa saja" hingga pada saat demikian tiba: "ajal yang menarik kita, 'kan merasa angkasa sepi" Merenungi keadaanku senyatanya yang demikian,melihat muka dan tubuh jiwaku di kaca waktu dan kaca pesawat, penuh luka, aku tertawa sendiri, menertawai diri dalam pesawat yang sedang melaju ke timur. Aku mendapatkan diriku seperti yang dilukiskan oleh Chairil Anwar dalam sanjaknya "Lagu Siul" [I]: "laron pada mati terbakar di sumbu lampu aku juga menemu ajal dicerlang caya matamu heran! ini badan yang selama berjaga habis hangus di api matamu" Aku sungguh-sungguh merasa diri "dikutuk-sumpahi eros" yang "merangkaki dinding buta" "mengembara serupa ahasveros". Pernahkah kekuasaan politik negeri ini perduli pada "Ahasveros" yang "dikutuk-sumpahi eros"?. "Aku menyeru -- tiada satu suara mmbalas, hanya mati beku di udara Dalam hatiku terbujur keinginan, juga tidak bernyawa". Kekuasaan politik dan banyak orang juga diam seperti "tidak bernyawa". Apakah negeri, bangsa dan anak bangsa ini memang "tidak bernyawa" lagi? Aku terus mencari manusia, aku mencarimu karena menganggap kau seorang manusia, karena yakin nuranimu masih nurani manusia yang manusiawi.Ketika di tengah kegalauan dahsyat kau katakan "aku tak hirau" , "I don't care", kupahami kata-kata ini menunjukkan bahwa kau masih sangat manusiawi yang kenal gundah, bingung, takut dan resah, ujud dari palsunya kesaktian dan kemutlakan, sementara nurani masih saja bertahan dalam ujud air mata.Tapi politik sering tanpa nurani, sangat menghitung macam-macam kepentingan. Jika mengambil jalan pintas barangkali kuanjurkan orang "bunuh diri" atau jadi "penjahat-penjahat besar". Relatif tepat pada waktunya, pesawat Singapore Airline- ku mendarat di bandara Soekarno-Hatta yang sangat kukenal. "Tuan-tuan dan puan-puan, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara Soekarno-Hatta", suara pramugari yang lelah tapi tetap senyum -- senyum kemestian melaga -- menggema dalam ruangan di antara kursi-kursi penumpang sampai ke hatiku menggugah kenangan ketika negeri ini dahulu kutinggalkan dan setelah puluhan tahun kembali kukunjungi. Kutemui sebagai orang asing, diasingkan oleh kesalahpahaman sejarah."Tanahair", bisikku pada alam yang hijau di luar ketika roda pesawat menyentuh landasan, "kita kembali berjumpa. Aku tidak berobah dengan cintaku! Apakah kau berobah? Jika kau benar berobah, aku pun paham. Sangat paham. Perobahan adalah hukum alami sekaligus tanda ketidaksempurnaan manusia yang terus-menerus mencari dan dan membentuk diri". JJ.KUSNI --------------- Yogyakarta, Agustus 2005. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/