KCM Berita Utama        
http://kompas.com/kompas-cetak/0511/15/utama/2210715.htm
Selasa, 15 November 2005     

Teori Penyangkalan

Pada hari-hari di bulan Oktober-November 16 tahun silam terjadi revolusi 
di Jerman Timur. Pemimpin komunis Erich Honecker dipaksa mundur, 19 
Oktober 1989, oleh gelombang demonstrasi prodemokrasi.

Tembok Berlin yang dirobohkan tanggal 9 November 1989 dan reunifikasi 
Jerman pada 3 Oktober 1990 menjadi awal kerontokan komunisme yang 
berkuasa di Eropa Timur selama 40 tahun.

Di Romania sang diktator komunis Nicolae Ceausescu disembelih rakyatnya, 
Desember 1989.

Setelah itu giliran rezim komunis di Bulgaria dan Albania yang dipaksa 
bubar oleh rakyat masing-masing. Tokoh demokrasi Polandia, Lech Walensa, 
menjadi presiden pada tahun 1990.

Lalu terjadi Revolusi Beludru pimpinan Vaclac Havel yang secara damai 
membubarkan Partai Komunis Cekoslovakia. Masih belum cukup, tahun 1991 
Yugoslavia mulai panas setelah Kroasia dan Slovenia memproklamasikan 
kemerdekaan sekaligus keluar dari federasi.

Revolusi 1989 juga merembet ke patron komunisme Eropa Timur, Uni Soviet. 
Setelah selamat dari upaya kudeta 1991, Mikhail Gorbachev menyerahkan 
kekuasaan kepada Boris Yeltsin yang lantas membubarkan Uni Soviet 
menjadi negara-negara kecil.

Revolusi 1989 sekaligus juga mengakhiri persaingan ideologi dan militer 
antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Pakta Pertahanan Atlantik Utara 
(NATO) pun kehilangan pesaingnya, Pakta Warsawa, yang bubar tahun 1991.

Ketika kedua ideologi komunisme dan liberalisme itu bersatu, mereka 
bertanya, siapa yang menjadi musuh? Segenap potensi militer dan 
intelijen yang bernilai miliaran dollar AS menjadi tidak ada gunanya lagi.

Pasukan Irak menyerang Kuwait pertengahan 1991 sehingga Saddam Hussein 
dijadikan sebagai musuh tunggal. Semua intelijen Barat lengah ketika 
Osama bin Laden mulai kecewa terhadap AS yang menempatkan pasukannya di 
Arab Saudi untuk menangkal ancaman Saddam.

Strategi penangkalan (deterrence) yang dibangga-banggakan AS itu berubah 
menjadi penyangkalan terhadap bahaya terorisme. Buku The Cell: Inside 
The 9/11 Plot, And Why The FBI And CIA Failed To Stop It (2002) karangan 
John Miller, Michael Stone, dan Chris Mitchell mengungkapkan bahwa kalau 
saja Pemerintah AS berhenti menyangkal sejak awal dekade 1990-an, maka 
Tragedi 9/11 takkan pernah terjadi.

Era pasca-Perang Dingin membuat kita di Asia sibuk saling memperebutkan 
kedaulatan wilayah seperti peperangan antarkampung. Padahal, di saat 
yang sama banyak calon teroris dari kawasan ini yang giat berlatih 
bersama Bin Laden di Afganistan.

Kita di Indonesia juga memercayai teori penyangkalan. Penyakit itu 
terlihat dari sebuah film dokumenter berjudul The Third World War: Al 
Qaeda (2004) yang disusun wartawati BBC, Sarah Macdonald.

Di dalam film tampak wawancara dengan Kepala Badan Intelijen Negara 
Hendropriyono yang sebelum Tragedi 9/11 telah mengingatkan mengenai 
infiltrasi jaringan teroris di Indonesia. Ia antara lain mengungkapkan 
penemuan sebuah video soal latihan kelompok teroris di Poso.

Namun, ketika itu hampir semua politikus tak percaya. Tatkala 
Hendropriyono mengingatkan tentang rencana Al Qaeda di Indonesia, 
lagi-lagi hampir tak ada yang mau memercayainya.

Dokumenter itu menayangkan pula kesaksian seseorang yang disebut sebagai 
Sang Sumber yang diinterogasi aparat intelijen AS di New York. Ia secara 
spesifik mengungkapkan rencana peledakan bom oleh teroris di Bali pada 
12 Oktober 2002.

Pihak AS dua hari sebelum 12 Oktober itu mengeluarkan travel warning. 
Dinas intelijen Inggris diam saja, sementara pihak Australia menganggap 
di Bali "semuanya berjalan normal".

Isi perut rasanya mau tumpah semua waktu menyaksikan pengakuan seorang 
perempuan Irak di televisi Jordania Minggu (13/11) malam. Sajida 
al-Rishawi bercerita tentang kegagalannya meledakkan bom bunuh diri, 
yang sudah dipasang di badannya di sebuah hotel di Amman.

Tiga bom bunuh diri di tiga hotel di Amman menewaskan 57 korban, 
termasuk musisi jazz senior kita, Perry Pattiselanno. Kami datang ke 
hotel itu. Suami saya mengambil posisi di sebuah sudut, sedangkan saya 
di sudut lainnya, tutur Rishawi.

Ada pesta pernikahan di hotel itu yang dihadiri banyak perempuan dan 
anak-anak. Suami saya meledakkan bom bunuh diri itu. Saya juga sudah 
melakukan hal yang sama, tetapi pemicunya macet. Semua orang berlarian. 
Saya ikut lari bersama mereka, begitu pengakuan Rishawi.

Sekeliling perut dan punggung Rishawi dibebat bom di dalam plastik, 
lengkap dengan kabel merah yang merupakan detonator. Rasanya mau muntah.

Selamat untuk Polri yang berhasil menewaskan Azahari Husin. Setiap warga 
pasti menarik napas lega dan menunggu sukses Polri menangkap atau 
menewaskan Noordin M Top.

Sebaiknya jenazah Azahari cepat-cepat dibawa pulang oleh keluarganya ke 
Malaysia agar tak menimbulkan inspirasi yang ganjil bagi orang-orang 
lainnya. Salah juga mereka yang ingin hukuman mati bagi Imam Samudra dan 
kawan-kawannya segera dilaksanakan karena itu cuma menjadikan mereka 
sebagai martir.

Pemerintah India hari Senin kemarin juga berhasil membekuk para teroris 
Lashkar-e-Taiba yang meledakkan bom pada 29 Oktober lalu yang menewaskan 
62 korban. Alhamdulillah telah terjadi kemajuan dalam upaya dunia 
memerangi terorisme.

Semoga pula semua upaya tersebut menjadi terang benderang sehingga tak 
menyisakan teori-teori konspirasi apa pun. Jika politisi dan pemimpin 
kita membuang jauh-jauh kebiasaan menyangkal, tak ada orang yang percaya 
konspirasi lagi.

Denial habit merupakan sebuah penyimpangan kepribadian. Bayangkan, 
ledakan bom dan bencana tsunami di Aceh pernah diyakini sebagai 
konspirasi negara-negara asing untuk menghancurkan Indonesia.

Wah, rasanya mau ke kamar mandi dan muntah lagi.



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to