http://www.kompas.com/kompas-cetak/0510/07/daerah/2097363.htm
BBM Naik, Warga Miskin Bertambah H Nasrul Thahar Harga minyak belum naik, nasib kami nelayan ini sudah terpuruk dan terjepit. Hidup miskin, serba kurang, harga BBM tinggi, bahan pokok mahal, sementara ikan murah, kata Djamaluddin (31), nelayan di Desa Tanjung Binga, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Saya tidak bisa bayangkan, bagaimana setelah pemerintah menaikkan harga BBM 1 Oktober. Kalau harga ikan ikut naik, tidak terlalu berat. Mudah-mudahan harga BBM tidak jadi naik. Kami nelayan kecil ini yang pertama terpukul,â? kata Djamaluddin dengan pandangan menerawang, pekan terakhir September lalu. Harapan nelayan kecil seperti Djamaluddin hanya tinggal harapan. Pemerintah akhirnya benar-benar menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan besaran yang sangat mengagetkan. Kenaikan semua jenis BBM rata-rata 108 persen, angka yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Ketika ditemui, Djamaluddin bersama empat nelayan lainnya sedang menyaksikan dua pekerja membuat perahu di pinggir pantai putih dengan air laut yang biru dan jernih. Dari wajah para nelayan itu tergambar bahwa mereka sedang risau dan bahkan cemas menghadapi hari esok. Kerisauan Djamaluddin, nelayan asal Bone, Sulawesi Selatan, ini boleh jadi mewakili sekitar 1.000 nelayan tradisional di desa itu, atau belasan ribu nelayan di Belitung, dan bahkan mungkin nelayan di seluruh Nusantara. Mereka adalah nelayan kecil, nelayan bagan yang pergi melaut sore hari, sekitar dua jam perjalanan, pulang pagi keesokan harinya. Selama 20 hari dalam sebulan, selama langit gelap, tidak ada cahaya bulan. Jenis ikan yang didapat adalah teri, cumi, dan sembula, serta ikan tamban. Sekali melaut satu malam, satu bagan memerlukan dua jeriken isi 20 liter solar untuk mesin penggerak bagan, dan 20 liter minyak tanah sebagai bahan bakar lampu petromaks untuk menerangi laut agar ikan berkumpul. Di sini harga solar Rp 75.000 per jeriken atau Rp 3.570 per liter, minyak tanah Rp 2.500 per liter, ujar Daling (39), nelayan lain yang juga asal Bone, Sulsel. Harga BBM saat itu belum naik. Sekarang, nelayan-nelayan itu pasti harus mengeluarkan uang jauh lebih besar untuk mendapatkannya. Sama dengan BBM, harga bahan pokok juga mahal. Gula putih Rp 7.500 per kilogram (kg), minyak goreng Rp 6.000 per liter, beras kualitas medium Rp 3.700 per kg, dan garam Rp 1.500 per kg. Di sini minyak goreng tidak dijual per liter, tetapi per botol. Satu botol sirop Rp 4.000, ujar Ny Yusuf (22). Melaut itu tergantung rezeki. Kadang hanya dapat lima keranjang atau sekitar 100 kg, sering juga kosong. Pernah juga dapat banyak, dua hingga tiga ton, ujar Daling. Ikan yang didapat antara lain jenis tamban, cumi-cumi, dan teri, dijadikan ikan asin. Adapun ikan sembula ditampung pabrik pengalengan di Jakarta. Harga ikan sembula Rp 5.000 per kilogram dan tamban Rp 2.000 per kilogram. Rata-rata penjualan satu bulan antara Rp 5 juta sampai Rp 7 juta, sedangkan biaya BBM dan lainya sekitar Rp 4,5 juta, kata Djamaluddin, ayah dua orang anak. Nelayan pendatang Saya sudah lama tinggal di sini, sekitar empat tahun. Sudah ada rumah gubuk didirikan di atas tanah yang disewa Rp 180.000 setahun, ujar Daling. Anak Daling empat orang, dua di antaranya sudah sekolah di sekolah dasar di desa ini. Di Desa Tanjung Binga ada sekitar 300 unit perahu bagan. Harga atau biaya pembuatan satu unit perahu bagan sekitar Rp 50 juta. Setiap bagan dioperasikan oleh empat hingga lima nelayan, yang sebagian besar berasal dari Sulawesi Selatan, umumnya dari Bone dan Bulukumba. Di Tanjung Binga yang memiliki pantai dengan pasir putih bersih, di beberapa tempat terdapat batu granit terletak dan terjepit di antara kawasan wisata Bukit Berahu di selatan dengan Tanjung Keloyang dan Tanjung Tinggi di utara. Di Bukit Berahu, bukit di tepi pantai yang indah, sudah dibangun cottage di areal sekitar lima hektar dengan 11 kamar bertarif Rp 400.000 per malam per kamar. Di Tanjung Keloyang, tetangga di sebelah utara, kini terdapat sejumlah bangunan hotel, restoran, dan cottage yang telantar sejak lebih dari 10 tahun lalu. Di sebelah utaranya lagi ada cottage dan resor dengan 20 kamar yang mewah, yang memasang tarif dengan dollar AS. Kepala Desa Tanjung Binga, Suryanto (40), menjelaskan, desanya berpenduduk 1.039 keluarga, sekitar 300 keluarga di antaranya berasal dari Sulsel. Sebanyak 441 keluarga merupakan penduduk miskin. Mata pencaharian utama penduduk adalah nelayan, tani, dan wiraswasta. Ada delapan pulau tanpa penghuni yang masuk wilayah desa ini, yaitu Pulau Burung, Lengkuas, Pulau Babi, Pegadaran, Lutung, Kera, Jukung, dan Jenang. Tanjung Binga bisa dicapai dalam waktu sekitar satu jam perjalanan dengan mobil dari Tanjungpandan, ibu kota Kabupaten Belitung, melalui jalan aspal yang cukup bagus, namun sempit. Dengan kenaikan harga BBM, penduduk miskin di desa ini jelas akan bertambah banyak, tutur Suryanto. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery. http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/