REPUBLIKA Kamis, 06 Oktober 2005
Tragedi Bom Bali II Menghakimi Fakta dengan Ilusi Irfan S Awwas Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin Ledakan bom di Jimbaran dan Kuta, 1 Oktober 2005, telah menambah panjang deretan musibah di negeri ini. Apalagi, peristiwa bombing itu terjadi bersamaan dengan pengumuman pemerintah menaikkan harga BBM, sehingga derita rakyat Indonesia bagai tak pernah reda. Panglima TNI, Endriartono Soetarto, mensinyalir pelaku teror dari kelompok beridentitas Islam, setelah ditemukannya tiga potongan kepala tanpa tubuh --yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri. Media massa pun semakin leluasa mengaitkan tragedi Bom Bali II dengan peristiwa sebelumnya, khususnya dengan nama Dr Azahari dan Noordin M Top. Setiap tindakan, galibnya ditujukan untuk memberi keuntungan sebesar-besarnya bagi pelaku dan kelompoknya. Karena pelaku Bom Bali II adalah kelompok beridentitas Islam, seperti dikatakan panglima TNI, maka seharusnya kelompok Islam lah yang akan menarik keuntungan dari adanya peristiwa peledakan bom itu. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Pertama, umat Islam yang menjadi korban Bom Bali II juga tidak sedikit. Begitu juga dengan dampak yang ditimbulkan, seperti terhentinya kegiatan bisnis di sekitar TKP. Itu tentu saja merugikan umat Islam. Pelaku bisnis dan pekerjanya tidak sedikit yang beragama Islam. Kedua, tidak ada alasan ideologis yang membenarkan dan bisa diterima akal sehat. Saat ini umat Islam bebas menyatakan pendapat, mendirikan partai Islam, bahkan aliran sesat yang mengatasnamakan Islam pun diberi kebebasan hidup. Jika bom bunuh diri itu merupakan suatu pengorbanan atas nama agama, dan untuk mencapai tujuan bersifat agamis, maka pengorbanan yang diberikan sama sekali tidak seimbang. Apalagi, motivasi serta tujuan yang ingin dicapai tidak jelas. Bandingkan dengan kasus bom syahid yang terjadi di Palestina, yang jelas tujuan dan sasarannya. Bandingkan juga dengan 'pengorbanan' menolak bala. Gus Dur pernah melakukan ruwatan untuk menghindarkan Indonesia dari ''betara kala''. Sebagai 'pengorbanan', ia menyembelih ayam tanpa bismillah. Untuk keselamatan sebuah negara dengan segala isinya, hanya ditukar dengan seekor ayam. Lalu, apa yang ingin ditukar oleh para pelaku Bom Bali II, jika yang dikorbankan adalah nyawa manusia? Menurut pendapat saya, tidak ada alasan ideologis atau agamis yang melatarbelakangi tragedi berdarah Bom Bali II ini. Maka kemungkinan besar motif politiklah yang menjadi 'kayu bakar' tragedi yang menewaskan sekitar 22 jiwa warga Indonesia dan WNA itu. Oleh karena itu, mengaitkan peristiwa Bom Bali II ini dengan gerakan Islam tertentu, lebih-lebih tidak jelas identitas institusionalnya, sama artinya dengan menghakimi fakta dengan ilusi. Dr Azahari Sosok Dr Azahari sampai kini seperti 'barang ghaib'. Ia disangka aktor intelektual dari semua kasus pengeboman di Indonesia. Mulai bom Bali 12 Oktober 2002, peledakan di Hotel JW Marriot 2003, bom di depan Kedubes Australia 2004, dan berbagai kasus lainnya, termasuk bom Bali 1 Oktober 2005. Azahari adalah warga negara Malaysia, begitu juga dengan Noordin M Top. Orang-orang yang disangka anak buah Azahari, sudah banyak yang ditangkap terkait berbagai kasus peledakan. Bahkan isteri Noordin M Top yang berkewarganegaraan Indonesia juga sudah divonis penjara. Namun, mengapa hingga kini Azahari dan Noordin M Top tidak berhasil ditangkap? Konon, anak buah Azahari tertangkap berkat keseriusan aparat menelusuri jejak telepon seluler yang digunakan untuk melakukan komunikasi antarsesama mereka. Selain itu, melalui penelusuran terhadap perjalanan rekening bank yang mereka lakukan dalam menerima dan mengambil dana yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan terorisme di tanah air. Mengapa Azahari dan Noordin M Top belum juga berhasil ditangkap? Apakah mereka tidak menggunakan telepon seluler dan menghindar dari transaksi modern melalui jasa perbankan? Jika Azahari dan Noordin M Top tidak menggunakan alat komunikasi modern dan menghindari perbankan, satu-satunya cara untuk saling berhubungan adalah melalui kurir. Melalui kurir mereka berkomunikasi dan menyalurkan dana, termasuk melakukan pembelian bahan peledak. Artinya, mereka harus punya banyak kurir dan harus punya banyak uang untuk membayar kurir; menyewa tempat tinggal sementara; membeli bahan peledak; melatih sejumlah orang untuk menjadi asistennya dalam merakit dan menempatkan --bahkan meledakkan-- bom di tempat yang telah ditentukan. Termasuk pula merekrut anak-anak muda usia 19-25 tahun yang mau dijadikan martir bom bunuh diri. Dan yang paling penting, mereka harus selalu punya uang untuk biaya hidup sehari-hari. Lalu siapa yang menyuplai uang bagi mereka berdua, padahal hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain? Tampaknya, kemampuan Azahari bergerilya dan mempertahankan hidup secara ''nomaden'' dalam kejaran aparat yang akan memberikannya hukuman mati atau tembak di tempat, setara dengan agen badan intelijen yang menguasai betul teknik-teknik spionase dan kontra spionase. Bisa dibayangkan, betapa ringkihnya aparat keamanan dan intelijen kita jika untuk menghadapi Azahari dan Noordin M Top saja mereka keteteran dan sering kecolongan. Bagaimana pula mereka bisa menjaga kedaulatan negara RI, menjaga kekayaan bumi dan lautnya dari intervensi asing, atau aksi para perampok berdasi? Kejanggalan Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari 'Auf bin Malik, Rasulullah SAW memprediksi tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Antara lain: ''Munculnya penguasa dan aparat keamanan yang bermental rusak, masyarakatnya suka menumpahkan darah, hukum diperjualbelikan, merusak ikatan persaudaraan, dan menjadikan Alquran sebagai aksesoris belaka.'' Mengiringi Bom Bali II, terdapat sejumlah kejanggalan. Melalui tayangan televisi, dapat disaksikan dengan jelas keberadaan polisi federal Australia sejak awal peristiwa ledakan hingga investigasi di TKP. Kenyataan ini membuktikan, antara lain, kebenaran sinyalemen mantan KSAD, Ryamizard Riyacudu, tentang ''penyusupan intelijen asing.'' Menjadi pertanyaan siapa sesungguhnya kameramen yang dengan leluasa menyorot target pelaku bom ketika ledakan bom belum terjadi? Apakah kameramen dan sosok misterius yang disorot lensa kamera termasuk tim investigasi aparat federal Australia, atau orang yang diperalat melakukan bom bunuh diri? Sikap Perdana Menteri Australia, John Howard, terasa aneh melalui komentarnya bahwa umat Islam tidak perlu resah karena pelaku bom tidak akan dikaitkan dengan mereka. Apakah John Howard mengubah paradigmanya tentang Indonesia sebagai 'sang teroris'? Padahal, sebelumnya dia bersikap amat sinis merespons remisi (pengurangan hukuman) yang diberikan Menteri Hukum dan HAM terhadap terdakwa 'teroris' Ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Terhadap berbagai kejanggalan ini pemerintah hendaknya memberikan tranparansi informasi, sehingga tidak menimbulkan silang pendapat di masyarakat. Selama ini, pemerintah mengklaim bahwa keamanan di dalam negeri, khususnya Bali, pasca-Bom Bali I, sangat terkendali. Tetapi, ledakan bom di Jimbaran dan Kuta itu membuktikan sebaliknya. Artinya, pemerintah telah melakukan kebohongan publik, dan secara sadar melanggar UUD 1945 yang menjelaskan kewajiban pemerintah untuk menjamin keamanan harta dan jiwa rakyatnya. Dalam rangka ini, maka pemerintahan SBY-Kalla harus mempertanggungjawabkan kegagalannya dalam hal memberi jaminan keamanan bagi masyarakat. Dan lebih penting lagi, Presiden SBY hendaknya bersedia mengklarifikasi sejauhmana keterlibatan Perdana Menteri Australia, John Howard dalam men-design peledakan Bom Bali II.Klarifikasi ini penting, mengingat fakta-fakta yang terungkap di lapangan --sebagaimana tayangan televisi-- mengindikasikan adanya intervensi jaringan intelijen dalam peristiwa ini. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org! http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/